Oleh: Annas I. Wibowo
Kaum Muslimin di seluruh dunia telah
paham bahwa kita memang wajib mewujudkan persaudaraan. Imam Abul Qasim
al-Isbahani menyatakan, “Kelompok yang selalu merujuk dalam segala sesuatu pada
al-Qur’an dan as-Sunnah pasti akan selalu menjaga persatuan.” Kaum Muslimin
memang dilarang berpecah-belah dalam hal-hal yang qath’i, hal-hal yang
pasti dalam Islam. Persatuan umat Islam bisa mudah terwujud juga karena penyikapan
yang benar terhadap perbedaan khilafiyah. Namun jika telah menyangkut
penyimpangan yang jelas terhadap aqidah dan syariah Islam, maka umat Islam harus
bersatu dengan tegas menolak. Semacam ajaran paham pluralisme, sekularisme,
liberalisme, menetapkan hukum dengan selain hukum Islam, maka itu jelas bertentangan
dengan ayat-ayat al-Qur’an yang qath’i.
Diriwayatkan dari Jabir ra. bahwa pernah dalam
pertikaian, seorang Muhajirin mendorong seorang Anshar, lalu orang Anshar itu berkata,
“Tolonglah, hai Anshar!” Orang Muhajirin itu berkata, “Tolonglah, hai
Muhajirin!” Nabi ﷺ mendengar itu dan bersabda:
مَا
بَالُ
دَعْوَى
جَاهِلِيَّةٍ.
قَالُوا يَا
رَسُولَ
اللَّهِ:
كَسَعَ رَجُلٌ
مِنَ
الْمُهَاجِرِينَ
رَجُلاً مِنَ
الأَنْصَارِ.
فَقَالَ:
دَعُوهَا فَإِنَّهَا
مُنْتِنَةٌ
“Ada apa dengan seruan jahiliah itu?”
Mereka berkata, “Ya Rasulullah, seorang dari Muhajirin memukul punggung seorang
dari Anshar.” Beliau bersabda, “Tinggalkan itu, sebab hal itu muntinah (tercela,
busuk dan berbahaya).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Fusailah binti Watsilah bin al-Asqa’
dari bapaknya dikatakan: Aku berkata, “Apakah ‘ashabiyah itu, ya
Rasulullah?” Beliau bersabda:
أَنْ
تُعِينَ
قَوْمَكَ
عَلَى
الظُّلْمِ
“Engkau menolong kaummu di atas kezhaliman.”
(HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Dengan persatuan yang kuat atas dasar
iman dan taqwa, sesuai dengan ajaran Islam, maka menjadi jelas siapa saja pihak
yang berpotensi merusak ajaran Islam dan melemahkan kaum Muslimin. Dan menjadi jelas
pula pihak-pihak yang menghidupkan sunnah dan menguatkan dakwah ajaran Islam. Umat
Islam mengetahui bahwa kesesatan dan kezhaliman tidak boleh dibiarkan, tidak
boleh ridha terhadap kemaksiatan, tidak boleh mengabaikan sebagian ayat-ayat
al-Qur’an, tidak boleh mengabaikan sebagian syariah Islam dengan alasan demi menjaga
persatuan yang berasas sekularisme yang diimpor dari kafir Barat.
Dengan
persatuan yang syar’i, kaum
Muslimin akan memiliki kekuatan dan semangat yang terus menyala untuk melawan
setiap upaya penindasan terhadap kaum Muslimin, melawan setiap makar terhadap
ajaran Islam, melawan setiap konspirasi yang dilancarkan oleh persekutuan jahat
untuk menancapkan kuku neo-imperialisme.
Jika sebelumnya sebagian umat Islam
terkelabui dengan persatuan yang tampak indah, terkesan sejuk, damai, dan
nyaman dengan mengabaikan banyak syariah Islam yang diamanahkan oleh Allah Swt.,
maka pasca 212 umat Islam telah mulai sadar bahwa persatuan dengan para
penentang Allah dan Rasul-Nya, persatuan dengan orang-orang yang fasik,
persatuan dengan para penyeru sistem sesat adalah persatuan yang bathil. Mengabaikan
sebagian kewajiban syariah dan memilih untuk bersikap kompromis terhadap sistem
yang bathil adalah kerugian yang nyata, kerugian yang sangat dihindari oleh
orang-orang mukmin.
“Dan
(ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zhalim menggigit dua tangannya, seraya
berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama
Rasul." “Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya (dulu) aku tidak menjadikan
si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur’an
ketika Al-Qur’an itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau
menolong manusia.” (TQS. al-Furqan: 27-29)
Rasulullah ﷺ bersabda, “Kitabullah
adalah tali Allah yang memanjang dari langit hingga bumi.” (HR. at-Tirmidzi)
Ketika kaum Muslimin bersatu berpegang
teguh kepada tali agama Allah maka kaum Muslimin akan meninggalkan dan menolak
setiap ajaran, paham, atau ide yang bertentangan dengan Kitabullah dan Sunnah
Rasulullah ﷺ.
Bersatu mengibarkan simbol Islam bendera
al-Liwa’ dan ar-Royah menjadi sinyal syiar Islam yang kuat bahwa persatuan umat
Islam yang berasas tauhid adalah persatuan yang kokoh, persatuan yang layak
bagi umat di seluruh dunia, untuk terwujudnya rahmat bagi seluruh alam.
Spirit Bela Tauhid 212 sudah sepantasnya
menggema, terus berlanjut menyerukan persatuan atas dasar ideologi (aqidah dan
syariah) Islam, menyadarkan seluruh elemen umat Islam untuk kaffah dalam
berIslam, menyembuhkan umat dari penyakit Wahn, menguatkan diri, menolong umat
yang tertindas di dalam maupun luar negeri, menjadi para pahlawan di masa akhir
zaman ini, sebagaimana para pahlawan di masa kenabian Rasulullah ﷺ dan
para Shahabatnya. Dengan pertolongan Allah Swt., kesulitan dakwah akan mendapatkan
jalan kemudahan.
“Jika Allah menolong kamu, maka tak ada
orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi
pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari
Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin
bertawakkal.” (TQS. Ali 'Imran: 160)
#SemangatBelaTauhid
#MenujuPersatuanUmat