Oleh: Zakariya al-Bantany
Dahulu kala di zaman old atau zaman
tempo dulu dalam peradaban kolonialisme imperialisme gaya lama, VOC Belanda
dahulu masuk ke bumi Nusantara modusnya adalah dagang atau ekonomi.
Namun, setelah VOC Belanda menguasai dan mencengkram
kuat ekonomi Indonesia sepenuhnya maka VOC Belanda pun menampakkan wajah asli
politiknya yang sangat jahat nan culas dengan menjajah dan mengkolonialisasi
Indonesia selama lebih dari 300 tahun lamanya.
Begitupula sekarang di zaman now dalam peradaban kapitalisme global saat ini, VOC gaya baru dalam wujud
Multi National Coorporations (MNC) atau perusahaan-perusahaan multinasional
baik asing maupun aseng dengan modus yang sama yaitu dagang atau ekonomi.
Melalui jeratan globalisasi, investasi, hutang luar
negeri dan TKA yang dilancarkan perusahaan multinasional dari negara asing dan
aseng tersebut kepada Indonesia hanya akan makin mengokohkan cengkraman VOC
gaya baru asing dan aseng tersebut terhadap ekonomi dan politik Indonesia.
Dan kini terbukti semakin nampak wajah asli politik
jahat VOC gaya baru asing dan aseng tersebut, kian dalam menguasai, mencengkram
dan menjajah Indonesia secara sistemik selama puluhan tahun.
Salah satu bukti, lihatlah bagaimana Freeport
menguasai berton-ton tambang gunung emas di Papua selama lebih dari 30 tahun
dan kini pun Freeport sukses pula mempecundangi NKRI dengan diperpanjangnya
kontrak kerja Freeport oleh pemerintah RI hingga tahun 2040.
Dan lihatlah pula lebih dari 86% Sumberdaya alam dan
migas Indonesia dikuasai oleh perusahaan-perusahaan multinasional asing dan
aseng tersebut seperti Chevron, Exxon Mobile, Shell, Conoco Phillip, Total Oil,
Newmont, perusahaan Cina, dan lain-lain.
Juga 2/3 wilayah Indonesia hanya dikuasai oleh
segelintir orang yang memiliki modal raksasa yaitu para taipan atau
konglongmerat aseng.
Indonesia pun diserbu oleh jutaan tenaga kerja asing
dan aseng baik legal maupun ilegal via kerjasama totalitas pemerintah RI dengan
Cina dan negara-negara ASEAN lewat CAFTA dan MEA yang notabene adalah bentuk
liberalisasi ekonomi Indonesia di tengah masih banyaknya jutaan lebih rakyat
Indonesia yang masih hidup miskin dan pengangguran.
Indonesia pun terjerat utang luar negeri hingga tembus
lebih dari Rp5.000 triliun melalui jeratan utang yang dilancarkan oleh
lembaga-lembaga rentenir raksasa seperti IMF, Bank Dunia dan Bank China.
Diperparah pula dengan telah ditekennya 28 proyek OBOR
(One Belt One Road) Cina yang diteken oleh pemerintah RI, justru ini hanyalah
bunuh diri politik ekonomi dan kedaulatan dan hanya akan kian membakar secara
sistematis dan totalitas wilayah dan kedaulatan hingga justru akan makin
mengokohkan dan melanggengkan cengkraman gurita penjajahan kapitalisme global
aseng di negeri ini hingga hanya akan berujung bakal membuat Indonesia menjadi
Indocina seperti Singapura atau yang paling tragis seperti Uighur Turkistan
Timur.
Inilah ancaman nyata yang sesungguhnya bagi Indonesia yaitu
neo-imperialisme dan neo-kolonialisme
yang berwujud VOC gaya baru tersebut yakni kapitalisme global asing dan aseng,
bukan Syariah dan Khilafah serta bukan pula HTI.
Syariah dan Khilafah yang ditawarkan oleh HTI
sesungguhnya adalah solusi real dari Islam untuk
menyelamatkan Indonesia dari belenggu penjajahan VOC gaya baru kapitalisme
global asing dan aseng tersebut.
Sekaligus Syariah dan Khilafah yang ditawarkan oleh HTI adalah
solusi real mengenyahkan ancaman
neo-imperialisme dan neo-kolonialisme kapitalisme global asing dan aseng
tersebut dari bumi Nusantara Indonesia ini.
Karena itu, selamatkan Indonesia hanya dengan Syariah
dan Khilafah untuk Indonesia yang lebih baik penuh berkah. Mau..?! []
#UlamaBelaHTI
#HTIOnTheTrack
#KhilafahAjaranIslam
#KhilafahTheRealSolution
#ReturnTheKhilafah