Oleh: Zakariya al-Bantany
Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Belum kering air mata kita atas duka
lara gempa dahsyat bertubi-tubi yang mendera saudara-saudara kita di Lombok dan
sekitarnya yang terjadi beberapa bulan yang lalu. Kemudian selanjutnya pun kita
tak kuasa merasakan pula bencana paling dahsyat gempa dan tsunami serta
liquifaksi (mencairnya tanah dan amblasnya permukaan tanah) yang menggoyang,
menggulung dan mendera serta menghantam saudara-saudara kita di Palu-Donggala
dan sekitarnya hingga memakan korban jiwa mencapai ribuan lebih dan puluhan
ribu lebih luka-luka. Kini kita pun tak kuasa merasakan kembali bencana yang
tak terduga dan tak terpikirkan yaitu bencana Tsunami di Selat Sunda yang
dipicu erupsi gunung Anak Krakatau hingga meluluhlantakkan Pandeglang-Serang Banten
dan Lampung Selatan hingga menelan korbam jiwa capai lebih dari 400 orang dan
ribuan lebih luka-luka.
Sungguh kita sangat prihatin dan berduka cita
atas duka lara bencana alam yang mendera saudara-saudara kita di Lombok dan
sekitarnya serta Palu-Donggala dan sekitarnya tersebut. Dan kita pun turut
berduka cita atas musibah duka lara yang mendera saudara-saudara kita di
wilayah Pandeglang-Serang Banten dan Lampung Selatan tersebut. Semoga Allah SWT
mengampuni segala dosa saudara-saudara kita tersebut yang menjadi korban jiwa
dan menerima amal shalih mereka. Dan semoga Allah SWT pun memberikan anugerah
ketabahan dan kesabaran kepada saudara-saudara kita yang menjadi korban hidup
yang tengah luka-luka dan juga keluarga korban yang ditinggalkan semoga Allah
pun memberi anugerah kesabaran dan ketabahan hidup kepada mereka semua. Aaamiin.
Namun, ketahuilah bencana terberat dan
paling dahsyat bagi negeri ini melebihi gempa Lombok dan
gempa-tsunami-liquifastik Palu-Donggala dan sekitarnya, serta tsunami Selat
Sunda yang telah meluluhlantakkan Pandeglang-Serang Banten dan Lampung Selatan
tersebut adalah bercokolnya penguasa ruwaibidhah demokrasi, dan
bercokolnya sistem kufur dajjal demokrasi-kapitalisme-sekulerisme hingga hukum-hukum Allah SWT yang suci
dicampakkan dan dikriminalisasi, hingga negeri ini terbelenggu kuat
dalam cengkraman penjajahan gurita raksasa kapitalisme global asing dan aseng,
hingga membuat negeri ini kian tercabik-cabik dan carut-marut di semua lini
kehidupan baik akidah, ibadah, akhlak, politik, ekonomi, sosial budaya,
pendidikan, kesehatan, hukum, peradilan, persanksian, pertahanan dan keamanan,
hingga negeri ini mengalami kerusakan sistemik baik di darat, udara maupun di
lautan.
Itulah akar penyebab segala bencana
dahsyat, baik bencana alam maupun bencana sosial politik ekonomi yang mendera
negeri zamrud khatulistiwa saat ini hingga negeri ini pun kini menjadi negeri
1000 bencana. Sungguh negeri ini sudah sangat kenyang dengan segala bentuk
bencana alam tersebut baik gempa bumi, tsunami, liquifaksi, gunung meletus,
banjir bandang, tanah longsor, kemarau panjang, kebakaran hutan, kabut asap,
dan lain-lain.
Serta negeri ini pun sudah kenyang dengan
bencana sosial-politik-ekonomi -yang disebabkan oleh sistem hukum kufur
jahiliyah demokrasi-kapitalisme-sekulerisme tersebut- baik krisis moral, krisis
kepemimpinan, krisis moneter, krisis ekonomi, konflik horizontal, kriminalitas,
kemiskinan, pornografi-pornoaksi, kenakalan remaja, seks bebas, LGBT,
komunisme, lepasnya Timor Timur-Sipadan-Ligitan dari bumi pertiwi nusantara,
suburnya OPM di Papua, banjir berton-ton narkoba, nilai rupiah jatuh di bawah
dollar hingga capai lebih dari Rp15.000 per dollar, utang negara menggunung
tinggi capai Rp5000 triliyun lebih, 2/3 wilayah negeri ini dikuasai asing, 80%
SDA dan migas negeri ini diserahkan ke asing, puluhan tahun Freeport kuasai
tambang gunung emas di Papua, kriminalisasi ajaran Islam dan Ulama, penjualan
aset penting negara, biaya hidup makin mahal, harga sembako-BBM-TDL makin naik,
banjir jutaan tenaga kerja asing-aseng, gurita korupsi baik korupsi kelas ikan
teri dan korupsi kelas ikan kakap hingga korupsi kelas ikan paus, dan
lain-lain.
Ketahuilah sesungguhnya maksiat hanya
mengundang bencana dan murka Allah saja. Dan maksiat terbesar saat ini adalah mencampakkan dan
mengkriminalisasi hukum-hukum Allah SWT yakni Islam (Syariah Islam: al-Qur’an dan as-Sunnah) khususnya ajaran Islam perihal Syariah, Dakwah, Jihad
dan Khilafah serta mengkriminalisasi Ulama. Serta maksiat terbesar saat ini adalah menerapkan hukum kufur
jahiliyah buatan manusia warisan kafir penjajah dan ajaran iblis-dajjal
baik hukum kufur demokrasi-kapitalisme-sekulerisme maupun sosialisme-komunisme.
Pikir wahai orang-orang yang berakal,
bukankah Allah SWT telah berfirman sebelumnya:
وَلَوْ
أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى
آمَنُواْ وَاتَّقَواْ
لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم
بَرَكَاتٍ مِّنَ
السَّمَاءِ وَالأَرْضِ
وَلَـكِن كَذَّبُواْ
فَأَخَذْنَاهُم
بِمَا كَانُواْ
يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri
tersebut beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka
berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu,
maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raf: 96)
أَفَأَمِنَ
أَهْلُ الْقُرَى
أَن يَأْتِيَهُمْ
بَأْسُنَا بَيَاتاً
وَهُمْ نَآئِمُونَ
“Maka apakah penduduk negeri-negeri itu
merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu
mereka sedang tidur?” (QS. Al-A’raf: 97)
أَوَ
أَمِنَ أَهْلُ
الْقُرَى أَن يَأْتِيَهُمْ
بَأْسُنَا ضُحًى
وَهُمْ يَلْعَبُونَ
“Atau apakah penduduk negeri-negeri itu
merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari
sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain?” (QS. Al-A’raf: 98)
أَفَأَمِنُواْ
مَكْرَ اللّهِ
فَلاَ يَأْمَنُ
مَكْرَ اللّهِ
إِلاَّ الْقَوْمُ
الْخَاسِرُونَ
“Maka apakah mereka merasa aman dari azab
Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali
orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf: 99)
وَمَا
أَصَابَكُمْ مِنْ
مُصِيبَةٍ فَبِمَا
كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
وَيَعْفُو عَنْ
كَثِيرٍ
“Dan musibah apa saja yang menimpa
kalian, maka disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah
memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syuura: 30)
Tidakkah kita belajar dari kisah-kisah
kaum terdahulu yang diceritakan di dalam al-Qur’an, di mana mereka tidak mau
dibina oleh para Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah SWT kepada mereka
sehingga akhirnya membuat murka Allah, hingga Allah pun melaknat dan
membinasakan mereka dengan menimpakan bencana dan azab yang pedih bagi mereka.
Lihatlah nasib tragis Namrud, Qorun, Fir'aun, Jalut, Abu Jahal, Abu Lahab dan
kaum Sodom, 'Ad, Tsamud, Saba', Sabath, Bani Israil, Madyan, dan lain-lain.
Dalam al-Qur’an, Allah SWT telah menceritakan keadaan dan nasib kaum atau
umat-umat yang terdahulu tersebut:
فَكُلًّا
أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ
فَمِنْهُمْ مَنْ
أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ
حَاصِبًا وَمِنْهُمْ
مَنْ أَخَذَتْهُ
الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ
مَنْ خَسَفْنَا
بِهِ الْأَرْضَ
وَمِنْهُمْ مَنْ
أَغْرَقْنَا وَمَا
كَانَ اللَّهُ
لِيَظْلِمَهُمْ
وَلَكِنْ كَانُوا
أَنْفُسَهُمْ
يَظْلِمُونَ
“Maka masing-masing (mereka itu) Kami
siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan
kepadanya hujan batu krikil, dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras
yang mengguntur (halilintar), dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke
dalam bumi, dan di antara mereka ada yang kami tenggelamkan, dan Allah
sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang
menganiaya diri mereka sendiri.” (QS. Al-Ankabut: 40)
Apakah harus Allah SWT tenggelamkan
terlebih dahulu negeri zamrud khatulistiwa ini ke dalam Samudera barulah kita
sadar dan ber-taubatan nasuha, serta baru mau menerapkan hukum-hukum
Allah SWT tersebut..?! Jangan sampai kita menyesal di kemudian hari dan jangan
sampai kita pun bernasib tragis seperti kaum-kaum terdahulu tersebut yang telah
dibinasakan oleh Allah SWT.
Cukuplah kiranya musibah bencana alam
gempa Lombok dan gempa-tsunami-liquifaksi Palu-Donggala serta tsunami Selat
Sunda yang telah meluluhlantakkan Pandeglang-Serang Banten dan Lampung Selatan
menjadi pelajaran sangat berharga bagi kita penduduk negeri ini agar segera taubatan nasuha semua
kepada Allah. Karena setelah ini kita tidak tahu wilayah negeri kita
mana lagi yang bakal mendapat giliran dihantam bencana yang serupa, bisa jadi
tanah tempat kita berpijak saat ini pun sangat mungkin pula akan menyusul
gilirannya berdasarkan track record historis-geografis dan geopolitik
wilayah tanah air kita ini diakibatkan oleh dosa-dosa kita dan dosa-dosa besar
penguasa negeri zamrud khatulistiwa ini. Na'udzu billahi mindzalik.
Sungguh saat terjadinya bencana alam
seperti gempa bumi, tsunami, liquifaksi, gunung meletus, banjir bandang, tanah
longsor, dan lain-lain maka ucapan NKRI harga mati dan Pancasila tidak ada gunanya
lagi saat itu, serta tidak akan bisa mencegah datangnya bencana alam tersebut,
bahkan tidak bisa pula menyelamatkan diri kita dari murka Allah, laknat Allah
dan azab Allah, serta dari kematian yang senantiasa mengintai kita. Saat
terjadinya bencana alam tersebut justru ucapan yang paling berguna dan
menentramkan jiwa kita hanya kalimat tasbih, tahmid, tahlil (kalimat tauhid),
takbir, dan istighfar, serta kumandang suara adzan.
Karena itulah, agar kita dan negeri ini
selamat dari segala bencana baik bencana sosial-politik-ekonomi maupun bencana
alam khususnya dari tenggelamnya negeri ini ke dalam dasar samudera adalah
hanya dengan segera taubat dengan syariat-Nya yaitu segera bertaubat nasuha
nasional melalui aksi nyata dengan segera menumbangkan sistem kufur jahiliyah
demokrasi-kapitalisme-sekulerisme biang segala bencana tersebut, dan bersegera hijrah secara kaffah ke
dalam sistem Islam yaitu segera menerapkan Syariah Islam secara kaffah
dalam segala aspek kehidupan dalam bingkai Khilafah Rasyidah Wa'dullah wa
Busyrah Rasulillah untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik, penuh rahmah,
dan penuh berkah, serta berkeadilan, yang menebar rahmah dan berkah bagi dunia
dan alam semesta.
Wallahu a'lam bish shawab. []
#SolidaritasUmatPeduliBencana
#PrayBantenAndLampung
#TaubatNasional
#HijrahKaffah
#Waspada2019
#2019TumbangkanDemokrasi
#2019TegakkanKhilafah
#KhilafahAjaranIslam
#KhilafahAdalahSolusi