Oleh: Zakariya al-Bantany
Sebagai seorang Muslim kita sangat kenal
dengan seorang Ulama besar yang sangat terkenal dari zamannya dahulu hingga
zaman kita yang sekarang, beliau adalah Imam al-Bukhari yang bernama asli
Muhammad bin Ismail (lahir 196 H/ 810M - wafat 256 H/ 870 M), karya-karya
beliau banyak sekali. Dan karya beliau yang paling fenomenal adalah kitab
Hadits Shahih Bukhari yang berisikan kumpulan hadits-hadits shahih
Rasulullah ﷺ dengan sanad dan matannya yang sangat terjaga.
Kitab Hadits Shahih Bukhari beliau
tersebut telah menjadi salah-satu menu rujukan utama kita dalam menjalani
rutinitas kehidupan kita sehari-hari mulai urusan kamar mandi hingga urusan
negara, mulai dari bab Akidah hingga bab Syariah dan Akhlak, serta mulai dari
bab Thaharah (bersuci) hingga bab Khilafah (Imamah).
Imam Bukhari sendiri berasal dari sebuah
negeri Islam yang bernama Bukhara Samarkand (sekarang Uzbekistan, di Asia
Tengah) yang merupakan bagian dari Kekhilafahan Islam Abbasiyah. Imam Bukhari banyak
menuntut ilmu dan mengumpulkan banyak hadits dari ribuan Ulama pada masanya.
Dari setiap Ulama yang didatangi beliau, Imam Bukhari hafal ribuan hadits, dan
kemudian beliau pun seleksi lagi hadits-hadits Rasulullah ﷺ tersebut
sampai benar-benar hadits tersebut didapatkan sanadnya minimal shahih dan
maksimal mutawattir. Imam Bukhari sangat terkenal dengan kekuatan daya
hafalannya yang sangat luar biasa di atas rata-rata kebanyakan orang pada
masanya.
Dengan segala keterbatasan sarana dan
prasana pada masa beliau yang masih mengandalkan kuda, unta dan keledai serta
belum ada yang namanya mobil, motor dan pesawat terbang serta belum ada yang
namanya gadget, internet, telekomunikasi dan media sosial. Imam Bukhari begitu
sangat istimewa dan begitu sangat semangatnya dalam menuntut ilmu dan dalam
mengumpulkan ribuan lebih hadits-hadits Rasulullah ﷺ dari ribuan Ulama
dengan menempuh perjalanan yang sangat jauh berkilo-kilo meter bermil-mil
bolak-balik hingga tidak terhitung dari Bukhara (Asia tengah) ke Timur Tengah
khususnya ke Makkah dan Madinah.
Dengan semangat baja dan teladan mulia
beliau dalam menuntut ilmu tersebut, sangat wajar Imam al-Bukhari rahimahullah
sendiri pernah berkata:
العِلمُ
قَبلَ القَولِ
وَ العَمَلِ
"Ilmu itu sebelum berkata dan
berbuat."
Begitulah bab yang ditulis oleh imam
besar ahli hadits yang terkenal dengan sebutan Imam al-Bukhari dalam salah satu
bab dari Kitab Al-‘Ilmi.
Beliau yang bernama asli Muhammad bin
Ismail, karena kedudukan dan kehebatan ilmunya sehingga nama daerah asal beliau
pun menjadi terkenal. Bahkan para Ulama yang sezaman dengan beliau pun mengakui
dan mengagungkan kemampuannya dalam ilmu hadits, sampai beliau dijuluki “Amirul
Mu’miniin fil Hadist (Pemimpin atau penguasa orang-orang Mukmin dalam
bidang hadits)” itu adalah sebuah julukan yang agung yang disandang oleh
beliau, terutama setelah para Ulama mengetes langsung kemampuan dan kehebatan
beliau dalam ilmu hadits dan kekuatan hafalannya.
Dari bab yang beliau tulis kemudian
mengambil dalil firman Allah SWT yang Maha Mulia lagi Maha berilmu:
فَاعْلَمْ
أَنَّهُ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ
وَاسْتَغْفِرْ
لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ
وَاللَّهُ يَعْلَمُ
مُتَقَلَّبَكُمْ
وَمَثْوَاكُمْ
“Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya
tidak ada Illah (sesembahan, Tuhan) yang berhak disembah selain Allah
dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki
dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu
tinggal.” (QS. Muhammad: 19)
Dan dari ayat Al-Quran ini, salah seorang
Ulama ahli hadits menjadikan dalil tentang keutamaan ilmu. Beliau bernama
Sufyan bin Uyainah (Sufyan bin Uyainah bin Maimun, Abu Muhammad Al-Hilaly,
seorang Ulama ahli hadits (lahir 108 H-wafat 198 H).
Dan dari bab yang ditulis oleh Imam
Bukhari, terkandung makna yang luhur dan mulia makna yang tersirat dalam bab
yang ditulis oleh beliau adalah wajibnya melandasi perkataan dan perbuatan kita
dengan ilmu. Oleh karena itu belajar ilmu yang wajib lebih diutamakan daripada
perkataan dan perbuatan.
Syaikh Abdurrahman bin Muhammad bin Qasim
berkata, “Sesungguhnya belajar ilmu yang wajib lebih diutamakan daripada
perkataan dan perbuatan, karena perkataan dan perbuatan seseorang tidak
dibenarkan kecuali berdasarkan ilmu, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ
أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا
هَذَا مَا لَيْسَ
مِنْهُ فَهُوَ
رَدٌّ
"Barangsiapa berbuat (melakukan
suatu perbuatan) yang tidak ada ajarannya dari kami maka (perbuatan) itu
tertolak/tidak diterima oleh Alloh.” (HR. Bukhari No. 2697 dan Muslim
No.1718)
Dan dikatakan dalam sebuah syair:
"Dan siapa saja yang berbuat tanpa
didasari ilmu, maka perbuatannya tertolak, tidak diterima."
Allah SWT memerintahkan kepada Nabi-Nya
dengan dua hal, yaitu pertama ilmu kemudian yang kedua adalah berbuat. Perintah
pertama adalah ilmu baru kemudian diikuti dengan perbuatan, ini menunjukkan
bahwa kedudukan ilmu lebih utama daripada kedudukan perbuatan dan ilmu adalah
suatu syarat untuk perkataan dan perbuatan. [Hasyiyat Ibnu Qosim atas
kitab Ushulu Tsalatsah, hal: 18 dan 19]
Syaikhul Islam fil hadist Al-Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani dalam
menjelaskan bab yang ditulis oleh Imam Bukhari, menukil perkataan yang indah
dari seorang Ulama, beliau berkata, Ibnu al-Munir mengatakan:
“Yang diinginkan (dimaksud) olehnya (Imam
Bukhari) adalah bahwa ilmu merupakan syarat sahnya suatu perkataan dan
perbuatan, maka tidak dibenarkan keduanya (perkataan dan perbuatan) kecuali
dengan ilmu, maka ilmu lebih diutamakan daripada perkataan dan perbuatan karena
ilmulah sebagai pembetul niat yang bisa membetulkan amal perbuatan.” [Fathul
Baari Syarah Shahih Bukhari jilid 1 hal: 234, Bab ilmu sebelum perkataan
dan perbuatan. Cetakan Darul Mishriyah]
Maka dari penjelasan para Ulama-ulama
salaf, jelaslah bahwa ilmu merupakan modal utama yang harus dimiliki oleh
seseorang sebelum ia berkata dan berbuat. Ilmu adalah syarat sahnya perkataan
dan perbuatan seseorang, oleh karena itu landasan ilmu juga merupakan salah
satu unsur utama dalam berdakwah dan dalam kehidupan. Allah SWT berfirman:
قُلْ
هَـذِهِ سَبِيلِي
أَدْعُو إِلَى
اللّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ
“Katakanlah hai Muhammad inilah jalan-Ku,
yaitu menyeru kepada Allah atas dasar ilmu…” (QS. Yusuf: 108)
Karena itulah dalam Islam sendiri betapa
sangat pentingnya dan sangat utamanya ilmu itu, sebab ilmu adalah fondasi
kehidupan, jantung kehidupan dan akar kehidupan. Laksana rumah tanpa fondasi,
maka rumah itu tidak akan pernah jadi. Laksana manusia tanpa jantung, maka
manusia itu akan mati. Dan laksana pohon tanpa akar, maka pohon itu tidak akan
pernah bisa hidup dan tidak akan tumbuh, juga tidak akan berbunga dan tidak
akan berbuah pula.
Ilmu pun adalah cahaya kehidupan. Laksana
cahaya matahari yang menyinari dunia dan menghilangkan kegelapan dunia sehingga
dunia pun semakin lebih hidup dan lebih bermakna. Seandainya tidak ada cahaya
matahari maka niscaya tidak akan pernah ada kehidupan di dunia.
Karena itulah, wahyu Allah yang pertama
kali turun kepada Rasulullah ﷺ melalui perantaraan Malaikat Jibril AS
pada 17 Ramadhan -saat malam Lailatul Qadr- di Goa Hira berbunyi:
إِقْرَاْ بِاسْمِ
رَبِّكَ الَّذِى
خَلَقَ, خَلَقَ
الإِنْسَانَ مِنْ
عَلَقَ. إِقْرَأْ
وَرَبُّكَ الأَكْرَمُ.
الَّذِى عَلَّمَ
بِالْقَلَمِ. عَلَّمَ
الإِنْسَانَ مَالَمْ
يَعْلَمْ
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang
menciptakan, Yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu
Maha Mulia. Yang mengajarkan manusia dengan pena. Mengajarkan manusia apa yang
tidak diketahui.”(QS. Al-Alaq: 1-5)
Wahyu Allah SWT yang pertama kepada
Rasulullah ﷺ tersebut secara tertulis dan secara tersirat menegaskan bukti
Kerasulan Nabi Muhammad ﷺ sekaligus penegas betapa pentingnya dan betapa
utamanya ilmu sebagai jantung kehidupan.
Sebab ilmu adalah fondasi perkataan dan
perbuatan bahkan fondasi letupan isi hati seorang hamba dalam kehidupannya agar
selaras dengan keridhaan Allah SWT Sang Maha Pencipta alam semesta, manusia dan
kehidupan sehingga akan membawa dampak keberkahan dan keselamatan serta kebahagiaan
hidupnya baik di dunia maupun di akhirat. Dan juga agar seorang hamba tidak
terjerumus dalam kesesatan dan tidak tersesat jalan serta agar tidak salah
pilih dan agar tidak menyalahi Allah dan Rasul-Nya. Karena setiap perkataan dan
perbuatan kita bahkan letupan isi hati kita baik ataupun buruknya pasti akan
dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT saat di Yaumul Hisab kelak di
akhirat nanti. Dalam hal ini Allah SWT berfirman:
يَوْمَئِذٍ
يَصْدُرُ النَّاسُ
أَشْتَاتًا لِيُرَوْا
أَعْمَالَهُمْ
"Pada hari itu manusia ke luar
dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan)
pekerjaan mereka." (QS. Al-Zalzalah: 6)
فَمَنْ يَعْمَلْ
مِثْقَالَ ذَرَّةٍ
خَيْرًا يَرَهُ
"Barangsiapa yang mengerjakan
kebaikan seberat dzarrah (biji sawi, debu atau atom) pun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya." (QS. Al-Zalzalah: 7)
وَمَنْ يَعْمَلْ
مِثْقَالَ ذَرَّةٍ
شَرًّا يَرَهُ
"Dan barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan sebesar dzarrah (biji sawi, debu atau atom) pun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya pula." (QS. Al-Zalzalah: 8)
Artinya, Ilmu -sebagai informasi awal (ma'lumat
tsabiqah) sebelum kita terjun dalam realitas atau fakta-fakta kehidupan
kita sehari-hari dalam segala aspeknya- itu merupakan perkara vital yang
menyangkut hidup dan matinya kita sekaligus perkara surga dan neraka. Ilmu yang
menghasilkan atau menerbitkan keimanan (keyakinan) dan pemahaman (mafahim)
serta amal perbuatan seorang hamba akan menentukan nasib akhir seorang hamba,
apakah ia kelak di akhirat berakhir di Surga (bagi seorang Muslim yang taat
kepada Allah dan Rasul-Nya) ataukah justru ia akan berakhir di neraka minimal
berabad-abad lamanya (bagi seorang Muslim yang bermaksiat kepada Allah dan
Rasul-Nya) dan maksimal abadi selama-lamanya (bagi orang-orang yang kafir
kepada Allah dan Rasul-Nya).
Apatah lagi ajaran Islam sendiri sangat luas sekali yang wajib kita
ketahui dan wajib kita pelajari secara mendalam dan menyeluruh agar kita tidak
gagal paham dan tidak salah paham serta tidak tersesat dalam menjalani
kehidupan. Sebab Islam adalah akidah ruhiyah (akidah spritual: akidah dan
ibadah) sekaligus akidah siyasiyah (akidah politik: yang mengatur segala aspek
kehidupan tidak sekedar ibadah ritual belaka).
Sebab juga Islam adalah agama yang
diturunkan oleh Allah SWT untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya
(al-Khaliq) yaitu Allah SWT atau disebut dengan istilah hablun minallah
yaitu mencakup perkara akidah dan ibadah; mengatur hubungan manusia dengan
dirinya sendiri (hablun minannafsiy) yaitu mencakup perkara makanan,
minuman, pakaian dan akhlak; dan mengatur hubungan manusia dengan sesamanya (hablun
minannaas) yaitu mencakup perkara politik, ekonomi, sosial, budaya,
pendidikan, kesehatan, hukum, peradilan, persanksian, pertahanan dan keamanan.
Karena itulah banyak yang harus kita pelajari lagi dari luas dan dalamnya
tsaqafah (keilmuan) Islam tersebut.
Karena sangat pentingnya ilmu ini, maka
Allah SWT sendiri memberi kedudukan yang tinggi dan mulia pada orang-orang yang
berilmu dalam banyak ayat-ayat Al-Quran. Bahkan Rasulullah ﷺ pun
menyebutkan beberapa kelebihan dan kemuliaan orang yang berilmu dalam banyak
hadits. Di antara ayat-ayat Al-Quran dan hadits Rasulullah ﷺ yang
menunjukkan keutamaan dan kelebihan ilmu antara lain:
1.
Menuntut ilmu itu kewajiban.
Rasulullah ﷺ bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ
فَرِيضَةٌ على
كل مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu merupakan kewajiban
bagi setiap muslim.” (Shahih al-Jami': 3913)
أُطْلُبُ الْعِلْمَ
مِنَ الْمَحْدِ
إِلَى اللَّهْدِ
“Carilah ilmu dari buaian sampai liang
lahat.” (HR. Muslim)
2.
Ilmu adalah cahaya keselamatan hidup di dunia dan di akhirat. Allah SWT berfirman:
قَدْ جَاءَكُمْ
مِنَ اللَّهِ نُورٌ
وَكِتَابٌ مُبِينٌ
يَهْدِي بِهِ اللَّهُ
مَنِ اتَّبَعَ
رِضْوَانَهُ سُبُلَ
السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ
مِنَ الظُّلُمَاتِ
إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ
وَيَهْدِيهِمْ
إِلَى صِرَاطٍ
مُسْتَقِيمٍ
“Sesungguhnya telah datang kepadamu
cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah
menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan
Allah mengeluarkan mereka dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang
dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS.
Al-Maidah:15-16)
3.
Ilmu merupakan tanda kebaikan seorang hamba. Rasulullah ﷺ bersabda:
من يُرِدْ الله
بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ
في الدِّينِ
“Siapa yang Allah kehendaki kebaikan
kepada seorang hamba maka ia akan dipahamkan tentang agamanya.” (Muttafaq
Alaihi dari Muawiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu 'anhuma)
Dan Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ اللَّهَ
عز وجل خَلَقَ
خَلْقَهُ في ظُلْمَةٍ
فَأَلْقَى عليهم
من نُورِهِفَمَنْ
أَصَابَهُ من ذلك
النُّورِ اهْتَدَى
وَمَنْ أَخْطَأَهُ
ضَلَّ
“Sesungguhnya Allah Azza Wajalla
menciptaan makhluk-Nya dalam kegelapan, Lalu Allah memberikan kepada mereka
dari cahaya-Nya, maka siapa yang mendapatkan cahaya tersebut, maka dia
mendapatkan hidayah, dan siapa yang tidak mendapatkannya maka dia tersesat.”
(HR. Ahmad (2/176), Tirmidzi,no:2642, Ibnu Hibban (6169), Al-Hakim dalam Mustadrak
(1/84), dari hadits Abdullah bin Amr bin Ash)
4.
Orang yang terbaik adalah para penuntut ilmu dan para pengajar ilmu. Rasulullah ﷺ bersabda:
خَيْرُكُمْ
من تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ
وَعَلَّمَهُ
“Sebaik- baik kalian adalah yang
mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari (4739), dari Utsman
Bin Affan Radhiallahu Anhu)
5.
Ilmu agama menyelamatkan dari laknat Allah SWT.
Disebutkan dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ الدُّنْيَا
مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ
ما فيها إلا ذِكْرُ
اللَّهِ وما وَالَاهُ
وَعَالِمٌ أو مُتَعَلِّمٌ
“Sesungguhnya dunia itu terlaknat,
terlaknat segala isinya, kecuali dzikir kepada Allah dan amalan-amalan
ketaatan, demikian pula seorang yang alim (berilmu) atau yang belajar.”
(HR. Tirmidzi, 2322; Ibnu Majah, 4112)
6.
Menuntut Ilmu, jalan menuju surga.
Disebutkan dalam Shahih Muslim,
dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah ﷺ
bersabda:
وَمَنْ سَلَكَ
طَرِيقًا يَلْتَمِسُ
فيه عِلْمًا سَهَّلَ
الله له بِهِ طَرِيقًا
إلى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang menempuh satu jalan
untuk mendapatkan ilmu, maka Allah memudahkan baginya jalan menuju surga.”
(HR. Muslim, 2699)
7.
Ilmu lebih utama dari ibadah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
فضل العلم أحب
إلي من فضل العبادة
و خير دينكم الورع
“Keutamaan ilmu lebih aku sukai dari
keutamaan ibadah, dan sebaik-baik agama kalian adalah bersikap wara’.” (HR.
Al-Hakim, Al-Bazzar, At-Thayalisi, dari Hudzaifah bin Yaman Radhiallahu Anhu)
Dalam riwayat lain, Rasulullah ﷺ
bersabda:
وَإِنَّ فَضْلَ
الْعَالِمِ على
الْعَابِدِ كَفَضْلِ
الْقَمَرِ لَيْلَةَ
الْبَدْرِ على
سَائِرِ الْكَوَاكِبِ
“Sesungguhnya keutamaan seorang yang
berilmu dibanding ahli ibadah, seperti keutamaan bulan di malam purnama
dibanding seluruh bintang-bintang.” (HR. Abu Dawud (3641), Ibnu Majah
(223), dari hadits Abu Darda’ Radhiallahu Anhu)
Dari Abu Umamah Radhiyallahu ‘Anhu
bahwa Nabi ﷺ bersabda:
فَضْلُ العَالِمِ
عَلَى العَابِدِ
كَفَضْلِي عَلَى
أَدْنَاكُمْ
“Keutamaan ahli ilmu atas ahli ibadah
seperti keutamanku atas orang paling rendah dari kalian.” (HR. At-Tirmidzi
No. 2685)
8.
Dengan ilmu akan ditinggikan derajat.
Allah
SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا
إِذَا قِيلَ لَكُمْ
تَفَسَّحُوا فِي
الْمَجَالِسِ
فَافْسَحُوا يَفْسَحِ
اللَّهُ لَكُمْ
ۖ
وَإِذَا قِيلَ
انشُزُوا فَانشُزُوا
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ
آمَنُوا مِنكُمْ
وَالَّذِينَ أُوتُوا
الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
ۚ
وَاللَّهُ بِمَا
تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila
dikatakan kepadamu: ‘Berilah kelapangan dalam majelis’, maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
‘Berdirilah kamu’, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujaadilah:
11)
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ اللهَ
يَرْفَعُ بِـهَذَا
الْكِتَابِ أَقْوَامًا
وَيَضَعُ بِهِ
آخَرِينَ
“Sesungguhnya Allah mengangkat dengan
Al-Qur’an beberapa kaum dan Allah pun merendahkan beberapa kaum dengannya.”
(HR. Muslim)
9.
Ilmu adalah kemuliaan dan anugerah terbesar dari Allah SWT. Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ سَلَكَ
طَرِيْقًا يَطْلُبُ
فِيْهِ عِلْمًا
سَلَكَ اللهُ بِهِ
طَرِيْقًا إِلَى
الْـجَنَّةِ وَإِنَّ
الْـمَلاَئِكَةَ
لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا
رِضًا لِطَالِبِ
الْعِلْمِ وَإِنَّهُ
لَيَسْتَغْفِرُ
لِلْعَالِـمِ
مَنْ فِى السَّمَاءِ
وَاْلأَرْضِ حَتَّى
الْـحِيْتَانُ
فِى الْـمَاءِ
وَفَضْلُ الْعَالِـمِ
عَلَى الْعَابِدِ
كَفَضْلِ الْقَمَرِ
عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ.
إِنَّ الْعُلَمَاءَ
هُمْ وَرَثَةُ
اْلأَنْبِيَاءِ
لَـمْ يَرِثُوا
دِيْنَارًا وَلاَ
دِرْهَمًا وَإِنَّمَا
وَرَثُوا الْعِلْمَ
فَمَنْ أَخَذَهُ
أَخَذَ بِحَظٍّ
وَافِرٍ.
“Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu,
maka Allah mudahkan jalannya menuju Surga. Sesungguhnya Malaikat akan
meletakkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang
mereka lakukan. Dan sesungguhnya seorang yang mengajarkan kebaikan akan
dimohonkan ampun oleh makhluk yang ada di langit maupun di bumi hingga ikan
yang berada di air. Sesungguhnya keutamaan orang ‘alim atas ahli ibadah seperti
keutamaan bulan atas seluruh bintang. Sesungguhnya para ulama itu pewaris para
Nabi. Dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar tidak juga dirham, yang
mereka wariskan hanyalah ilmu. Dan barangsiapa yang mengambil ilmu itu, maka
sungguh, ia telah mendapatkan bagian yang paling banyak.” (HR. Ahmad, V/196;
Abu Dawud, No.3641; at-Tirmidzi, No.2682; Ibnu Majah, No.223; dan Ibnu Hibban,
No.80; al-Mawaarid), lafazh ini milik Ahmad, dari Shahabat Abu Darda’ radhiyallaahu
‘anhu)
10.
Majlis ilmu adalah taman-taman surga dan taman-taman penuh rahmat.
Nabi ﷺ bersabda:
إِذَا مَرَرْتُمْ
بِرِيَاضِ الْـجَنَّةِ
فَارْتَعُوْا،
قَالُوْا: يَا
رَسُوْلَ اللهِ
مَا رِيَاضُ الْـجَنَّةِ؟
قَالَ: حِلَقُ
الذِّكْرِ.
“Apabila kalian berjalan melewati
taman-taman Surga, perbanyaklah berdzikir.” Para Shahabat bertanya, “Wahai
Rasulullah, apakah yang dimaksud taman-taman Surga itu?” Beliau menjawab, “Yaitu
halaqah-halaqah dzikir (majelis ilmu).” (HR. at-Tirmidzi, No.3510;
Ahmad, III/150; dan lainnya, dari Shahabat Anas bin Malik radhiyallaahu
‘anhu. At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan.” Lihat takhrij lengkapnya
dalam Silsilah ash-Shahiihah, No.2562)
‘Atha’ bin Abi Rabah (wafat th. 114 H) rahimahullaah
berkata, “Majelis-majelis dzikir yang dimaksud adalah majelis-majelis halal dan
haram, bagaimana harus membeli, menjual, berpuasa, mengerjakan shalat, menikah,
cerai, melakukan haji, dan yang sepertinya.” [Disebutkan oleh al-Khatib
al-Baghdadi dalam al-Faqiih wal Mutafaqqih (no. 40). Lihat kitab al-‘Ilmu
Fadhluhu wa Syarafuhu (hal. 132)]
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ …وَمَا
اجْتَمَعَ قَوْمٌ
فِي بَيْتٍ مِنْ
بُيُوتِ اللَّهِ
يَتْلُونَ كِتَابَ
اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ
بَيْنَهُمْ إِلَّا
نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ
السَّكِينَةُ
وَغَشِيَتْهُمُ
الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ
الْمَلَائِكَةُ
وَذَكَرَهُمُ
اللَّهُ فِيمَنْ
عِنْدَهُ
Dari Abu Hurairah, dia berkata:
Rasulullah bersabda, ”Dan tidaklah sekelompok orang berkumpul di dalam satu
rumah di antara rumah-rumah Allah; mereka membaca Kitab Allah dan saling
belajar di antara mereka, kecuali ketenangan turun kepada mereka, rahmat
meliputi mereka, malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka
di kalangan (para malaikat) di hadapan-Nya.” (HR. Muslim, no.2699; Abu
Dawud, no.3643; Tirmidzi, no.2646; Ibnu Majah, no.225; dan lainnya)
11.
Ilmu adalah kunci pertolongan Allah. Salah-satu bentuk menolong agama Allah adalah menuntut ilmu dan
mengajarkannya kepada manusia. Barangsiapa yang menolong agama Allah niscaya
Allah akan menolongnya tidak hanya perkara akhirat tapi juga perkara dunia.
Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا
إِنْ تَنْصُرُوا
اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ
وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
"Hai orang-orang yang beriman,
jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu." (QS. Muhammad: 7)
12.
Orang berilmu (Ulama) adalah Pewaris Para Nabi. Rasulullah ﷺ bersabda:
الْعُلُمَاءُ
وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ
“Ulama adalah pewaris para Nabi.”
(HR. At-Tirmidzi dari Abu Ad-Darda radhiallahu ‘anhu)
13.
Ilmu adalah kunci kebahagiaan dunia dan akhirat. Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ أَرَادَ
الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ
بِاْلعِلْمِ وَ
مَنْ أَرَادَ
ْالآخِرَةِ فَعَلَيْهِ
بِاْلعِلْمِ وَ
مَنْ أَرَادَ هُمَا
فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ
"Barangsiapa yang menginginkan
kehidupan dunia, mak ia harus memiliki ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan
kehidupan akhirat maka itupun harus dengan ilmu, dan barangsiapa yang
menginginkan keduanya maka itupun harus dengan ilmu." (HR. Thabrani)
14. Dan masih banyak sekali kemuliaan dan
keutamaan ilmu lainnya.
Saudaraku! Oleh karena itu, mari kita
lebih bersemangat lagi dalam menuntut ilmu sebagaimana teladan mulia semangat
baja dari penghulu guru-guru kita seperti Imam al-Bukhari dan para Ulama
Salafush Shalih serta para Sahabat Rasul Radhiyallahu 'anhum, demi
mencari keridhaan Allah SWT semata dan demi keselamatan dan kebahagiaan serta
keberkahan hidup kita sekeluarga baik di dunia maupun di akhirat.
Wallahu a'lam bish shawab. []
#KhilafahAjaranIslam
#ReturnKhilafah
#KhilafahWujudkanIslamRahmatanLilAlamin