Oleh: Zakariya
al-Bantany
Di tengah upaya
kriminalisasi terminologi Khilafah dan persekusi terhadap para Ulama dan
aktivis Islam yang mendakwahkannya, Ijtima Ulama IV menegaskan kembali kewajiban menegakkan Khilafah.
“Bahwa sesungguhnya
semua Ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah telah sepakat bahwa penerapan Syariah dan
penegakan Khilafah serta amar makruf nahi
mungkar adalah kewajiban agama Islam,” tegas Penanggung Jawab Ijtima
Ulama IV Ustadz Yusuf Muhammad Martak membacakan Keputusan Ijtima Ulama dan
Tokoh Nasional IV, Senin (5/8/2019) sore di Hotel Lor In, Sentul, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat.
Para Ulama juga dengan
tegas menolak kapitalisme.
“Menolak segala bentuk perwujudan tatanan ekonomi kapitalisme dan liberalisme
di segala bidang termasuk penjualan aset negara kepada asing maupun aseng, dan
memberikan kesempatan kepada semua pribumi tanpa memandang suku maupun agama
untuk menjadi tuan di negeri sendiri,” ujarnya.
Selain itu, dalam
acara yang berlangsung sejak pagi tersebut mengajak seluruh Ulama dan umat
untuk terus berjuang melakukan pencegahan bangkit kembalinya komunisme.
“Mencegah
bangkitnya ideologi marxisme, leninisme, komunisme, maoisme, dalam bentuk
apapun dan cara bagaimanapun, sesuai amanat TAP MPRS Nomor XXV Tahun 1966, UU
Nomor 77 Tahun 1999 junto KUHP Pasal 107a, 107b, 107c, 107d dan 107e,”
pungkasnya. [https://mediaumat.news/ijtima-ulama-iv-tegaskan-khilafah-wajib-serta-tolak-kapitalisme-dan-komunisme/]
Alhamdulillah, ini menjadi bukti kuat telah
terjadinya geliat kebangkitan Ulama, dan Ulama mulai kembali kepada fitrahnya
sebagai Waratsatul Anbiyaa' sekaligus
kembalinya Ulama kepada khiththah
dakwahnya. Serta juga bentuk komitmen keseriusan para Ulama dalam
memperjuangkan tegaknya Syariah dan Khilafah serta amar ma'ruf wa nahi munkar sebagai wujud tuntutan dan
pelaksanaan kewajiban agama Islam, sekaligus bentuk komitmen para Ulama untuk
tidak ikut larut dan tidak terjebak pada politik dagang sapi.
Namun, banyak pihak
-dalam hal ini mereka yang dekat dengan kekuasaan sang rezim demokrasi petahana
yang curang dan juga mereka para pemuja dan penikmat demokrasi yang
berkepentingan rebutan dan bagi-bagi kue kekuasaan dalam rekonsiliasi MRT dan
batu tulis serta politik nasi goreng pasca pilpres 2019 ini di atas tumbal
nyawa 700 KPPS dan 9 warga sipil lebih korban berdarah pada aksi kedaulatan
rakyat yang menolak pemilu curang pada tanggal 21, 22 dan 23 Mei yang lalu-
justru merespon negatif hasil ijtima' Ulama jilid IV tersebut dengan
mengkriminalisasi para Ulama tersebut dan mengkriminalisasi Khilafah ajaran
Islam yang diserukan oleh para Ulama tersebut. Bahkan ada yang berani lancang
melabeli para Ulama pendukung Khilafah sama dengan Ulama palsu serta antek
jendral merah dan menyeru Kapolri untuk menangkap dan memenjarakan para Ulama
pendukung Khilafah tersebut.
Padahal faktanya, Ulama palsu nan jahat yang
sesungguhnya adalah mereka yang menjadi stempel penguasa dzhalim dan
para penjajah kafir asing dan aseng
dalam menolak, memusuhi, mengkriminalisasi dan memerangi Khilafah ajaran Islam
tersebut beserta para pejuangnya. Sebaliknya Ulama sejati yang asli adalah
mereka yang terdepan dalam mendukung, membela dan turut serta totalitas dalam
perjuangan menegakkan kembali Khilafah Rasyidah Islamiyah sang pelaksana
Syariah dan pemersatu umat, itulah mereka Ulama sejati yang asli yaitu Ulama
pewaris para Nabi.
Sungguh Ulama adalah
pewaris para Nabi (Waratsatul Anbiyaa').
Ulama adalah mutiara terindah umat. Ulama adalah da'i-da'i pilihan Allah yang
bertugas menyeru umat manusia untuk hanya beriman dan hanya menyembah Allah SWT
semata serta menerapkan hukum-hukum Allah saja di muka bumi milik Allah ini.
Ulama adalah benteng
terakhir Islam dan ujung tombak umat. Ulama adalah pemimpin dan pembina umat
Islam. Ulama adalah pengayom umat Islam serta penjaga terakhir umat Islam dan
risalah Islam. Serta Ulama adalah motor penggerak kebangkitan umat di tengah masyarakat
dalam melawan kedzaliman dan kebatilan serta dalam melawan segala bentuk
penjajahan dan juga dalam mewujudkan perubahan secara revolusioner yang hakiki
di tengah masyarakat.
Siapapun yang menista
dan memusuhi Ulama beserta risalah dakwah Islam yang diemban Ulama serta
mengkriminalisasi Ulama beserta risalah dakwah Islam yang mereka emban
khususnya risalah dakwah Syariah dan Khilafah serta amar ma'ruf wa nahi munkar yang notabene adalah ajaran Islam
yang merupakan kewajiban agama Islam yang mereka serukan tersebut, maka sama
saja dia telah memusuhi Allah SWT dan menantang perang dengan Allah.
Karena Ulama adalah
kekasih Allah atau Wali Allah SWT Sang Maha Pencipta alam semesta, manusia dan
kehidupan. Allah SWT
mengumumkan perang kepada orang-orang yang memusuhi para Ulama yang menjadi
kekasih (wali)-Nya. Allah SWT berfirman:
شَهِدَ
اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ
قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
"Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan
orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
(QS. Ali Imran: 18)
Juga ditegaskan dalam
sebuah hadits Qudsi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda:
إنَّ
اللهَ قال : من عادَى لي وليًّا فقد آذنتُه بالحربِ...
“Sesungguhnya Allah berfirman: 'Barangsiapa yang
memusuhi wali (kekasih)-Ku maka sungguh Aku telah mengumumkan peperangan
kepadanya...” (HR. al-Bukhari 5/2384, No. 6137)
Imam an-Nawawi Rahimahullah dalam “At-Tibyan fii Aadab Hamalah Al-Qur'an” menukil perkataan Imam
Abu Hanifah dan Imam asy-Syaafi’i Rahimahumallah,
“Jika Ulama bukan wali-wali Allah, maka tidak ada yang menjadi wali Allah.”
Makna ‘Aadaa (memusuhi) mencakup membenci, memusuhi,
dan menyakiti dengan perkataan dan perbuatan. Masuk di dalamnya
mengkriminalisasi Ulama. Siapa yang berani berbuat demikian, Allah maklumatkan
kepadanya akan memeranginya. Kata Ibnu Taimiyah, “Siapa yang diperangi Allah,
pasti Allah menghancurkannya.”
Al-Hafidz Abul Qasim
Ibnu ‘Asakir Rahimahullah -Ulama besar
abad 6 Hijriyah- menyatakan:
أن
لحوم العلماء مسمومة
“Bahwasanya daging
para Ulama itu beracun.” [Tabyin Kadzbil
Muftari: 29]
Beliau menyebutkan
kebiasaan yang sering terjadi dan sudah maklum bahwa orang-orang yang
merendahkan (menghinakan) Ulama, maka Allah akan bongkar boroknya. Dan
sesungguhnya siapa yang gemar memfitnah Ulama dengan lisannya maka Allah
menghukumnya sebelum kematiannya dengan kematian hati.
Kemudian pengarang
kitab tarikh “Tarikh Dimzyaq” itu
menyitir firman Allah SWT:
فَلْيَحْذَرِ
الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ
عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah
Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS.
An-Nuur: 63)
Sesungguhnya memusuhi
Ulama (di antaranya dengan penistaan, fitnah dan kriminalisasi) itu berbeda
dengan memusuhi selain mereka. Perbuatan tersebut secara tidak langsung
memusuhi ilmu yang ada dalam dada mereka yang wajib diketahui umat sekaligus
juga bentuk memusuhi risalah dakwah Islam yang diemban para Ulama.
Jika Ulama dinista,
difitnah dan dikriminalisasi berakibat rusaknya reputasi mereka sehingga
-dikhawatirkan- umat menolak ilmu
yang mereka sampaikan dan umat akan membenci dan menjauhi risalah dakwah Islam
yang diemban para Ulama. Ini tindakan yang membahayakan bagi keberlangsungan
Islam dan umat Islam.
Oleh karena itu,
bertaubat dan bertakwalah serta takutlah kepada Allah wahai manusia yang
berakal. Bertaubat dan bertakwa serta takutlah kalian wahai orang-orang yang
membenci, memusuhi, menyakiti, menista, memfitnah, dan mengkriminalisasi Ulama
beserta risalah dakwah Islam yang mereka emban tersebut khususnya risalah
dakwah Syariah dan Khilafah serta amar ma'ruf
wa nahi munkar. Karena yang akan bangkit memusuhi dan memerangi kalian
adalah Allah; Pencipta dan Penguasa alam semesta. Sungguh urat leher kalian dan
nyawa kalian ada dalam genggaman erat Allah SWT.
Sungguh Allah SWT Maha
Perkasa dan amatlah keras azab dan siksaan-Nya. Allah SWT berfirman:
إِنَّ
الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِئَايَاتِ اللهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ
حَقٍّ وَيَقْتُلُونَ الَّذِينَ يَأْمُرُونَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ
فَبَشِّرْهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٍ {21} أُوْلاَئِكَ الَّذِينَ حَبِطَتْ
أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَاْلأَخِرَةِ وَمَالَهُم مِّن نَّاصِرِينَ {22}
“Sesungguhnya
orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi dengan
tanpa alasan yang benar dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat
adil, maka berilah mereka kabar gembira, bahwa mereka akan menerima siksa yang
pedih. Mereka itu adalah orang-orang yang lenyap (pahala) amal-amalnya di dunia
dan akhirat, dan mereka sekali-kali tidak memperoleh penolong.” (QS. Ali Imran:
21-22)
Karena itu, wahai
manusia yang berakal berhentilah kalian memusuhi, menista dan mengkriminalisasi
Ulama para kekasih Allah (Waliyullah)
beserta risalah dakwah Islam yang diemban para Ulama tersebut khususnya risalah
dakwah Syariah dan Khilafah serta amar ma'ruf
wa nahi munkar yang mereka serukan tersebut. Sebab, jika kalian teruskan
kedzhaliman dan kebodohan kalian tersebut, itu hanya akan mengundang murka,
laknat dan azab Allah bagi diri kalian dan keluarga kalian baik cepat ataupun
lambat.
Belajarlah kalian dari
kisah-kisah kaum terdahulu yang dilaknat, diazab dan dibinasakan oleh Allah SWT
akibat mereka memusuhi dan memerangi para kekasih Allah atau Waliyullah (baik dari kalangan Nabi maupun
para Ulama) beserta risalah dakwah mereka.
Tidakkah kalian ingat
azab dahsyat dan kebinasaan yang menghinakan yang Allah timpakan kepada kaumnya
Nabi Nuh AS, kaum Sodom, kaum Tsamud dan 'Ad, kaum Saba', kaum Sabath, Raja
Namrud, Fir'aun, Qarun, “Raksasa” Jalut, Abu Jahal dan Abu Lahab, dan lain sebagainya.
Akibat mereka memusuhi dan memerangi kekasih Allah (Waliyullah) dan risalah Agama-Nya.
Wahai manusia yang
berakal sebelum Allah SWT mengutus utusan-Nya yaitu Malaikat Maut untuk
menjemput kalian, maka camkanlah baik-baik firman Allah SWT ini:
زُيِّنَ
لِلَّذِينَ كَفَرُوا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ
ءَامَنُوا وَالَّذِينَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاللهُ يَرْزُقُ
مَن يَشَآءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
"Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan
orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal
orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari Kiamat. Dan
Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas."
(QS. Al-Baqarah: 212)
Dalam ayat lain Allah
SWT berfirman:
وَمَنْ
خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُوْلَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ
خَالِدُونَ . تَلْفَحُ وُجُوهَهُمُ النَّارُ وَهُمْ فِيهَا كَالِحُونَ . أَلَمْ
تَكُنْ ءَايَاتِي تُتْلَى عَلَيْكُمْ فَكُنتُم بِهَا تُكَذِّبُونَ . قَالُوا
رَبَّنَا غَلَبَتْ عَلَيْنَا شِقْوَتُنَا وَكُنَّا قَوْمًا ضَآلِّينَ . رَبَّنَآ
أَخْرِجْنَا مِنْهَا فَإِنْ عُدْنَا فَإِنَّا ظَالِمُونَ . قَالَ اخْسَئُوا فِيهَا
وَلاَتُكَلِّمُونِ . إِنَّهُ كَانَ فَرِيقٌ مِّنْ عِبَادِي يَقُولُونَ رَبَّنَآ
ءَامَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَأَنتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ .
فَاتَّخَذْتُمُوهُمْ سِخْرِيًّا حَتَّى أَنسَوْكُمْ ذِكْرِي وَكُنتُم مِّنْهُمْ
تَضْحَكُونَ . إِنِّي جَزَيْتُهُمُ الْيَوْمَ بِمَاصَبَرُوا أَنَّهُمْ هُمُ
الْفَآئِزُونَ
"Dan barangsiapa
yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya
sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam. Muka mereka dibakar api neraka,
dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat. Bukankah ayat-ayat-Ku telah
dibacakan kepadamu sekalian, tetapi kamu selalu mendustakannya? Mereka berkata:
“Ya Rabb kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami, dan adalah kami
orang-orang yang tersesat. Ya Rabb kami, keluarkanlah kami daripadanya (dan
kembalikanlah kami ke dunia), maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran),
sesungguhnya kami adalah orang-orang yang dzhalim.” Allah berfirman:
“Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku.
Sesungguhnya ada segolongan dari hamba-hamba-Ku berdo’a (di dunia): “Ya Rabb
kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan
Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling Baik. Lalu kamu menjadikan mereka buah
ejekan, sehingga (kesibukan) kamu mengejek mereka, menjadikan kamu lupa
mengingat Aku, dan adalah kamu selalu mentertawakan mereka, Sesungguhnya Aku
memberi balasan kepada mereka di hari ini, karena kesabaran mereka;
sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang." (QS. Al-Mu’minun:
103-111)
Berkaitan dengan
tafsir ayat ini, Ibnu Katsir menyatakan: Kemudian Allah menyebutkan dosa mereka
di dunia, yaitu mereka dahulu mengolok-olok hamba-hamba Allah yang beriman dan
para wali-Nya. Allah mengatakan: “Sesungguhnya
ada segolongan dari hamba-hamba-Ku berdo’a (di dunia): Ya Rabb kami, kami telah
beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah Pemberi
rahmat Yang Paling Baik. Lalu kamu menjadikan mereka buah ejekan,” yakni
kalian malah mengolok-olok dan mengejek do’a dan permohonan mereka kepada-Ku.
Sampai pada firman Allah “sehingga (kesibukan)
kamu mengejek mereka, menjadikan kamu lupa mengingat Aku,” yakni
kebencian kalian kepada mereka membuat kalian lupa kepada-Ku. Firman Allah: “kamu selalu mentertawakan mereka,” yakni
mentertawakan perbuatan dan amal ibadah mereka. [Silakan lihat Kitab Al-Mishbah Al-Munir fi Tahdzib Tafsir Ibnu Katsir
tulisan Shafiyurrahman Mubarakfuuri pada firman Allah surat Al-Mukminun ayat
110]
Dan takutlah kalian
dengan doanya para Ulama dan doanya orang-orang yang terdzhalimi. Karena doanya
para Ulama dan orang-orang yang terdzhalimi mampu menembus pintu langit dan
niscaya dikabulkan oleh Allah SWT.
Dari Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu ‘anhu
bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda:
اِتَّقِ
دَعْوةَ الْمَظْلُوْمِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ
“Takutlah kepada doa orang-orang yang teraniaya, sebab
tidak ada hijab antaranya dengan Allah (untuk
mengabulkan)." (HR. Muslim, kitab Iman 1/37-38)
Semoga Allah SWT
menunjuki orang-orang yang dzhalim dan bodoh tersebut ke jalan yang benar. Jika
orang-orang yang dzhalim dan bodoh tersebut tetap berpaling dari jalan Allah
dan mereka tetap kepada kedzhaliman mereka dengan terus menista, menindas dan
mengkriminalisasi para Ulama beserta risalah dakwah Islam yang diemban para
Ulama khususnya perihal risalah dakwah Syariah dan Khilafah serta amar ma'ruf wa nahi munkar yang mereka serukan
tersebut, maka semoga orang-orang yang dzhalim dan bodoh tersebut dilaknat
penuh kehinaan dan diazab oleh Allah SWT di dunia maupun di akhirat.
Semoga Allah SWT
menjaga dan menolong para Ulama dan risalah dakwah Islam yang mereka emban
tersebut beserta umat Islam umatnya Nabi Muhammad Rasulullah ﷺ ini. Dan semoga
Allah SWT segera menurunkan pertolongan-Nya dengan memenangkan Islam dan umat
Islam dengan tegaknya Syariah dan Khilafah -mahkota kewajiban (taajul furuudh) dan solusi Islam- yang
diserukan oleh para Ulama Warasatul Anbiyaa'
sejati tersebut. Aaamiin.
Wallahu a'lam bish shawab. []
#IjtimaUlama
#IkutUlama
#KhilafahWajib
#KhilafahAjaranIslam
#ReturnTheKhilafah
#KhilafahAdalahSolusi