Friday, October 8, 2021

Referensi dan Artikel Hijab Syar’i



*Referensi dan Artikel Hijab Syar’i*


KITAB Nizhom al-Ijtima'i (Sistem Pergaulan Dalam Islam) download 

https://tsaqofah.id/sistem-pergaulan-dalam-islam/ 


Jawaban Pertanyaan Seputar Pakaian Syar’iy untuk Perempuan - asy-Syaikh al-‘Alim Atha’ bin Khalil Abu ar-Rasytah

https://tsaqofah.id/soal-jawab-seputar-pakaian-syariy-untuk-perempuan/ 


Jilbab dan Irkha’-nya Dan Bagaimana Itu Membedakan Wanita Merdeka dan Hamba Sahaya - Syaikh Atha’ bin Khalil Abu ar-Rasytah

https://tsaqofah.id/jilbab-dan-irkhanya-dan-bagaimana-itu-membedakan-wanita-merdeka-dan-hamba-sahaya/ 


Perbedaan Kerudung dengan Jilbab - Ust. Shiddiq Al-Jawi 

https://telisik.id/amp/detail/jangan-keliru-ini-perbedaan-kerudung-dan-jilbab 


Pakaian Syar’iy Yang Diwajibkan oleh Islam Terhadap Wanita di Kehidupan Umum 

https://tsaqofah.id/pakaian-syariy-yang-diwajibkan-oleh-islam-terhadap-wanita-di-kehidupan-umum/ 


Jilbab Wajib, Tak Ada Ikhtilaf - Buletin Kaffah edisi 178

https://buletinkaffah.id/edisi-178-jilbab-wajib-tak-ada-ikhtilaf/ 

Versi audio 

https://buletinkaffah.id/audio-178-jilbab-wajib-tak-ada-ikhtilaf/ 


Apa Itu Jilbab 

https://www.globalmuslim.web.id/2011/06/apa-itu-jilbab.html?m=1 


Ustadz Felix Siauw: Nggak Pake Kerudung ?!

https://www.globalmuslim.web.id/2013/07/ustadz-felix-siauw-nggak-pake-kerudung.html?m=1 


Batas Busana Muslimah Bagian Bawah

https://www.tintasiyasi.com/2020/10/batas-busana-muslimah-bagian-bawah.html?m=1 


Mengulurkan Jilbab, Sebatas Apa? - KH. Hafidz Abdurrahman

https://anaksholeh.net/mengulurkan-jilbab 


Hijab Bagi Non Muslim, Mengapa Tidak?

https://www.tintasiyasi.com/2021/01/hijab-bagi-non-muslim-mengapa-tidak.html?m=1 


Jilbab Pakaian Wajib Bagi Setiap Muslimah

https://www.mediaoposisi.id/2020/02/jilbab-pakaian-wajib-bagi-setiap.html?m=1 


Manfaat Dan Hikmah Berbusana Muslimah – Ust. Arief B. Iskandar

https://www.trenopini.com/2020/02/manfaat-dan-hikmah-berbusana-muslimah.html 


Busana Muslimah Syar’i – Syaikh Atha’ bin Khalil Abu ar-Rasytah

http://kir-lds.blogspot.com/2015/08/soal-jawabhijab-syari-muslimah-yang.html 



Hijab Syar'i 

slide presentasi @felixsiauw http://www.mediafire.com/download/7g7g776i2yf2iv1/HijabSyar%27i.pptx 


Menutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPT

https://www.mediafire.com/file/w8thkyg9whru4nm/Menutup+Aurat+yang+Benar+-+Sesuai+Syariah.pptx/file 



BUKU Yuk Berhijab! - Felix Siauw 

https://www.bukalapak.com/p/hobi-koleksi/buku/agama-kepercayaan/mjayfw-jual-buku-islam-yuk-berhijab-felix-siauw 


Buku Fiqih Busana Muslimah; Tuntunan Berbusana Syar’i di Dalam dan Luar Rumah - Utsman Zahid as-Sidany

https://bukuquwwah.blogspot.com/2019/08/buku-fiqih-busana-muslimah-karya-ustadz.html?m=1 



VIDEOS


Siapa Bilang Jilbab Tidak Wajib 

https://m.youtube.com/watch?v=8cim6F_8YmQ 


Berhijab Itu Wajib 

https://m.youtube.com/watch?v=M0mm7fI7axE 


Outfit Perempuan Saat Keluar Rumah 

https://m.youtube.com/watch?v=w-VJ7rwlOao 


Begini Cara Perempuan Menutup Aurat 

https://m.youtube.com/watch?v=v2Kc-wSFOR0 


Buka-Tutup Aurat? 

https://m.youtube.com/watch?v=VTNgrx1T7lo 


Jilbab dan Aurat Perempuan 

https://m.youtube.com/watch?v=oeUKXxxPcYs 


Jilbab Wajib Tak Ada Ikhtilaf

https://m.youtube.com/watch?v=IOMYreEm2Dg 


My Hijab, My Identity

https://m.youtube.com/watch?v=ZcFMsHYtBYU 


Inilah Alasan Hijrahnya Zaskia Sungkar dan Eddies Adellia

https://youtu.be/I6rQC2XRy-o 


Jilbab Budaya Arab? 

https://m.youtube.com/watch?v=Ogu4A4LdG6c 


Hikmah Jilbab dan Kerudung 

https://m.youtube.com/watch?v=UxHF2Q5KeRA





Tuesday, January 5, 2021

Pilih Pemimpin Itu Perkara Surga Dan Neraka



Oleh: Zakariya al-Bantany

 

Tidak terasa kita sudah melewati tahun politik 2018-2019 dan tahun ujian politik 2020 yang penuh dengan romantisme politik sejarah dan suka-duka serta ujian bertubi-tubi bagi rakyat negeri ini khususnya umat Islam, dan menjadi pintu gerbang kebangkitan perjuangan umat Islam dalam aktivitas membela Islam dan membela tauhid, serta membela Syariah dan Khilafah, serta pula bendera tauhid ar-Royah dan al-Liwa' serta pembelaan terhadap sesama umat Islam yang tertindas di zaman now ini.

 

Dan kini pun kita telah memasuki awal Januari tahun 2021, yang artinya kita sudah meninggalkan tahun 2020 yang merupakan tahun penuh bencana dan penuh tragedi politik di antaranya terjadinya banyak penangkapan terhadap aktivis Islam dan Ulama oleh rezim, serta juga banyaknya lahirnya RUU dan UU dzhalim produk rezim dan DPR seperti UU Minerba, RUU HIP, UU Covid-19, UU Omnibus Law Cilaka dan lain-lain. Dan juga di tahun 2020 lalu hingga di awal tahun 2021 ini akibat kebijakan salah dan ngawur rezim hingga sebabkan krisis kesehatan dengan mewabahnya pandemi Coronavirus (Covid-19) di seluruh Indonesia hingga memakan korban nyawa ribuan lebih rakyat dan meluluh-lantakkan semua sendi-sendi kehidupan rakyat khususnya makin memukul ekonomi yang sebelumnya sudah babak-belur, dan juga terbunuhnya 6 laskar FPI secara brutal oleh aparat rezim tanpa proses pengadilan, yang kemudian berujung makin tragis tanpa proses pengadilan pula dengan dibubarkannya FPI secara dzhalim oleh rezim.

 

Dan juga artinya kita pun sudah meninggalkan tahun 2019 yang lalu sebelumnya, yang notabene merupakan tahun yang sangat panas, di mana telah digelar pemilu serentak baik pileg maupun pilpres pada bulan April yang lalu di tahun 2019 tersebut dalam memilih wakil rakyat yang baru sekaligus presiden yang baru yang tentunya akan menjadi kepala negara RI yang baru selama 5 tahun lamanya ke depan.

 

Terbukti terasa sangat kentaranya dan sangat panasnya tensi politik dan aura pertarungan politik antara kubu petahana (01) dan kubu oposisi (02) baik di dunia nyata maupun di dunia maya atau di media sosial di tahun-tahun politik di musim pemilu tersebut sejak tahun 2016 dan tahun 2017 hingga tahun 2018 yang lalu. Dan juga di tahun 2019 yang lalu yang telah menjadi puncak pertarungan politik antara kubu petahana dan kubu oposisi untuk merebut hati para pemilih yakni rakyat negeri ini demi memenangkan dan meraih kekuasaan dari tangan rakyat dalam demokrasi tersebut untuk menjadi penguasa baru selama 5 tahun mendatang.

 

Dan akhirnya berujung pemilu serentak 2019 tersebut khususnya pilpres 2019 tahun lalu justru berakhir sangat amburadul dan dipenuhi dengan kecurangan yang sistematis, terstruktur, massif dan brutal hingga memakan korban tumbal nyawa 700 KPPS. Dan menghabiskan uang negara lebih dari Rp25 trilyun untuk membiayai pemilu paling terburuk dalam sejarah NKRepublikI. Hingga sebabkan lebih dari 9 warga sipil tewas dalam aksi rakyat pada tanggal 21, 22 dan 23 Mei 2019 tahun yang lalu dalam memprotes pemilu tercurang 2019 tersebut.

 

Yang kemudian pula nasib malang nian justru berujung gagalnya #2019GantiPresiden dalam pilpres 2019 tersebut dengan dimenangkannya kubu petahana 01 oleh KPU pusat di tengah malam dan oleh hakim MK saat belum rampungnya penghitungan hasil akhir pemilu 2019 tersebut. Dan juga saat terjadinya huru-hara dan kisruh yang disebabkan oleh kecurangan sistematis pemilu 2019 tahun lalu tersebut.

 

Dan juga saat jelang pelantikan Presiden dan wapresnya untuk masa periode kedua kalinya, hingga sebabkan 4 Mahasiswa tewas dalam serangkaian aksi Mahasiswa menggugat RUU KPK dan RKUHP pada 23 September 2019–2 Oktober 2019 (1 minggu dan 2 hari) tahun lalu.

 

Serta akhirnya berujung pula kubu 02 pun merapat dan berkoalisi dengan kubu 01 dalam koalisi rekonsiliasi megaproyek dengan kompensasi Prabowo mendapatkan jatah menteri pertahanan dalam pemerintahan Jokowi (jilid kedua) dan Ma'ruf Amin untuk masa periode tahun 2019-2024. Demi mendapatkan bagi-bagi kue kekuasaan, sekaligus demi melegitimasi presiden dan wapres hasil pemilu 2019 tersebut.

 

Dan berujung pula menjelang akhir tahun 2020 lalu, justru Sandiaga Uno Cawapres dari capres Prabowo mengikuti jejak Prabowo, dengan akhirnya Sandiaga pun menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam pemerintahan Jokowi (jilid kedua) dan Ma'ruf Amin untuk masa periode tahun 2019-2024. Dan diperparah pula di akhir tahun 2020 lalu, justru rezim Jokowi-Ma'ruf tanpa proses pengadilan, tanpa dialog dan tanpa kegentingan yang memaksa secara dzhalim membubarkan FPI. Namun justru Prabowo-Sandi bungkam dan tidak ada suara sama sekali atas pembubaran FPI tersebut.

 

Hingga akhirnya semakin membuat sangat kecewa berat bagi para pendukung dan pemilih 02 Prabowo-Sandi. Bahwa ternyata terbukti mereka telah ditipu berkali-kali oleh demokrasi dan telah dikhianati oleh Prabowo-Sandi jagoan mereka dan harapan besar mereka tersebut. Dan kini Ulama-Habaib dan umat Islam serta emak-emak dan Ormas Islam mulai menyadari dan mulai menaruh harapan satu-satunya kepada solusi Islam yakni Syariah dan Khilafah untuk mewujudkan perubahan hakiki dan menuntaskan segala problematika yang mendera negeri ini.

 

Namun, di balik dari sukacita dan dukacita yang mendera rakyat dan umat Islam dalam proses dan hasil pemilu tercurang 2019 tahun lalu tersebut dan juga tahun bencana dan tragedi politik 2020 tahun lalu. Maka, hendaknya tahun 2019 dan tahun 2020 tersebut menjadi pelajaran sangat berharga bagi kita semua umat Islam dan seluruh rakyat Indonesia yang mencita-citakan perubahan dan kepemimpinan baru dalam menapaki kehidupan yang lebih baik di tahun 2021 ini dan di tahun-tahun mendatang berikutnya. Juga sungguh ketahuilah pula, memilih pemimpin negara bukan sekedar memilih orangnya saja, tapi juga memilih dengan cara apa ia memimpin, mengurus dan mengelola negara. Apakah ia memimpin, mengurus dan mengelola negara dengan cara tuntunan Allah yakni cara Islam ataukah justru cara hawa nafsu pribadinya, dan cara hawa nafsu setan, serta cara hawa nafsu mayoritas kebanyakan manusia seperti cara demokrasi, cara komunis, cara teokrasi, cara monarkhi dan cara barbar jahiliyah..?!

 

Karena itulah, salah memilih pemimpin negara, jika di mana pemimpin negara yang kita pilih tersebut dalam visi dan misi serta tujuan dan seluruh program kerjanya dalam memimpin, mengurus dan mengelola negara tidak mau menggunakan cara dari Allah atau cara Islam namun justru menggunakan cara hawa nafsu manusia dan setan seperti cara demokrasi, cara komunis, cara teokrasi, cara monarki dan cara barbar jahiliyah.

 

Maka orang yang memilih pemimpin negara yang tidak mau menggunakan cara Islam, tentunya akan memperoleh dosa investasi atas dosa-dosa yang dilakukan oleh penguasa dzhalim yang dipilih tersebut. Dan dosa yang terbesar yang dilakukan oleh kita dan penguasa tersebut adalah mencampakkan hukum-hukum Allah dan menerapkan hukum-hukum jahiliyah buatan manusia seperti demokrasi kapitalisme sekularisme, sosialisme komunisme, teokrasi, monarki dan barbar jahiliyah.

 

Jika seandainya pemimpin negara tersebut mati dan masuk neraka gara-gara tidak mau menggunakan cara Islam, maka pendukungnya pun akan ikutan terseret menemani pemimpin dzhalim tersebut ke neraka. Sebab setiap pilihan hidup kita akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT termasuk pemimpin dan yang dipimpin pun akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah SWT.

 

 

وعن بن عمر رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلّم قال: كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعيّتِهِ, والأميرُ راعٍ, والرّجُلُ راعٍ على أهلِ بيتِهِ, والمرأةُ رَاعِيَّةٌ على بيتِ زوجِها وَوَلَدِهِ, فكلّكم راعٍ وكلّكم مسئولٌ عنْ رَعِيَّتِهِ. (متفق عليه)

 

 

Dari Ibn Umar ra. Dari Nabi saw., beliau bersabda:

“Kalian adalah pemimpin dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan kalian. Seorang penguasa adalah pemimpin, seorang suami adalah seorang pemimpin seluruh keluarganya, demikian pula seorang isteri adalah pemimpin atas rumah suami dan anaknya. Kalian adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan kalian." (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Allah SWT pun berfirman:

 

إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْأَسْبَابُ ﴿١٦٦﴾ وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا ۗ كَذَٰلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ ۖ وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ

 

"Ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali.

Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allâh memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka." (QS. al-Baqarah: 166-167)

 

وَبَرَزُوا لِلَّهِ جَمِيعًا فَقَالَ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ ۚ قَالُوا لَوْ هَدَانَا اللَّهُ لَهَدَيْنَاكُمْ ۖ سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَجَزِعْنَا أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا مِنْ مَحِيصٍ

 

"Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allâh, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong: “Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan dari kami azab Allâh (walaupun) sedikit saja?” Mereka menjawab: “Seandainya Allâh memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri." (QS. Ibrâhîm: 21)

 

وَإِذْ يَتَحَاجُّونَ فِي النَّارِ فَيَقُولُ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا نَصِيبًا مِنَ النَّارِ ﴿٤٧﴾ قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُلٌّ فِيهَا إِنَّ اللَّهَ قَدْ حَكَمَ بَيْنَ الْعِبَادِ

 

"Dan (ingatlah), ketika mereka berbantah-bantah dalam neraka, maka orang-orang yang lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “Sesungguhnya kami adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan dari kami sebahagian azab api neraka?” Orang-orang yang menyombongkan diri menjawab: “Sesungguhnya kita semua sama-sama dalam neraka, karena sesungguhnya Allâh telah menetapkan keputusan antara hamba-hamba-(Nya)." (QS. Ghafir: 47-48)

 

وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الظَّالِمُونَ مَوْقُوفُونَ عِنْدَ رَبِّهِمْ يَرْجِعُ بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ الْقَوْلَ يَقُولُ الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا لَوْلَا أَنْتُمْ لَكُنَّا مُؤْمِنِينَ﴿٣١﴾قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا لِلَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا أَنَحْنُ صَدَدْنَاكُمْ عَنِ الْهُدَىٰ بَعْدَ إِذْ جَاءَكُمْ ۖ بَلْ كُنْتُمْ مُجْرِمِينَ﴿٣٢﴾وَقَالَ الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا بَلْ مَكْرُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ إِذْ تَأْمُرُونَنَا أَنْ نَكْفُرَ بِاللَّهِ وَنَجْعَلَ لَهُ أَنْدَادًا ۚ وَأَسَرُّوا النَّدَامَةَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ وَجَعَلْنَا الْأَغْلَالَ فِي أَعْنَاقِ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ هَلْ يُجْزَوْنَ إِلَّا مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

 

"Dan orang-orang kafir berkata: “Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al-Qur’an ini dan tidak (pula) kepada kitab yang sebelumnya.” Dan (alangkah hebatnya) kalau kamu lihat ketika orang-orang yang zhalim itu dihadapkan kepada Rabbnya, sebahagian dari mereka menghadapkan perkataan kepada sebagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “Kalau tidaklah karena kamu, tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman.” Orang-orang yang menyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah: “Kamikah yang telah menghalangi kamu dari petunjuk sesudah petunjuk itu datang kepadamu? (Tidak), sebenarnya kamu sendirilah orang-orang yang berdosa.” Dan orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “(Tidak), sebenarnya tipudaya(mu) di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami), ketika kamu menyeru kami supaya kami kafir kepada Allâh dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya.” Kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka melihat adzab. Dan Kami akan memasang belenggu di leher orang-orang yang kafir. mereka tidak dibalas melainkan dengan apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Saba’: 31-33)

 

قَالُوا رَبَّنَا مَنْ قَدَّمَ لَنَا هَٰذَا فَزِدْهُ عَذَابًا ضِعْفًا فِي النَّارِ

 

"Mereka (para pengikut) berkata (lagi): “Ya Rabb kami; orang yang telah menjerumuskan kami ke dalam adzab ini, maka tambahkanlah adzab kepadanya dengan berlipat ganda di dalam neraka." (QS. Shaad: 61)

 

إِنَّ اللَّهَ لَعَنَ الْكَافِرِينَ وَأَعَدَّ لَهُمْ سَعِيرً﴿٦٤﴾اخَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ لَا يَجِدُونَ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا﴿٦٥﴾يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا﴿٦٦﴾وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا﴿٦٧﴾رَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا

 

"Sesungguhnya Allâh melaknat orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala (neraka); mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; mereka tidak memperoleh seorang pelindungpun dan tidak (pula) seorang penolong. Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata: “Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allâh dan taat (pula) kepada Rasul.” Dan mereka berkata: ”Ya Rabb kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Rabb kami, timpakanlah kepada mereka adzab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar." (QS. al-Ahzâb: 64-68)

 

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Thâwus rahimahullah mengatakan, “Saadatana yaitu para pemimpin, sedangkan kubaro-ana (pembesar-pembesar kami) adalah ulama.” (Riwayat Ibnu Abi Haatim). Yaitu, kami dahulu telah mentaati para penguasa dan para pembesar dari kalangan ulama’, dan kami telah menyelisihi para Rasul, kami dahulu meyakini bahwa mereka memiliki sesuatu (manfaat, Pen.), dan bahwa mereka di atas sesuatu (kebenaran, Pen.), namun ternyata mereka tidak di atas sesuatu (kebenaran). [Tafsir Ibnu Katsir, surat al-Ahzâb/33 ayat 67-68, dengan ringkas]

 

Karena itu, sebelum terlambat dan sebelum menyesal kelak di kemudian hari, maka jangan sampai salah pilih untuk kesekian kalinya berulang kali. Jangan pernah memilih pemimpin yang suka bohong dan suka ingkar janji, serta suka menyelisihi dan memusuhi serta mengkriminalisasi hukum-hukum Allah dan seluruh ajaran Islam (sistem Islam baik akidah Islam maupun Syariah Islam khususnya ajaran Islam perihal Syariah, dakwah, jihad dan Khilafah). Jadi, jangan pernah memilih pemimpin yang tidak mau menerapkan Islam, dan sangat anti Islam, serta menjadi pengkhianat umat dan pengkhianat akidah Islam. Cukuplah kiranya pemilu penuh darah tahun 2019 yang lalu dan juga tahun 2020 yang penuh bencana dan tragedi serta pengkhianatan tersebut menjadi pelajaran sangat berharga bagi kita dan jangan sampai terulang kembali di tahun 2021 ini dan di tahun-tahun mendatang berikutnya.

 

Maka, pilihlah dengan pilihan yang benar dan tepat nan cerdas sesuai Syariah yaitu memilih pemimpin yang dikehendaki Syariah Islam yakni memilih pemimpin yang memenuhi syarat-syarat legal syar'i yaitu Islam, laki-laki, baligh, berakal, merdeka, adil dan mampu, yang tentunya pemimpin yang memenuhi syarat-syarat legal syar'i tersebut hanya mau menerapkan dan mau menjalankan hukum-hukum Allah semata, yaitu pemimpin yang mau menerapkan dan menjalankan sistem Islam secara kaffah baik akidah Islam maupun Syariah Islam (Al-Qur’an dan As-Sunnah) dalam segala aspek kehidupan dalam bingkai negara Khilafah Rasyidah Islamiyah semata untuk Indonesia yang lebih baik penuh rahmah dan penuh berkah, serta berkeadilan penuh kedamaian dan penuh kesejahteraan hingga menebar rahmah dan berkah bagi dunia dan alam semesta. Apatah lagi ganti rezim telah gagal dalam pemilu berdarah 2019 tahun lalu dan buah busuknya yang beracun dan merusak serta bencananya sudah dirasakan di tahun 2020 yang lalu, maka tidak ada alternatif pilihan lain kecuali ganti rezim ganti sistem hanya dengan solusi Islam, yaitu Syariah dan Khilafah. Mau..?!

 

Wallahu a'lam bish shawab. []

 

#2021GantiRezimGantiSistem

#2021TumbangkanDemokrasi

#2021TegakkanKhilafah

#2021ReturnTheKhilafah

#KhilafahAdalahSolusi


Friday, November 27, 2020

Mengapa?




1. Sependek pemahaman saya, selama ini penistaan terhadap Rasulullah ﷺ oleh kafir Barat terjadi karena mereka yakin umat Islam tidak mampu mewujudkan apa yang dituntut oleh Islam atas penista Rasulullah ﷺ, yakni memerangi atau membunuhnya. 


2 . Sependek pengetahuan saya, hal ini terjadi karena kaum muslim tidak memiliki institusi pelindung atas agama dan kehormatan Nabinya. 


3. Bukankah al-Mawardi mengatakan? 


الإمامة موضوعة لخلافة النبوة في حراسة الدين وسياسة الدنيا (به) 


_"Imamah (negara) diwujudkan untuk mengganti tugas kenabian dalam menjaga agama dan mengatur kehidupan dunia (dengan agama)."_ 


4. Adakah yang melebihi pentingnya menjaga kehormatan Nabi ﷺ, mengingat tak ada Islam tanpa beliau, dan melecehkan beliau adalah melecehkan Allah dan Islam! 


5. Sependek pengetahuan saya, bukankah pelecehan-pelecehan yang terjadi selalu diatasnamakan kebebasan yang menjadi ruh demokrasi? Bukankah memang tabiat kebebasan ala Barat memang demikian? 


Mengapa pula kita sering membela dengan mentakwil ajaran kebebasan mereka agar sesuai dengan nilai-nilai yang dikenal oleh umat Islam? Juga sebaliknya, mengapa pula kita sering mentakwil Islam agar sesuai dengan arti kebebasan yang mereka ajarkan dan telah meracuni pikiran kita? 


6. Jika demikian perkaranya, bukankah sudah terang benderang bahwa kita wajib menegakkan Institusi yang mampu melindungi junjungan alama Rasulullah ﷺ? 


Apakah mempertahankan yang diklaim kesepakatan bangsa lebih penting daripada melindungi kehormatan Rasulullah? 


7. Mengapa pula kita tidak segera uninstall sistem kapitalis-demokrasi yang telah terbukti menjadi sumber masalah, termasuk penghinaan terhadap kehormatan Rasulullah? 


8. Mengapa mencukupkan dengan kutukan dan seruan boikot pruduk-produk industri Barat? Mengapa kita tidak menyerukan boikot produk Barat yang paling zhalim dan jahat, produk yang telah menjadikan hawa nafsu manusia sebagai hukum dan manusia sebagai Tuhan? 


إن الشرك لظلم عظيم 

 

9. Mengapa? 


10. Sampai kapan? [] 


Utsman Zahid as-Sidany

Apa Sih Hubungan Halaqah Dengan Perubahan



Oleh: Muhammad Izzah, M.Pd.I

Kalau ada sahabat bertanya, kenapa saya mesti halaqah setiap pekan? apa manfaat buat saya? apa sih hubungan halaqah dengan perubahan?

Halaqah adalah kajian keislaman yang seorang murid bertemu dengan guru (mulazamah) aktivitas membaca teks kitab paragraph demi paragraph (Talaqqi) kemudian guru menjelaskan maksudnya.

Tradisi ilmiah ini telah diwarisi Rasul kepada generasi dari generasi sampai saat ini. Manhaj tradisi ilmu ini para ulama sudah tidak lagi diperhatikan umat Islam, sehingga terjadi kekacauan pemikiran Islam. Warisan Islam yang hebat hilang di tengah-tengah umat. Orang jahil mulai berbicara yang sebetulnya tidak memiliki otoritas. Wabah kebodohan dan kesesatan umat semakin kronis.

Halaqah adalah majlis intelektual antara guru dan murid. Majlis ini mengasah intelektual dan hati. Aktivitas halaqah mampu meningkatkan taraf berpikir dan membangun pola pikir yang benar.

Selain membangun intelektual, halaqah mendidik hati terpaut dengan Allah serta melapangkan jiwa. Halaqah mengajarkan kepada murid untuk senantiasa menjaga hati. Ikhlas, bersabar dan merendahkan hati di hadapan guru sebab turun barakah ilmu.

Boleh jadi dalam forum terjadi diskusi ilmiah tetapi tetap menjaga adab. Boleh jadi majlis halaqah murid lebih paham tema dalam kajian tetap wajib merendah diri di hadapan guru. Sabar, istiqamah dan ikhlas serta cita-cita tinggi terhadap menguasai tsaqafah jamaah bagian rasa memiliki jamaah.

Output yang diharapkan memiliki aqal dan nafsiyah Islami atau syakhshiyah Islamiyah (kepribadian Islami) dan politis.

Terbentuk Karakter Islam para murid dan modal tsaqafah Islam dikaji dituntut untuk menyebarkan karena bagian kewajiban dakwah. Berkembangnya sel dakwah secara kuantitas dan kualitas ide-ide Islam akan berkembang dan menyebar di tengah-tengah umat semakin cepat.

Opini dan kesadaran umat terhadap Islam semakin mengkristal, walhasil, perubahan semakin cepat. Jika Islam sudah menjadi ideologi umat, maka umat tidak akan ridho terhadap ideologi Islam dicampakkan penguasa. Umat akan menuntut perubahan, berjuang dan berjual-beli kepada Allah agar Islam diterapkan pada level bernegara.

Di sinilah urgensi halaqah, karena halaqah menciptakan secara kuantitas dan kualitas para pengemban dakwah amanah dan terpercaya.

Dakwah membutuhkan kesabaran, keikhlasan, semangat dan ilmu tsaqafah. Paket ini tidak bisa tawar menawar dalam diri kita sebagai pengemban dakwah. Jika dakwah hanya bermodal semangat tanpa disertai kemapanan tsaqafah Islam, kita akan kehilangan passion jati diri sebagai syabab...

... Semoga Allah senantiasa memberikan hidayah, perlindungan, keikhlasan, kesabaran dan istiqamah kepada kita semua. Aamiin…

Salam saudaramu Al faqir


Wednesday, October 7, 2020

Laksana Burung Beo

 



Oleh: Zakariya al-Bantany


Gagal Pahamnya Pengikut Dan Pembela Penguasa Yang Dzhalim 


Orang-orang yang gagal memahami fakta dan nash-nash syar'i serta gagal pula dalam ber-istidhlal dan gagal pula dalam menyimpulkan status hukum sesuatu fakta khususnya terkait Ulil Amri dan ketaatan terhadap pemimpin.


Sehingga mereka membabi buta taat, mendukung dan membela pemimpin ruwaibidhah demokrasi-sekuler -yang terbukti amat sangat dzhalim dan menyimpang dari akidah Islam serta telah mencampakkan hukum-hukum Allah dan terang-terangan pula memusuhi Islam- dengan menafikkan ribuan lebih fakta-fakta kedzhaliman dan penyimpangan penguasa ruwaibidhah demokrasi-sekuler tersebut.


Seraya pula mereka pun menafikkan banyaknya nash-nash syar'i perihal kewajiban amar ma'ruf wa nahi munkar khususnya kepada penguasa yang dzhalim dan larangan taat, masuk dan mendukung penguasa yang dzhalim tersebut. Seperti hadits-hadits berikut ini:


عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: من رأى منكم منكرا فليغيره بيده، فإن لم يستطع فبلسانه، فإن لم يستطع فبقلبه، وذلك أضعف الإيمان


Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra. berkata, saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda:


“Barangsiapa di antara kamu yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan tangannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan lisannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah dengan hatinya, dan itulah keimanan yang paling lemah.” (HR. Muslim no. 49)


Juga diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri ra., Nabi Saw. bersabda:


أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ


Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim.” (HR. Abu Daud no. 4344, Tirmidzi no. 2174, Ibnu Majah no. 4011. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan).


Rasulullah Saw. pun bersabda:


سَتَكُونُ أُمَرَاءُ فَتَعْرِفُونَ وَتُنْكِرُونَ فَمَنْ عَرَفَ بَرِئَوَمَنْ أَنْكَرَ سَلِمَ وَلَكِنْ مَنْ رَضِيَ وَتَابَعَ


“Akan muncul pemimpin-pemimpin yang kalian kenal, tetapi kalian tidak menyetujuinya. Orang yang membencinya akan terbebaskan (dari tanggungan dosa). Orang yang tidak menyetujuinya akan selamat. Orang yang rela dan mematuhinya tidak terbebaskan (dari tanggungan dosa).” (HR. Muslim No. 3445)


Dan masih banyak lagi hadits-hadits Rasulullah Saw. lainnya yang mereka ingkari perihal kewajiban amar ma'ruf wa nahi munkar khususnya kepada penguasa yang dzhalim dan larangan taat, masuk dan mendukung penguasa yang dzhalim tersebut.


Padahal pula sangat jelas dalam Islam sendiri, ketaatan mutlak itu hanya berlaku untuk Allah dan Rasul-Nya; sehingga kepada Ulil Amri/ pemerintah/ pemimpin yang berhukum pada Syariah pun, ketaatan itu sifatnya terbatas (tidak mutlak). Sebagaimana yang termaktub dalam QS. An-Nisa' [4]: 59.


Oleh karena itu, terkait Ulil Amri tersebut sebagaimana yang termaktub dalam QS. An-Nisa' [4]: 59 tersebut, Allah SWT berfirman:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا


"Wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah, taatilah Rasul serta Ulil Amri di antara kalian. Jika kalian berselisih dalam suatu urusan, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul jika kalian memang mengimani Allah dan Hari Akhir. Itu lebih baik dan merupakan sebaik-baik penjelasan." (QS. An-Nisa’ [4]: 59).


Konotasi kata Ulil Amri di sini, menurut Ibn Abbas ra. , adalah al-umara’ wa al-wullat (para penguasa). Konteks ayat ini juga turun berkaitan dengan kewajiban untuk menaati penguasa. [Asy-Syaukani, Naylu al-Awthar fi Syarh Muntaqa al-Akhbar, Dar al-Fikr, Beirut, 1994, VIII/46].


Karena itu, Ulil Amri dengan konotasi penguasa dalam konteks ini jelas lebih tepat ketimbang konotasi ulama atau yang lain. Dengan demikian, ayat ini jelas memerintahkan agar menaati penguasa/pemimpin. Namun, penguasa/pemimpin seperti apa yang dimaksud..?!


Sayyidina Ali bin Abi Thalib-karrama-Llahu wajhah-menjelaskan, bahwa seorang imam/kepala negara wajib memerintah berdasarkan hukum yang diturunkan oleh Allah, serta menunaikan amanah. Jika dia melakukan itu maka rakyat wajib untuk mendengarkan dan menaatinya. [Al-Baghawi, Tafsir al-Qur’an, Dar al-Kutub al-’Ilmiyyah, Beirut, t.t, surat an-Nisa’ [04]: 59].


Juga di dalam kitab Fathul Qadir 1/556, Imam Syaukani Rahimahullah pun mengatakan:


والأولى الأمر : هم الأئمة والسلاطين، والقضاة وكل من كانت له ولاية شرعية لا ولاية طاغوتية


“Ulil Amri adalah para imam, penguasa, hakim, dan semua orang yang memiliki kekuasaan yang Syar'i (yakni sesuai syariat) bukan kekuasaan Thoghut." [Asy-Syaukani, Fathul Qadir, 1/556].


Demikian pula dalam kitab Majmu' Fatawa wa Maqolatun Mutanawwi'ah 1/117, Syaikh Bin Baz Rahimahullah sendiri mengatakan:


لأنه ليس كل حاكم يكون عالما يصح منه الإجتهاد، كما أنه ليس كل حاكم سواء كان ملكاً أو رءيس جمهورية يسمي أمير المؤمنين، وإنما أمير المؤمنين من يحكم بينهم بشرع الله ويلزمهم به، ويمنعهم من مخالفته، هذا هو المعلوم بين علماء الإسلام والمعروف بينهم.


“...Karena tidaklah setiap pemimpin dinamakan seorang alim yang sehingga dibenarkan ia berijtihad, sebagaimana tidaklah setiap pemimpin, baik itu kedudukannya sebagai raja atau presiden dinamakan 'Amirul Mukminin' (Ulil Amri), karena yang dinamakan 'Amirul Mukminin' (Ulil Amri) hanyalah seseorang yang berhukum di antara rakyatnya dengan Syariat Allah dan mengharuskan mereka atas itu, dan melarang mereka untuk menyelisihinya. Inilah yang telah diketahui di antara Ulama Islam dan dikenal di kalangan mereka." [Syaikh Bin Baz, Majmu' Fatawa wa Maqolatun Mutanawwi'ah 1/117, cetakan Daarul Qasim lin Nasyr-Riyadh].

 

Karena itu, konteks menaati Ulil Amri dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’ [4]: 59 di atas tidak berlaku mutlak, sebagaimana menaati Allah dan Rasul-Nya yang maksum; tetapi terikat dengan ketaatan Ulil Amri tersebut kepada perintah dan larangan Allah dan Rasul-Nya semata.


Apatah lagi terhadap pemimpin/penguasa demokrasi yang notabene jelas-jelas faktanya mereka menjalankan sistem kufur pemerintahan demokrasi warisan kafir penjajah dan menerapkan hukum-hukum demokrasi-sekuler dan liberal kapitalis serta sangat banyak sekali melanggar akidah Islam dan Syariah Islam serta sangat banyak sekali berlaku dzhalim kepada rakyatnya dengan segala kebijakannya yang sangat pro kepada para penjajah kafir dan aseng beserta elit-elit oligarkhi demokrasi yang korup dan culas, maka hukumnya jelas di dalamnya tidak ada ketaatan terhadapnya. Sebab, dengan tegas Nabi Saw. bersabda:


لاَ طَاعَةَ لِمَخْلُوْقٍ فِيْ مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ


"Tidak boleh ada sedikitpun ketaatan kepada makhluk dalam melakukan maksiat kepada Khaliq (Allah SWT)." (HR. Ahmad)


Dalam riwayat hadits yang lain pun dijelaskan dan ditegaskan sebagai berikut ini:


عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ جَيْشًا وَأَمَّرَ عَلَيْهِمْ رَجُلًا فَأَوْقَدَ نَارًا وَقَالَ ادْخُلُوهَا فَأَرَادُوا أَنْ يَدْخُلُوهَا وَقَالَ آخَرُونَ إِنَّمَا فَرَرْنَا مِنْهَا فَذَكَرُوا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لِلَّذِينَ أَرَادُوا أَنْ يَدْخُلُوهَا لَوْ دَخَلُوهَا لَمْ يَزَالُوا فِيهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَقَالَ لِلْآخَرِينَ لَا طَاعَةَ فِي مَعْصِيَةٍ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوفِ 


Dari ‘Ali Radhiyallahu anhu, bahwasanya Nabi Saw. mengutus satu pasukan dan mengangkat seorang laki-laki sebagai panglima mereka. Kemudian panglima itu menyalakan api dan berkata (kepada pasukannya): "Masuklah kamu ke dalam api!" Sebagian pasukan berkehendak memasukinya, orang-orang yang lain mengatakan, "Sesungguhnya kita lari dari api (neraka)," kemudian mereka menyebutkan hal itu kepada Nabi Saw., maka beliau bersabda kepada orang-orang yang berkehendak memasukinya, "Jika mereka memasuki api itu, mereka akan terus di dalam api itu sampai Hari Kiamat". Dan beliau bersabda kepada yang lain, "Tidak ada ketaatan di dalam maksiat, taat itu hanya dalam perkara yang ma’ruf"." (HR. Bukhari, no. 7257; dan Muslim, no. 1840)


Imam Al-Qurthubi rahimahullah berkata: “Yang dimaksudkan ma’ruf di sini adalah perkara yang bukan mungkar dan bukan maksiat. Sehingga masuk di dalam ma’ruf ini, yaitu ketaatan-ketaatan yang wajib, perkara-perkara yang mandub (dianjurkan), dan perkara-perkara yang boleh menurut agama. Jika penguasa memerintahkan perkara yang jaiz (boleh), mentaati penguasa di dalam perkara itu menjadi wajib hukumnya, dan tidak boleh menyelisihinya.” [Al-Mufhim, 4/41. Dinukil dari catatan kaki kitab Fiqih as-Siyâsah asy-Syar’iyyah, hlm. 279] 


Bahkan dalam hadits yang diriwayatkan Ka’ab bin Ujroh ra., ia berkata bahwa Rasulullah Saw. keluar mendekati kami, lalu bersabda:


إِنَّهُ سَيَكُونُ عَلَيْكُمْ بَعْدِي أُمَرَاءٌ فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ فَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهمْ ، فَلَيْسُ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ ، وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ حَوْضِي ، وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ ، فَهُوَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ وَسَيَرِدُ عَلَيَّ الْحَوْضَ


“Akan ada setelahku nanti para pemimpin yang berdusta. Barangsiapa masuk pada mereka lalu membenarkan (menyetujui) kebohongan mereka dan mendukung kedzhaliman mereka maka dia bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongannya, dan dia tidak bisa mendatangi telagaku (di hari kiamat). Dan barangsiapa yang tidak masuk pada mereka (penguasa dusta) itu, dan tidak membenarkan kebohongan mereka, dan (juga) tidak mendukung kedzhaliman mereka, maka dia adalah bagian dari golonganku, dan aku dari golongannya, dan ia akan mendatangi telagaku (di Hari Kiamat).” (HR. Ahmad dan An-Nasa’i)


Padahal juga sangat jelas pula dalam hadits Rasulullah Saw. berikut ini bahwasanya ketaatan tersebut berlaku kepada pemimpin Islam (Ulil Amri) pada pemerintahan Islam (yakni Khilafah) yang menjalankan Kitabullah dan berpegang teguh kepada Sunnah Rasulullah Saw. serta sunnah Khulafaur Rasyidin bukan ketaatan pada pemimpin dzhalim dalam pemerintahan kufur demokrasi-sekuler maupun komunis, teokrasi, monarkhi dan pemerintahan jahiliyah lainnya.


Sebagaimana telah dijelaskan dalam hadits Rasulullah Saw. berikut ini:


Dari Al-‘Irbadh bin Sariyah, dia berkata:


 وَعَظَنَا مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللهِ كَأَنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا فَقَالَ أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللّٰهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ 


Rasulullah Saw. menasehati kami dengan nasehat yang menyentuh, meneteslah air mata dan bergetarlah hati-hati. Maka ada seseorang yang berkata:


"Wahai Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasehat perpisahan. Maka apa yang akan engkau wasiatkan pada kami?” Beliau bersabda: “Aku wasiatkan pada kalian untuk bertakwa kepada Allah serta mendengarkan dan mentaati (pemerintah Islam), meskipun yang memerintah kalian seorang budak Habsyi. Dan sesungguhnya orang yang hidup sesudahku di antara kalian akan melihat banyak perselisihan. Wajib kalian berpegang dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin Mahdiyyin (para pemimpin yang menggantikan Rasulullah, yang berada di atas jalan yang lurus, dan mendapatkan petunjuk). Berpegangteguhlah kalian padanya dan gigitlah ia dengan geraham-geraham kalian. Serta jauhilah perkara-perkara yang baru. Karena setiap perkara yang baru adalah bid’ah. Dan setiap bid’ah adalah sesat." (HR. Abu Dawud dan lainnya dengan sanad yang shahih lighairihi (shahih karena dikuatkan dengan sanad yang lain)


Artinya mengadopsi, menerapkan serta mentaati bahkan membela pemimpin dzhalim ruwaibidhah pada pemerintahan kufur demokrasi atau politik kufur demokrasi yang notabene adalah sistem kufur jahiliyah di era modern zaman now ini, itu sama saja telah melakukan perbuatan bid'ah dhalalah bahkan itu merupakan perbuatan bid'ah dhalalah al-Kubro.


Karena sistem kufur demokrasi-sekuler tersebut beserta kapitalismenya adalah mbahnya bid'ah dhalalah atau biangnya bid'ah dhalalah di zaman now ini. Bahkan demokrasi-sekulerisme tersebut beserta kapitalismenya telah menjadi berhala modern atau berhala gaya baru di zaman modern era zaman now ini.


Sebab, Rasulullah Saw. dan para Sahabat radhiyallahu 'anhum khususnya Khulafaur Rasyidin pun tidak pernah mengadopsi, menerapkan, mengajarkan, mencontohkan, mempraktekkan dan mewariskan sistem politik/sistem kepemimpinan demokrasi atau sistem pemerintahan demokrasi tersebut. 


Namun, yang diadopsi, diterapkan, diajarkan, dicontohkan, dipraktekkan dan diwariskan oleh Rasulullah Saw. dan para Sahabat radhiyallahu 'anhum khususnya Khulafaur Rasyidin adalah hanya sistem pemerintahan Islam/sistem politik Islam yaitu Khilafah bukan sistem kufur demokrasi dan bukan pula sistem kufur monarkhi dan teokrasi maupun komunisme.


Rasulullah Saw. pun bersabda:


يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَإِنْ أُمِّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ مُجَدَّعٌ فَاسْمَعُوا لَهُ وَأَطِيعُوا مَا أَقَامَ لَكُمْ كِتَابَ اللَّهِ


“Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Allah meskipun kaliau dipimpin oleh hamba sahaya dari habasyi, dengar dan taatilah dia selama memimpin kalian dengan KITABULLAH.” (HR. Tirmidzi, no. 1706, Nasa’i, 7/154, Ibnu Majah, no. 2328, Ahmad, 6/402 dan Al-Hakim, 4/206)


Allah SWT pun berfirman:


أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ


"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" (QS. Al-Maidah: 50)


Bahkan di dalam banyak ayat-ayat suci Al-Qur’an pun telah dijelaskan pula, bahwa barangsiapa mentaati pemimpin dengan mutlak, mentaatinya di dalam kekafiran dan kemaksiatan dan kemungkaran, maka sesungguhnya dia akan menyesal kelak di kemudian hari dengan penyesalan yang sangat besar. Karena pemimpin yang dia ikuti tidak akan bisa menolongnya pada Hari Kiamat, bahkan pemimpin itu akan berlepas diri dari para pengikutnya. Allah SWT berfirman:


 إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْأَسْبَابُ ﴿١٦٦﴾ وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا ۗ كَذَٰلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ ۖ وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ 


"Ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka." (QS. Al-Baqarah [2]: 166-167)


Dan para pengikut yang telah melihat siksa Allah, akan meminta kepada para pemimpinnya dahulu agar menyelamatkan dari siksa tersebut. Namun hal itu tidak mungkin terpenuhi. Allah SWT memberitakan kejadian itu di dalam firman-Nya:


 وَبَرَزُوا لِلَّهِ جَمِيعًا فَقَالَ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ ۚ قَالُوا لَوْ هَدَانَا اللَّهُ لَهَدَيْنَاكُمْ ۖ سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَجَزِعْنَا أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا مِنْ مَحِيصٍ 


"Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong: “Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah (walaupun) sedikit saja?” Mereka menjawab: “Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri." (QS. Ibrahim [14]: 21)


Di dalam ayat yang lain Allah SWT pun memberitakan saling bantah-membantahnya antara para pengikut dengan para pemimpin mereka ketika mereka telah berada di dalam neraka. Allah SWT berfirman:


وَإِذْ يَتَحَاجُّونَ فِي النَّارِ فَيَقُولُ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا نَصِيبًا مِنَ النَّارِ ﴿٤٧﴾ قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُلٌّ فِيهَا إِنَّ اللَّهَ قَدْ حَكَمَ بَيْنَ الْعِبَادِ 


"Dan (ingatlah), ketika mereka berbantah-bantah dalam neraka, maka orang-orang yang lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “Sesungguhnya kami adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan dari kami sebahagian azab api neraka?” Orang-orang yang menyombongkan diri menjawab: “Sesungguhnya kita semua sama-sama dalam neraka, karena sesungguhnya Allâh telah menetapkan keputusan antara hamba-hamba-(Nya)”." (QS. Ghafir [40]: 47-48)


Begitupula, ketika pemimpin berada di dalam kesesatan, kemudian mereka menyesatkan para pengikutnya, mereka semua mengira berada di atas kebenaran. Namun ketika kebenaran hakiki telah tersingkap, bahwa mereka semua berada di dalam kesesatan, karena menentang para Rasul Allah, maka akhirnya mereka saling salah-menyalahkan antar satu sama lainnya. Allah SWT berfirman:


وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الظَّالِمُونَ مَوْقُوفُونَ عِنْدَ رَبِّهِمْ يَرْجِعُ بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ الْقَوْلَ يَقُولُ الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا لَوْلَا أَنْتُمْ لَكُنَّا مُؤْمِنِينَ﴿٣١﴾قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا لِلَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا أَنَحْنُ صَدَدْنَاكُمْ عَنِ الْهُدَىٰ بَعْدَ إِذْ جَاءَكُمْ ۖ بَلْ كُنْتُمْ مُجْرِمِينَ﴿٣٢﴾وَقَالَ الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا بَلْ مَكْرُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ إِذْ تَأْمُرُونَنَا أَنْ نَكْفُرَ بِاللَّهِ وَنَجْعَلَ لَهُ أَنْدَادًا ۚ وَأَسَرُّوا النَّدَامَةَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ وَجَعَلْنَا الْأَغْلَالَ فِي أَعْنَاقِ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ هَلْ يُجْزَوْنَ إِلَّا مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ 


"Dan orang-orang kafir berkata: “Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al-Qur’an ini dan tidak (pula) kepada kitab yang sebelumnya”. Dan (alangkah hebatnya) kalau kamu lihat ketika orang-orang yang dzhalim itu dihadapkan kepada Rabbnya, sebahagian dari mereka menghadapkan perkataan kepada sebagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “Kalau tidaklah karena kamu, tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman”. Orang-orang yang menyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah: “Kamikah yang telah menghalangi kamu dari petunjuk sesudah petunjuk itu datang kepadamu? (Tidak), sebenarnya kamu sendirilah orang-orang yang berdosa”. Dan orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “(Tidak), sebenarnya tipudaya(mu) di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami), ketika kamu menyeru kami supaya kami kafir kepada Allâh dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya”. Kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka melihat adzab. Dan Kami akan memasang belenggu di leher orang-orang yang kafir. mereka tidak dibalas melainkan dengan apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Saba’ [34]: 31-33)


Dan begitupula khususnya bagi semua orang kafir, baik pemimpin maupun pengikutnya, akan kekal di dalam siksa neraka. Karena kemarahan, kejengkelan, dan kesusahan, maka para pengikut memohon kepada Allah agar para pemimpin itu disiksa dengan siksa dua kali lipat, yaitu dengan sebab kekafiran mereka dan dengan sebab mereka menyesatkan pengikutnya. Allah SWT berfirman:


 قَالُوا رَبَّنَا مَنْ قَدَّمَ لَنَا هَٰذَا فَزِدْهُ عَذَابًا ضِعْفًا فِي النَّارِ


"Mereka (para pengikut) berkata (lagi): “Ya Rabb kami; orang yang telah menjerumuskan kami ke dalam adzab ini, maka tambahkanlah adzab kepadanya dengan berlipat ganda di dalam neraka”." (QS. Shaad [38]: 61)


Di dalam ayat yang lain pun Allah SWT berfirman:


"Sesungguhnya Allah melaknat orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala (neraka); mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; mereka tidak memperoleh seorang pelindung pun dan tidak (pula) seorang penolong. Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: “Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul”. Dan mereka berkata: ”Ya Rabb kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Rabb kami, timpakanlah kepada mereka adzab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar”." (QS. Al-Ahzâb [33]: 64-68)


Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, "Thâwus rahimahullah mengatakan, “Saadatana yaitu para pemimpin, sedangkan kubaro-ana (pembesar-pembesar kami) adalah Ulama”. (Riwayat Ibnu Abi Haatim). Yaitu, kami dahulu telah mentaati para penguasa dan para pembesar dari kalangan Ulama’, dan kami telah menyelisihi para Rasul, kami dahulu meyakini bahwa mereka memiliki sesuatu (manfaat, Pen.), dan bahwa mereka di atas sesuatu (kebenaran, Pen.), namun ternyata mereka tidak di atas sesuatu (kebenaran)." [Tafsir Ibnu Katsir, QS. Al-Ahzâb (33): 67-68, dengan ringkas] 

 

Namun aneh bin ajaibnya mereka para pendukung, pengikut, penjilat, pemuja dan pembela penguasa/pemimpin yang dzhalim tersebut alias kaum murji'ah gaya baru baik yang berbaju liberal maupun berbaju sunnah tersebut tetap ngeyel, keukeh dan ngotot menafikkan dalil-dalil atau nash-nash syar'i tersebut. Dan mereka pun tetap membabi buta taat dan mendukung serta membela pemimpin ruwaibidhah demokrasi yang sangat dzhalim tersebut, sambil seraya mereka terus-menerus menafikkan ribuan fakta-fakta kedzhaliman penguasa ruwaibidhah demokrasi pujaan hati mereka tersebut.


Serta mereka pun sangat galaknya minta ampun menggongong, membully, nyinyir dan menyerang serta membunuh karakter siapapun yang menasehati dan mengkritik serta mengoreksi pemimpin ruwaibidhah demokrasi yang sangat dzhalim beserta segudang kedzhalimannya tersebut. Dan mereka pun dengan semangatnya langsung mengeluarkan 'fatwa sesat' mencap khawarij dan kilaabun naar (anjing-anjing neraka) terhadap siapapun khususnya umat Islam dan Ulama yang secara terbuka menasehati, mengkritik dan mengoreksi pemimpin demokrasi yang dzhalim tersebut di muka umum (publik).


Pengikut Dan Pembela Penguasa Yang Dzhalim Laksana Burung Beo


Sungguh mereka itu kaum murji'ah gaya baru (para pengikut, pembela, pemuja dan penjilat penguasa yang dzhalim) tersebut tak ubahnya dan ibaratnya mereka laksana seperti Babgha' (ببغاغ) alias laksana burung beo. Burung beo tatkala diajarkan dan didoktrinkan misal kata 'martabak' berulang kali oleh tuannya ke telinga si burung beo tersebut.


Maka, si burung beo pun akan merekam dan menghafalkannya dalam memori otaknya, lalu si burung beo itu pun akan bisa dengan fasihnya berbicara mengucapkan kata 'martabak' berulangkali. Bahkan tatkala tuannya mengucapkan salam kepada si burung beo, maka si burung beo pun menjawab 'martabak'.


Begitupula tatkala tuannya menunjukkan benda-benda seperti buku, pensil, kursi, meja, nasi padang, roti bakar, sate, dan lain-lain kepada si burung beo tersebut sambil tuannya bertanya tiap nama-nama benda tersebut "apa ini..?!" kepada si burung beo, maka si burung beo tetap menjawab 'martabak' atas nama semua benda-benda tersebut.


Bahkan tatkala tuannya membawa martabak benaran dan sungguhan, kemudian sang tuannya pun menyuruh si burung beo itu untuk makan martabak sungguhan tersebut, eeh tapi justru si burung beo itu pun malah makan ulat dan jangkrik sepuasnya dengan lahapnya. Namun, martabaknya dicuekin dan tidak juga kunjung dimakan oleh si burung beo tersebut.


Ya begitulah fakta burung beo tidak punya akal dan ilmu (pengetahuan dan pemahaman yang mendalam dan cemerlang sebelumnya) untuk mikir dan berpikir sehingga ia gagal paham melulu perihal fakta hakikat dan citarasa 'martabak' yang ia sering ucapkan tersebut serta benda-benda yang ditanyakan oleh sang tuannya tersebut.


Ya begitulah namanya juga burung beo itu adalah sejenis hewan, makanya sangat wajar si burung beo tersebut hanya cerewet ngomongi 'martabak' melulu tanpa tahu dan tanpa paham fakta hakikat dan citarasa 'martabak' dan benda-benda yang ditanyakan oleh tuannya tersebut. Sehingga sangat wajar bila si burung beo tersebut tidak ma'rifat alias tidak tahu dan tidak faham fakta 'martabak' dan hakikat 'martabak' serta rasa 'martabak' tersebut hingga ia berakhir gagal paham terhadap 'martabak' dan benda-benda lainnya yang ditanyakan oleh tuannya tersebut. Oleh karena itulah, pikir wahai orang-orang yang berakal dan yang beriman serta janganlah pula kita menjadi laksana burung beo tersebut..?!


Wallahu a'lam bish shawab. []



#2020TumbangkanDemokrasi

#2020TegakkanKhilafah

#2020AbadKhilafah

#ReturnTheKhilafah



Channel Youtube Kopi Nikmat

Channel Youtube Kopi Nikmat
(klik gambar logo)

Fanpage di Facebook

Popular Posts

Search This Blog