Oleh: Zakariya
al-Bantany
Di antara propaganda
jahat yang dihembuskan oleh penjajah kafir kapitalis Barat dan Timur melalui
kaki tangannya baik para penguasa boneka, para komprador dan media mainstream serta tim cybernya yang menjadi corong imperialisme, maupun orang-orang
yang awam dan buta politik, yaitu: Indonesia bukan negara Islam, karena itu,
Syariah dan Khilafah tidak cocok untuk Indonesia. Siapapun yang ingin
menegakkan Syariah dan Khilafah silahkan keluar dari Indonesia dan pindah saja
ke Timur Tengah..?! Benar sekali, Indonesia bukan negara Islam. Tapi, Indonesia
penduduknya mayoritas beragama Islam dan Islam sendiri adalah agama yang
bertuhankan Allah SWT yang Maha Esa.
Dalam sejarah
perjuangan kemerdekaan Indonesia melawan dan mengusir penjajah Portugis,
Belanda, Jepang, Inggris dan sekutu justru umat Islamlah -yang dipimpin oleh
para Ulama- yang terdepan dalam melawan dan mengusir penjajah Belanda,
Portugis, Jepang, Inggris dan sekutu dari bumi pertiwi ini. Bahkan yang paling
banyak tertumpahkan darah dan nyawanya di tanah Nusantara ini adalah umat Islam
dan para Ulamanya.
Bahkan, saat di sidang
BPUPKI dan Konstituante pada tahun 1945 para Ulama lintas harakah baik dari Muhammadiyah, Al-Irsyad,
Persis, NU, Syarikat Islam, dan lain-lain pernah mengusulkan dan pernah pula
memperjuangkan agar Islam menjadi asas negara dan agar Islam menjadi UUD negara
ini.
Dan juga sebelumnya
pun pasca diruntuhkannya Khilafah Islam Utsmaniyah di Turki pada 3 Maret 1924
Masehi oleh Inggris melalui agennya seorang yahudi yakni Mustafa Kamal
Attarturk laknatullahi 'alaihi seluruh
Ulama di Nusantara dari berbagai harakah
Islam baik Muhammadiyah, Syarikat Islam, Persis, NU, Al-Irsyad, Jami'atul
Khair, dan lain-lain bermusyarah dan bermufakat memperjuangkan tegaknya kembali
Khilafah dan Syariah sebagai respon atas diruntuhkannya Khilafah Islam
Utsmaniyah tersebut.
Dan sejarah Indonesia
pun tidak bisa lepas dari sejarah Islam, karena di Indonesia terdapat banyak
sekali jejak-jejak Syariah dan Khilafah baik fisik maupun non-fisik di seantero
penjuru Nusantara yang dibawa oleh Walisongo yang merupakan duta-duta politik
dan da'i-da'i pilihan yang dikirim secara resmi oleh Daulah Khilafah Islam yang
berpusat di Turki sehingga kini kita sekeluarga menjadi Muslim dan Indonesia
menjadi negara Muslim terbesar di dunia dengan mayoritas rakyatnya beragama
Islam.
Bahkan sebelumnya pun
pada abad 7 masehi, Islam sudah masuk ke Nusantara ini yaitu dengan masuk
Islamnya raja Sridavarman seorang penguasa kerajaan Sriwijaya di Nusantara.
Sebelumnya raja Sridavarman mengirimkan suratnya kepada Khalifah Mu'awiyyah bin
Abi Sofyan pada masa Khilafah Bani Umayyah, di mana raja Sridavarman sangat
tertarik dan takjub dengan keagungan Islam dan peradaban Islam dalam negara
Khilafah. Dan raja Sridavarman pun mengirimkan kembali suratnya kepada Khalifah
selanjutnya yakni Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Khilafah Bani Umayyah, agar
Khalifah Umar bin Abdul Aziz berkenan mengirimkan seorang Ulama atau da'i untuk
mengajarkan Islam kepadanya di kerajaan Sriwijaya. Setahun kemudian raja
Sridavarman pun akhirnya masuk Islam dan mengubah namanya menjadi Sribuza
Islam.
Dalam kitab Kanzul ‘Hum yang ditulis oleh Ibnu Bathuthah
yang kini tersimpan di Museum Istana Turki di Istanbul, disebutkan bahwa
Walisongo dikirim oleh Sultan Muhammad I. Awalnya, ia pada tahun 1404 M (808 H)
mengirim surat kepada pembesar Afrika Utara dan Timur Tengah yang isinya
meminta dikirim sejumlah ulama yang memiliki kemampuan di berbagai bidang untuk
diberangkatkan ke pulau Jawa.
Jadi, Walisongo
sesungguhnya adalah para da'i atau Ulama yang diutus Khalifah di masa
Kekhilafahan Utsmani untuk menyebarkan Islam di Nusantara. Dan jumlahnya
ternyata tidak hanya sembilan (Songo). Ada 7 angkatan yang masing-masing
jumlahnya sekitar sembilan orang. Memang awalnya dimulai oleh angkatan I yang
dipimpin oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim, asal Turki, pada tahun 1400-an. Ia
yang ahli politik dan irigasi itu menjadi peletak dasar pendirian kesultanan di
Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di Nusantara. Seangkatan dengannya, ada
dua wali dari Palestina yang berdakwah di Banten. Yaitu Maulana Hasanudin,
kakek Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Aliudin. Jadi, masyarakat Banten
sesungguhnya punya hubungan biologis dan ideologis dengan Palestina.
Lalu ada Syekh Ja'far
Shadiq dan Syarif Hidayatullah yang di sini lebih dikenal dengan sebutan Sunan
Kudus dan Sunan Gunung Jati. Keduanya juga berasal dari Palestina. Sunan Kudus
mendirikan sebuah kota kecil di Jawa Tengah yang kemudian disebut Kudus -berasal
dari kata al-Quds (Jerusalem Palestina). Pada masa Walisongo,
Kesultanan-kesultanan Islam seantero nusantara pun benar-benar telah menerapkan
Syariah Islam secara kaffah dalam segala aspek kehidupan dan Islam pun menjadi
sendi-sendi kehidupan masyarakat Islam di bumi nusantara ini.
Dari para wali itulah
kemudian Islam menyebar ke mana-mana hingga seperti yang kita lihat sekarang
dan Islam pun kini menjadi mayoritas di Indonesia. Oleh karena itu, sungguh
aneh kalau ada dari umat Islam sekarang yang menolak Syariah dan Khilafah. Itu sama
artinya ia menolak jati diri asal-usul sejarahnya sendiri, padahal nenek
moyangnya mengenal Islam tak lain dari para Ulama yang diutus oleh para
Khalifah.
Artinya secara
historis, Syariah dan Khilafah itu sangat cocok untuk Indonesia.
Justru yang tidak
cocok untuk Indonesia itu adalah sosialisme-komunisme dan
demokrasi-kapitalisme-sekulerisme yang notabene adalah warisan penjajah kafir
terlaknat.
Sosialisme-komunisme
melahirkan banyak tragedi berdarah dan petaka serta bencana dalam sejarah
Indonesia dan puncaknya adalah pengkhianatan G30SPKI pada tahun 1965.
Lalu, demokrasi,
kapitalisme, sekulerisme yang diterapkan di negeri ini sejak awal kemerdekaan
Indonesia hingga sekarang hanya banyak melahirkan kerusakan dan masalah yang
begitu kompleksnya bagi negeri ini, seperti kian tinggi dan mengguritanya:
korupsi, narkoba, kriminalitas, kemiskinan, sex
bebas, prostitusi, pornografi dan pornoaksi, penistaan agama, aliran sesat,
hutang luar negeri, LGBT, liberalisme, imperialisme, separatisme OPM di Papua
dan lepasnya Timor Timur dari NKRI pada tahun 1999, Biaya hidup yang mahal dan
mencekik rakyat, kesenjangan sosial, Freeport (AS) makin leluasa menguasai
gunung emas di Papua, lebih dari 80% sumber daya alam Indonesia dikuasai asing
dan aseng, privatisasi aset-aset penting negara, ancaman disintegrasi bangsa,
konflik horizontal dan vertikal antar anak bangsa, hukum makin tumpul ke atas
dan hanya tajam ke bawah, kriminalisasi ajaran Islam dan Ulama, martabat rakyat
pun kian terancam dan kian menguritanya secara sistemik neoliberalisme dan
neoimperialisme yang berwujud raksasa kapitalisme global baik kapitalis Barat
(asing) maupun kapitalis Timur (aseng) di negeri ini.
Bahkan pasca pesta
demokrasi pemilu serentak 17 April 2019 yang lalu, kini semakin terungkap dan
terbukti demokrasi, kapitalisme, sekulerisme tersebut hanya membawa kerusakan, petaka
dan bencana bagi negeri ini. Lihatlah, betapa pesta demokrasi tersebut telah
menghabiskan lebih dari Rp25 trilyun lebih, namun justru memicu banyak sekali
kekisruhan dan kegaduhan serta kecurangan yang kasat mata, sistematis,
terstruktur, massif dan brutal demi memenangkan sang petahana hingga pesta
demokrasi itu pun telah memakan korban jiwa yakni tumbal jiwa petugas pemilu
sebanyak lebih dari 330 orang dan lebih dari 2000 orang lainnya dirawat di
Rumah Sakit. Dan korban nyawa dari pesta demokrasi tersebut sangat mungkin akan
terus bertambah.
Masihkah percaya
demokrasi..?! Masihkah tetap mempertahankan demokrasi..?!
Kalau bukan Islam
yaitu Syariah dan Khilafah, lantas apa solusinya atas segala problematika umat
dan negeri ini yang disebabkan oleh sistem kufur
demokrasi-kapitalisme-sekulerisme warisan kafir penjajah tersebut..?!
Sosialisme-komunisme
telah terbukti gagal dan hanya membawa petaka berdarah dan bencana di negeri
ini. Demokrasi, kapitalisme, sekulerisme pun terbukti sekarang hanya membawa
bencana dan malapetaka bagi negeri ini dan hanya menjadi biang masalah, biang kecurangan,
biang keculasan dan kerusakan serta biang penjajahan bagi negeri ini dan dunia
secara sistemik.
Jadi, kesimpulannya
baik secara historis maupun secara empiris, sistem Islam yaitu Syariah dan
Khilafah tentunya sangat cocok dan sangat tepat untuk Indonesia yang lebih baik
dan penuh berkah. Bahkan Syariah dan Khilafah sangat mendesak dibutuhkan oleh Indonesia.
Karena, Syariah dan Khilafah itulah solusi dari Islam untuk Indonesia dan dunia
yang lebih baik penuh rahmah dan penuh berkah. Apatah lagi Allah SWT yang Maha
Sempurna telah menjamin kesempurnaan Islam, sebagaimana firman-Nya:
الْيَوْمَ
يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ ۚ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ
نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِإِثْمٍ ۙ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
"Pada hari ini
orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu
janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan
telah Ku-ridhai Islam itu sebagai agama bagimu." (QS. Al-Maidah: 3)
Maka, Hanya Syariah
dan Khilafah saja yang bisa menyelamatkan Indonesia dari jurang kehancurannya
dan dari penjajahan gaya baru akibat demokrasi, kapitalisme, sekulerisme
warisan penjajah tersebut.
Dan karena Indonesia
juga adalah milik Allah, sebab Indonesia adalah bagian integral dari buminya
Allah Tuhan Semesta Alam yang Maha Esa lagi Maha Kuasa lagi Maha Serba Maha.
Karena itulah,
sesungguhnya penegakkan Syariah dan Khilafah adalah bukti keimanan dan
ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman:
وَلَوْ
أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ
مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا
يَكْسِبُونَ
"Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya sendiri." (QS. Al-A'raf: 96)
Jadi, siapapun yang
tidak suka dan berupaya menghalangi tegaknya Syariah dan Khilafah, maka
bersiap-siaplah berhadapan dengan Allah SWT dan silakan saja keluar dari
buminya Allah ini, bila perlu silahkan keluar dari kolong langitnya Allah
SWT..?! Karena langit ini pun dan alam semesta ini adalah miliknya Allah,
bahkan nyawa dan jasad tubuh kita ini pun adalah miliknya Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
لِلَّهِ مَا
فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ وَإِنْ
تُبْدُوا مَا فِي أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللَّهُ ۖ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
"Kepunyaan
Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu
melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah
akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni
siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Al-Baqarah: 284)
Wallahu a'lam bish shawab. []
#2019TumbangkanDemokrasi
#2019TegakkanKhilafah
#KhilafahPastiMenang
#ReturnTheKhilafah
#KhilafahTheRealSolution
#KhilafahUntukIndonesiaYangLebihBaikPenuhBerkah