Oleh: Zakariya al-Bantany
Dalam doktrin kaum
liberal-demokrasi-sekuler yang memuja kebebasan dan syahwat hawa nafsu serta
materi: bahwasanya lukisan bugil, gambar bugil dan foto bugil seperti
lukisan/gambar/foto wanita telanjang merupakan sebuah karya seni dan sebuah
kemajuan.
Jadi, sangat wajar
bila mereka memiliki pandangan dan pemahaman serta logika liberal-sekular
memandang foto bugil wanita adalah karya seni, seperti foto bugil/telanjang si
artis Tara Basro yang sering umbar aurat itu adalah seni, karena itu harus
didukung dan dibela serta diapresiasi.
Sebagaimana kata
Menkominfo yang membela si artis Tara Baso tersebut. Menkominfo Johnny G Plate
menegaskan foto yang diunggah Tara Basro di media sosial tidak melanggar UU
ITE. Johnny menyebut foto tersebut merupakan bagian dari seni karena sebagai
bentuk menghormati terhadap tubuh sendiri. [https://m.detik.com/news/berita/d-4926659/menkominfo-soal-foto-bugil-tara-basro-namanya-juga-seni]
Bahkan politisi PSI
pun seperti Tsamara Amany pun sangat mendukung dan membela foto bugil Tara
Basro tersebut, sebagaimana dalam cuitnya di Twitter: "Tara Basro mengajak
publik untuk keluar dari konstruksi sosial tentang kesempurnaan dan kecantikan yang
berkutat pada kulit putih & badan kurus. Ia sedang menebarkan energi
positif. Masa mengedukasi & menebarkan energi positif juga harus kena
sensor pornografi?!?!?!,” tulis Tsamara di akun Twitter-nya @TsamaraDKI. [https://www.harianaceh.co.id/2020/03/06/sebut-foto-tanpa-busana-tara-basro-mengedukasi-tsamara-psi-ditantang-mengedukasi-juga/]
Begitupula dengan
politisi PSI si Guntur Romli pun sangat mendukung dan membela foto bugil Tara
Basro tersebut. [https://www.gelora.co/2020/03/politikus-psi-guntur-romli-dukung-foto.html?m=1]
Lukisan/gambar/foto
bugil seperti foto bugil/telanjang artis Tara Basro dan mendukung serta membela
dan mengapresiasi foto bugil Tara Basro tersebut, itu mah namanya SENIWEN alias miring dan sudah putus urat malunya.
Sungguh aneh bin ajaib
dan kebolak-balik di negara demokrasi ini, atas nama seni, foto telanjang
dibiarkan, bahkan ada yang mendukung dan membelanya dan dianggap sebagai sebuah
karya seni. Sebaliknya hijab, cadar dan celana cingkrang disebut radikal dan ekstrimis
serta dianggap ciri-ciri teroris, bahkan terkadang dicap pula intoleran, anti
Pancasila dan anti NKRI. Begitulah logika Seniwen dari kaum liberal tersebut.
Dalam negara demokrasi
yang memuja kebebasan atau liberalisme dan sekulerisme, agama hanya dijadikan
aksesoris KTP belaka dan hanya ditempatkan di rumah ibadah belaka. Namun, agama
tidak dipakai dalam perkara makanan, minuman, pakaian dan akhlaq serta dalam
kehidupan mu'amalah baik dalam politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan,
kesehatan, hukum, peradilan, persanksian, pertahanan dan keamanan.
Maka, sangat wajar
kerusakan moral dan kebejatan moral akan dianggap sebagai sebuah kemajuan dan
karya seni seperti foto telanjang si artis Tara Basro tersebut. Sementara
ketaataan dalam beragama dan keshalihan seperti berbusana taqwa Muslim menutup
aurat yang syar'i misal untuk wanita berupa hijab dan cadar, serta untuk
laki-laki seperti celana cingkrang, justru menjadi objek bully-an dan
caci-makian serta fitnahan.
Begitulah wajah asli
demokrasi-liberalisme-sekulerisme yang sangat buruk rupa hingga menyebabkan
pemuja dan penyembahnya makin democrazi dan makin dungukrasi hingga laksana
mayat hidup yang menyebarkan virus-virus liberal-sekuler yang merusak akal,
iman, hati nurani dan kehidupan umat manusia. Masihkah percaya demokrasi..?!
Mikir bro..?!
Wallahu a'lam bish shawab. []
#2020TumbangkanDemokrasi
#2020TegakkanKhilafah
#2020AbadKhilafah
#2020TahunUmatIslam