Oleh: Zakariya al-Bantany
Pada masa Daulah Islam
yang pertama di Madinah (masa Nubuwwah), pada pertengahan bulan Syawal tahun 2 H Rasulullah ﷺ mengerahkan pasukannya dan mengepung
perkampungan yahudi Qainuqa' serta menundukkan semua orang-orang yahudi Qainuqa' karena telah melanggar perjanjian dan terlibat melecehkan kehormatan
seorang Muslimah dan pembunuhan secara beramai-ramai terhadap seorang pemuda
Muslim yang membela kehormatan wanita Muslimah tersebut.
Sebagaimana pula Rasulullah ﷺ telah memimpin langsung 30.000 pasukan
kaum Muslimin menghadapi pasukan Bizantium Romawi Timur yang berjumlah 100.000
pasukan dalam perang tabuk yang terjadi pada 630 M atau 9 H. Rasulullah ﷺ mengerahkan pasukan jihadnya tersebut
dalam membebaskan kaum Muslimin (masyarakat Tabuk yang baru masuk Islam) yang
dijajah dan dibunuh secara massal oleh tentara Romawi tersebut di Tabuk
(perbatasan wilayah jajahan Romawi di Syam).
Juga sebagaimana pula pada masa Khulafaur
Rasyidin Amirul Mukminin Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu bersama
Panglima militernya yaitu Khalid bin Walid dan Amru bin Ash Radhiyallahu
'anhuma berhasil membebaskan Palestina dari penjajahan imperium Bizantium
Romawi Timur pada tahun 637 M.
Sebagaimana halnya pula pada masa
Kekhilafahan Islam Bani Abbasiyah, Sultan Shalahuddin al-Ayyubi seorang wali
Mesir dan Syam sekaligus panglima militer Khilafah Islam berhasil membebaskan
Palestina dari cengkraman penjajahan bangsa Eropa Salibis. Kemenangan besar
dalam pembebasan Palestina itu terjadi pada tanggal 27 Rajab 583 H/2 Oktober
1187 M, yaitu setelah 88 tahun di bawah penjajahan kekuasaan bangsa Eropa
Salibis.
Seperti halnya pula Khalifah al-Mu'tashim
Billah (pada masa Khilafah Abbasiyah) berhasil menaklukkan kota Amuria (Turki)
dan membebaskan seorang Muslimah dari Bani Hasyim yang telah dilecehkan
kehormatannya oleh seorang tentara Romawi.
Di mana pada tahun 837, al-Mu’tasim
Billah menyahut seruan seorang budak muslimah yang meminta pertolongan karena
diganggu dan dilecehkan oleh orang Romawi, kainnya dikaitkan ke paku sehingga
ketika berdiri, terlihatlah sebagian auratnya. Wanita itu lalu berteriak
memanggil nama Khalifah Al-Mu'tashim Billah dengan lafadz yang legendaris: waa
Mu'tashimaah!
Setelah mendapat laporan mengenai
pelecehan ini, maka sang Khalifah pun menurunkan puluhan ribu pasukan untuk
menyerbu kota Amuria dan melibas semua orang kafir yang ada di sana (30.000
prajurit Romawi terbunuh dan 30.000 yang lain ditawan). Seseorang meriwayatkan
bahwa panjangnya barisan tentara ini tidak putus dari istana Khalifah di
Baghdad hingga kota Amuria, karena besarnya pasukan.
Setelah menduduki kota tersebut, Khalifah
memanggil sang pelapor untuk ditunjukkan di mana rumah wanita tersebut, saat
berjumpa dengannya ia mengucapkan "Wahai saudariku, apakah aku telah
memenuhi seruanmu atasku?" Dan sang budak wanita inipun dibebaskan oleh
Khalifah serta orang romawi yang melecehkannya dijadikan budak bagi wanita
tersebut.
Dan juga masih pada masa Khilafah
Abbasiyah, sebagaimana halnya pula Sultan al-Mudzhaffar Saifuddin Qutuz sebagai
Wali Mesir sekaligus Panglima militer Islam beserta pasukan kaum Muslim
berhasil membebaskan dan membersihkan wilayah Daulah Khilafah Islam dari
cengkraman penjajahan bangsa barbar Mongol (Tartar) dalam peperangan yang
sangat terkenal dalam sejarah yaitu Perang AIN JALUT (Spring of Goliath) pada
tahun 658 H/1260 M.
Juga sebagaimana pada tahun 1989-1902 di
masa akhir Khilafah Islam Utsmaniyah pada masa Khalifah Sultan Abdul Hamid II
yang begitu sangat luar biasanya dan heroiknya beliau tetap sangat kokohnya
menjaga dan mempertahankan tanah suci Palestina dengan tidak memberikan
sejengkal tanah pun kepada bangsa barbar zionis yahudi israel, meskipun beliau
pada akhirnya pada tahun 1909 harus kehilangan jabatannya sebagai Khalifah dan
beliau pun beserta keluarga besarnya harus terusir dari istananya dan dibuang
serta mendekam dalam penjara di Salonika Yunani hingga beliau wafat di sana.
Karena konspirasi jahat zionis yahudi dan Inggris beserta negara-negara barat
penjajah sekutunya dan para boneka -para pengkhianat Islam yaitu kaum zindiq
dan kaum nasionalis Turki muda- nya yang ditanam di tubuh negara Khilafah
Utsmaniyah yang sudah tua renta dan sudah sakit-sakitan tersebut.
Begitulah teladan agung dari Daulah
Khilafah Islamiyah yang diteladankan oleh baginda Rasulullah ﷺ dan para Khalifah setelahnya dalam
membela, mempertahankan dan menjaga kehormatan dan kemuliaan Islam serta
kehormatan dan kemuliaan umat Islam serta dalam membela, menyelamatkan,
mempertahankan dan menjaga
darah umat Islam dan tanah wilayah Islam dengan jihad dan pengorbanan
totalitas serta ketaatan totalitas kepada Allah SWT sebagai wujud konsekuensi
kalimat tauhid dan akidah tauhid Islam.
Namun, pada hari ini kita menyaksikan
dengan mata kepala kita jutaan saudara Muslim Uyghur kita di Turkistan Timur
(Xinjiang) tengah ditindas dan digenosida dengan barbarnya dan secara
sistematis oleh negara kafir komunis Cina terlaknat.
Negara kafir penjajah komunis Cina
tersebut benar-benar secara terbuka dan sangat arogannya melucuti keislaman
Muslim Uyghur. Kaum Muslim Uyghur dipaksa dengan sadis dan brutalnya oleh rezim
komunis Cina untuk meninggalkan Islam agama mereka dan beralih menjadi komunis
dengan siksaan yang tidak berperikemanusiaan seperti dilecehkan kehormatan dan
harga diri mereka, mereka pun dilarang menjalankan seluruh ajaran Islam,
menggunakan nama-nama Islam, menggunakan atribut dan simbol-simbol Islam,
membaca dan mengamalkan al-Quran, dilarang berpuasa, dilarang sholat, disiksa,
dibunuh, dilarang menyelenggarakan pendidikan Islam, dan penghancuran ribuan
masjid, serta bentuk penindasan kejam lainnya hingga jutaan kaum Muslim Uyghur
dimasukkan secara paksa ke dalam kamp-kamp konsentrasi penyiksaan dan pencucian
otak.
Umat Islam Uyghur pun merintih kesakitan
tak terperi dan menjerit meminta pertolongan kepada dunia khususnya kepada
saudara sesama Muslimnya di seluruh penjuru dunia terlebih lagi kepada saudara
sesama Muslimnya di bumi Nusantara ini yang notabene negara yang jumlah
penduduknya mayoritas Muslim dan terbesar di dunia.
Namun, para penguasa negeri-negeri Islam
cenderung bungkam dan ciut nyalinya serta tidak berdaya menghentikan kebiadaban
negara kafir penjajah komunis Cina yang tengah membantai dan memusnahkan jutaan
kaum Muslim Uyghur di Turkistan Timur (Xinjiang) tersebut.
Bahkan parahnya penguasa rezim jokowi di
negeri mayoritas Islam ini pun sangat takut kepada negara komunis Cina tersebut
hingga diam membisu gemetar penuh ketakutan bahkan sepatah kata kutukan pun
atas kebiadaban negara komunis Cina tersebut tak juga kunjung diucapkan oleh
sang presiden Jokowi apatah lagi hanya sekedar untuk memutus hubungan
diplomatik dengan Cina dan mengusir Dubes Cina serta mengirimkan pasukan
militer TNI untuk berjihad membebaskan dan menyelamatkan Muslim Uyghur
sekaligus menghukum bangsa barbar teroris negara komunis kafir Cina (RRC)
tersebut sebagai wujud solidaritas sesama Muslim kepada Muslim Uyghur dan wujud
pelaksanaan tuntutan akidah Tauhid Islam, namun lagi-lagi itu semua tidak
dilakukan oleh sang rezim petahana bahkan cenderung bungkam.
Rezim Jokowi ini benar-benar tidak peduli
dengan nasib Muslim Uyghur yang tengah dibantai dan digenocida oleh negara
kafir komunis Cina. Jangankan peduli kepada Muslim Uyghur, kepada rakyatnya
sendiri pun rezim Jokowi tidak peduli seperti pada 31 jiwa rakyatnya sendiri
yang melayang dibantai secara sadis oleh OPM di Papua yang notabene merupakan
wilayah kekuasaannya sendiri dan dalam tanah airnya sendiri dan bangsanya
sendiri, apatah lagi pada jutaan jiwa warga Muslim Uyghur Xinjiang -yang bukan
rakyatnya sendiri dan bukan pula bangsanya sendiri- yang tengah dibantai dengan
kejinya oleh negara teroris kafir penjajah Cina komunis, jelas rezim Jokowi
tidak akan peduli walau hanya sekedar ucapan kecaman dan kutukan kepada
kebiadaban negara teroris komunis Cina (RRC).
Sebab rezim demokrasi ini leher, kaki,
dan tangannya sudah diikat kuat oleh rantai baja yang bernama nasionalisme,
hukum internasional, perjanjian internasional, kerjasama totalitas politik
ekonomi dengan Cina, serta jeratan utang luar negeri dari Cina yang begitu
sangat dalam, dan sangat mengguritanya buah busuk dari penerapan ideologi kufur penjajah yang bernama
sistem demokrasi-kapitalisme-sekulerisme. Begitupula yang tengah terjadi
dan yang tengah menimpa para penguasa negeri-negeri Muslim lainnya sehingga
mereka menjadi pengecut sejati dan tidak berani menjadi laki-laki sejati walau
hanya sekedar satu hari.
Karena itulah, mendukung dan membela
rezim dzhalim demokrasi tersebut sama saja mendukung dan membela kepentingan
negara penjajah kafir Cina komunis (RRC) dalam menjajah dan menguasai negeri
ini, serta sama saja ia mendukung dan membela RRC membantai jutaan umat Islam
Uyghur di Xinjiang yang notabene adalah saudara seimannya sendiri.
Bukankah baginda Rasulullah ﷺ telah bersabda:
الْمُسْلِمُ
أَخُو الْمُسْلِمِ
لَا يَظْلِمُهُ
وَ لَا يُسْلِمُهُ،
وَمَنْ كَانَ فِي
حَاجَةِ أَخِيهِ
كَانَ اللهُ فِي
حَاجَتِهِ، وَمَنْ
فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ
كُرْبَةً فَرَّجَ
اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً
مِنْ كُرُبَاتِ
يَوْمِ الْقِيَامَةِ،
وَمَنْ سَتَرَ
مُسْلِمًا سَتَرَهُ
اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Seorang Muslim itu saudara bagi Muslim
yang lainnya. Tidak boleh mendzhaliminya dan tidak boleh pula menyerahkan
kepada orang yang hendak menyakitinya. Barangsiapa yang memenuhi kebutuhan
saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Barangsiapa yang melapangkan
kesulitan seorang Muslim, niscaya Allah akan melapangkan kesulitan-kesulitannya
di hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi kesalahan seorang muslim, niscaya
Allah akan menutupi kesalahannya kelak di hari kiamat.” (HR. Bukhari no.2442,
Muslim no.2580, Ahmad no.5646, Abu Dawud no.4893, at-Tirmidzi no.1426; dari
Abdullah bin ‘Umar radliyallahu ‘anhuma)
Namun, sampai detik ini pun rezim Jokowi
dan para penguasa Muslim di negeri-negeri Islam lainnya tidak ada satu pun yang
tergerak hatinya untuk segera memobilisasi seluruh umat Islam sedunia dan
jutaan pasukan militernya serta mengerahkan pesawat tempur dan tanknya serta
armada perangnya untuk berjihad dalam menyelamatkan dan membebaskan umat Islam
Uyghur dari penindasan, penjajahan dan pembantaian massal (genosida) yang
dilakukan bangsa barbar teroris negara komunis Cina tersebut, sekaligus
memerangi dan mengenyahkan bangsa barbar negara kafir komunis Cina tersebut
dari Uyghur Turkistan Timur, sekaligus menundukkan dan menaklukkan negara
komunis Cina (RRC) tersebut.
Padahal di sisi Allah SWT, hilangnya
nyawa seorang muslim lebih besar perkaranya daripada hilangnya dunia.
Dari al-Barra’ bin Azib Radhiyallahu
‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:
لَزَوَالُ
الدُّنْيَا أَهْوَنُ
عَلَى اللَّهِ
مِنْ قَتْلِ مُؤْمِنٍ
بِغَيْرِ حَقٍّ
“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah
dibanding terbunuhnya seorang Mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi
1455)
Sangat disayangkan, tiada hentinya nyawa
umat Islam Uyghur harus hilang dibinasakan dan dimusnahkan dengan biadabnya oleh
bangsa barbar teroris negara kafir komunis Cina (RRC) terkutuk tersebut di hadapan
kita umat Islam di seluruh penjuru dunia khususnya kita umat Islam di bumi
Nusantara ini. Namun, lagi-lagi gegara nasionalisme dan hukum internasional
serta perjanjian internasional pula kita umat Islam tidak kuasa mencegah dan
menghentikan kejahatan dari bangsa barbar negara kafir komunis Cina tersebut,
serta kita pun tidak bisa secara totalitas menolong saudara Muslim Uyghur kita
tersebut yang tengah merintih kesakitan tiada tara dan menjerit histeris
meminta pertolongan kepada dunia dan kepada kita umat Islam di seluruh penjuru
dunia.
Padahal, satu tetes darah umat Islam
Uyghur baik orang tua maupun anak-anak tertumpahkan dan satu nyawa umat Islam
Uyghur ada yang hilang, maka kita umat Islam di seluruh penjuru dunia khususnya
para penguasa Muslim di negeri-negeri Islam termasuk penguasa Arab, Saudi,
Turki, Iran, Indonesia, Pakistan, Bangladesh, Malaysia, Brunei Darussalam, dan
lain-lain tersebut pasti akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah SWT di
Yaumil Hisab kelak.
Jika kita tetap diam membisu tidak mau
menolong umat Islam Uyghur yang sedang dijajah dan dibantai secara massal oleh
bangsa barbar negara komunis Cina tersebut apalagi sampai membela negara kafir
komunis Cina tersebut dengan memfitnah dan menyudutkan umat Islam Uyghur
sebagai teroris, separatis dan ekstrimis-radikal, maka sesungguhnya kita pun
adalah termasuk orang-orang yang dzhalim. Bukankah Allah SWT tidak pernah
melupakan tindakan orang-orang yang dzhalim..?! Allah SWT berfirman:
وَلَا تَحْسَبَنَّ
اللَّهَ غَافِلًا
عَمَّا يَعْمَلُ
الظَّالِمُونَ
إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ
لِيَوْمٍ تَشْخَصُ
فِيهِ الْأَبْصَارُ
“Jangan sekali-kali kamu mengira, Allah
akan melupakan tindakan yang dilakukan orang dzhalim. Sesungguhnya Allah
menunda hukuman mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak
(karena melihat adzab).” (QS. Ibrahim: 42)
Dan bisa jadi pula, hukuman itu Allah
segerakan di Dunia. Sebagaimana riwayat hadits dari Abu Bakrah Radhiyallahu
‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:
مَا مِنْ
ذَنْبٍ أَجْدَرُ
أَنْ يُعَجِّلَ
اللَّهُ لِصَاحِبِهِ
الْعُقُوبَةَ
فِى الدُّنْيَا
مَعَ مَا يَدَّخِرُ
لَهُ فِى الآخِرَةِ
مِنَ الْبَغْىِ
وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ
"Tidak ada dosa yang lebih berhak
untuk Allah segerakan hukuman bagi pelakunya di dunia, di samping masih ada
hukuman di akhirat, selain dosa dzhalim dan memutus silaturrahmi." (HR.
Tirmidzi, 2700 dan Abu Dawud, 4904)
Karena itulah, wajib hukumnya umat Islam
membela dan menolong serta menyelamatkan saudaranya umat Islam Uyghur yang
sedang didzhalimi, dijajah dan ditindas serta dibinasakan dan dipunahkan oleh
bangsa barbar teroris radikal negara kafir komunis Cina tersebut. Allah SWT
berfirman:
وَالْمُؤْمِنُونَ
وَالْمُؤْمِنَاتُ
بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ
بَعْضٍ
"Dan orang-orang yang beriman,
lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi wali (penolong) bagi
sebagian yang lain." (QS. at-Taubah:71)
وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ
فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ
النَّصْرُ
"Jika mereka meminta pertolongan
kepada kalian dalam (urusan pembelaan) agama maka kalian wajib memberikan
pertolongan." (QS. al-Anfal: 72)
Karena seorang Mukmin mencintai
saudaranya sesama Mukmin, maka dia akan menolongnya dan membela kehormatannya
dan juga jiwanya. Dia tidak akan pernah rela saudaranya dihinakan atau
direndahkan, serta ia pun tidak akan pernah rela saudara seakidahnya didzhalimi,
ditindas dan dibinasakan oleh musuh-musuh Islam seperti yang tengah dialami
saat ini oleh umat Islam Uyghur oleh negara kafir komunis Cina tersebut. Jika
saudara seakidah kita dihinakan, didzhalimi dan dibinasakan, maka harusnya kita
tampil terdepan membela dan menyelamatkannya, karena ini merupakan konsekuensi
tauhid dan konsekuensi kecintaan, serta konsekuensi keimanan sebagai tuntutan
akidah tauhid Islam.
Seorang Mukmin tidak akan menuduh Mukmin
lainnya dengan tuduhan palsu apatah lagi sampai memojokkannya dan memfitnahnya
dengan kejinya serta membiarkannya teraniaya dan dibinasakan oleh musuh-musuh
Islam tersebut. Karena walâyah (kedekatan dan kecintaan serta keimanan)
itu akan mendorongnya untuk memberikan nasihat kepada saudaranya jika salah,
dan dengan segenap jiwa dia pun akan membela dan menyelamatkan saudara sesama
Muslimnya yang sedang didzhalimi, ditindas dan dibinasakan oleh musuh-musuh
Islam, bukan justru sebaliknya membela musuh-musuh Islam tersebut.
عَنْ أَبِي
حَمْزَةَ أَنَس
بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ،
خَادِمِ رَسُوْلِ
اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ
: لاَ يُؤْمِنُ
أَحَدُكُمْ حَتَّى
يُحِبَّ لأَخِيْهِ
مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radhiyallahu
'anhu, pembantu Rasulullah ﷺ, dari Rasulullah ﷺ, beliau bersabda:
"Tidak beriman salah seorang di
antara kamu hingga dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk
dirinya sendiri." (HR. Bukhari dan Muslim)
Umat Islam Uyghur telah lama menjerit
meminta tolong kepada kaum Muslim. Mereka ingin diselamatkan. Karena itu sekali
lagi wajib atas kaum Muslim sedunia, termasuk penduduk Indonesia dan penguasa yang
ada, melindungi mereka; memelihara keimanan dan keislaman mereka; sekaligus
mencegah mereka dari kekufuran yang dipaksakan kepada mereka.
Sayang, saat ini tidak ada seorang
pemimpin Muslim pun dari sekian banyak negeri-negeri Islam termasuk yang berada
dalam OKI dan Liga Arab yang mau dan berani mengirimkan pasukan perang untuk
berjihad menyelamatkan mereka. Sungguh tidak ada yang mempedulikan mereka.
Termasuk penguasa negeri ini yang katanya termasuk salah satu dari 100 tokoh
Muslim yang paling berpengaruh di dunia, yang penduduk Muslimnya terbesar di
dunia. Jangankan memberikan pertolongan secara riil, bahkan sekedar kecaman pun
hingga hari ini tidak terdengar dari penguasa negeri ini dan sungguh tidak ada
simpati serta tidak ada respek sama sekali.
Oleh sebab itulah, di sinilah relevansi dan urgensi Khilafah.
Karena Khilafah adalah perkara hidup dan matinya umat Islam. Karena Khilafah
adalah pelaksana Syariah dan pemersatu umat Islam serta perisai dan penjaga
Akidah Islam dan umat Islam, serta Khilafah adalah benteng kokoh Islam. Tanpa
Khilafah umat Islam kondisinya laksana anak ayam yang kehilangan induknya dan
laksana kebun tanpa pagar.
Karena itulah dalam Islam, Khilafah
adalah benteng utama Islam sekaligus perisai Islam (junnatul Islam) dan pedang
Allah yang terhunus. Sekaligus mahkota kewajiban (taajul furuudh), sehingga
kewajiban-kewajiban hukum Syariah bisa dilaksanakan dengan sempurna, termasuk
kewajiban menolong saudara seakidah semuslim kita -seperti dalam hal ini Uyghur
dan juga sekaligus Palestina, Rohingya, Kashmir, Iraq, Suriah, Afghanistan,
Morro, Pattani dan lain-lain- yang tengah ditindas dan dijajah serta dibunuhi
secara massal oleh para penjajah kafir Barat dan Timur.
Rasulullah ﷺ bersabda:
وَإِنَّمَا
الإِمَامُ جُنَّةٌ
يُقَاتَلُ مِنْ
وَرَائِهِ وَيُتَّقَى
بِهِ
"Sungguh Imam (Khalifah) itu laksana
perisai. Kaum Muslim akan berperang dan berlindung di belakang dia." (HR.
al-Bukhari dan Muslim).
Makna frasa “Al-Imâm junnat[un]
(Imam/Khalifah itu laksana perisai)” dijelaskan oleh Imam an-Nawawi,
“Maksudnya, ibarat tameng, karena Imam/ Khalifah mencegah musuh untuk menyerang
(menyakiti) kaum Muslim; mencegah anggota masyarakat satu sama lain dari
serangan; melindungi keutuhan Islam…”
Mengapa hanya Imam/ Khalifah yang disebut
sebagai junnah (perisai)..?! Karena dialah satu-satunya yang bertanggung jawab.
Ini sebagaimana dijelaskan dalam sabda Nabi ﷺ:
الإِمَامُ
رَاعٍ وَ هُوَ
مَسْئُولٌ عَنْ
رَعِيَّتِهِ
"Imam/Khalifah itu pengurus rakyat
dan hanya dia yang bertanggung jawab atas rakyatnya." (HR. al-Bukhari dan
Muslim).
Menjadi junnah (perisai) bagi umat Islam
khususnya dan rakyat umumnya meniscayakan Imam/ Khalifah harus kuat, berani dan
terdepan. Bukan orang yang pengecut dan lemah. Kekuatan ini bukan hanya pada
pribadinya, tetapi pada institusi negaranya, yakni Khilafah. Kekuatan ini dibangun karena
pondasi pribadi (Khalifah) dan negara (Khilafah)-nya sama, yaitu akidah tauhid
Islam.
Karena itulah, solusi final dari tragedi
Uyghur dan seluruh problematika negeri-negeri Islam lainnya yang sedang
terjajah seperti Rohingya, Suriah, Iraq, Afghanistan, Kashmir, Bosnia, Morro,
Pattani, Indonesia, dan lain-lain adalah dengan segera umat Islam sedunia bersatu-padu meruntuhkan dinding
tebal sekat-sekat nasionalisme, hukum internasional dan perjanjian
internasional biang petaka Uyghur dan negeri-negeri Islam lainnya tersebut, dan
bersegera mencampakkan sistem kufur demokrasi kapitalisme sekulerisme -yang
menjadi biang utama masalah dan biang utama penjajahan di seluruh penjuru
negeri Islam- ke dalam tong sampah peradaban dunia selamanya.
Dan solusi finalnya pun, umat Islam harus
segera kembali bangkit dan bersegera bersatu pula dalam bingkai Khilafah Islam
dalam ikatan kalimat tauhid dalam naungan panji tauhid Islam dengan bergerak di
bawah komando seorang Khalifah dalam jihad fi sabilillah memerangi bangsa
barbar teroris negara kafir komunis Cina (RRC), dan membebaskan umat Islam
Uyghur dari kejahatan bangsa barbar teroris radikal negara komunis Cina (RRC)
tersebut, sekaligus menundukkan dan menaklukkan negara kafir komunis Cina ke dalam
pangkuan Islam.
Dan sekaligus juga membebaskan seluruh
negeri-negeri Islam lainnya dari belenggu gurita penjajahan negara kafir barat
dan timur kapitalisme global.
Sebab, hanya jihad dan Khilafah saja
solusi real dalam menyelamatkan dan membebaskan Uyghur dan seluruh
negeri-negeri Islam lainnya dari belenggu kejahatan gurita penjajahan
kapitalisme global baik asing (AS, Eropa dan zionis yahudi) maupun aseng
komunis (RRC). Karena itu, bela dan selamatkan Uyghur dan seluruh dunia Islam
dengan Khilafah dan jihad!
Wallahu a'lam bish shawab. []
#DukaUighurDukaKita
#KamiPeduliMuslimUighur
#IndonesianMuslimWithUighur
#PRCisTerrorist
#StandWithMuslimUighur
#KhilafahSaveUighur
#SaveMuslimUyghurWithKhilafahAndJihad