Oleh: Zakariya
al-Bantany
Dalam sirah Nabawiyah
diceritakan bahwa Abu Jahal adalah salah-satu tokoh utama pemimpin kafir
Quraisy di Mekkah yang nama aslinya adalah Amru bin Hisyam.
Amru bin Hisyam
digelari Abul Hakam (Bapak kebijaksanaan/ bapak ahli hikmah/ bapak kecerdasan)
oleh penduduk Arab Mekkah karena kecerdasan dan ketinggian ilmunya serta
kebijaksanaannya dalam memutuskan perkara dan dalam menyelesaikan persoalan
bangsa Arab di Mekkah.
Bahkan Abu Jahal saat
ia belum tumbuh jenggot, ia pun diangkat menjadi anggota Darun Nadwah (DPR-nya
penduduk Arab Mekkah saat itu) karena sangat cerdasnya si Abu Jahal tersebut
walaupun saat itu dia masih sangat terlalu muda dan masih bau kencur.
Namun, ia justru
digelari Abu Jahal dan Fir'aunnya umat ini oleh Rasulullah Saw. karena Abu
Jahal dengan tegas menolak kebenaran Islam dan terdepan menentang kebenaran
Islam serta memerangi kebenaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw., bahkan
Abu Jahal pun merencanakan pembunuhan terhadap Rasulullah Saw. Dan Abu Jahal
pun sangat keukeuh mendukung dan membela
kebatilan kekufuran jahiliyah.
Seringkali pula Abu
Jahal menebarkan ujaran kebencian, hoax dan fitnah serta framing negatif dan propaganda negatif kepada
Rasulullah Saw. dan dakwah beliau beserta para Sahabat beliau Saw. Dan juga
seringkali pula Abu Jahal pun mempersekusi dan mengkriminalisasi Rasulullah
Saw. dan dakwahnya beserta para Sahabat beliau Saw.
Karena itulah, ia
digelari Abu Jahal yang artinya bapak kebodohan alias bapak kedunguan alias
mbahnya jahil murakkab (kebodohan yang
berkuadrat-kuadrat), sekalipun ia memiliki kecerdasan dan ketinggian ilmu serta
memiliki kedudukan yang tinggi dan istimewa di mata kaumnya dan di tengah
masyarakat Arab Jahiliyah di Makkah.
Namun, kecerdasan dan
ketinggian ilmunya tersebut tidak bisa menghasilkan keimanan padanya dan tidak
ada gunanya sama sekali bagi dirinya sendiri. Karena, justru dialah yang paling
terdepan memimpin dalam mendukung dan membela kebatilan kekufuran jahiliyah dan
menolak kebenaran Islam serta mememusuhi dan memerangi kebenaran Islam yang
dibawa oleh Rasulullah Saw.
Karena itulah, siapapun yang menolak kebenaran
dan mendukung kebatilan sekalipun ia profesor, rektor, doktor, akademisi,
intelektual, pengusaha besar, kyai, ustadz, gus dan tokoh masyarakat, maka ia
hanya akan menjadi bodoh alias dungu nan gila dan ia satu barisan dengan
Abu Jahal hingga mereka menjadi Abu Jahal zaman now. Na'udzubillahi mindzalik.
Saat ini di zaman now
pada era peradaban jahiliyah modern yakni era peradaban sampah demokrasi
kapitalisme sekulerisme, banyak sekali bermunculan Abu Jahal zaman now yang
memiliki karakter dan watak yang serupa dengan leluhur mereka yakni Abu Jahal
zaman dahulu.
Bahkan juga mereka
para Abu Jahal zaman now tersebut pun sangat terdepan dalam menolak, memusuhi
dan memerangi kebenaran Islam khususnya ajaran Islam perihal Tauhid, Dakwah,
Syariah, Jihad, bendera Tauhid dan Khilafah serta para pejuangnya.
Serta mereka pun
sangat terdepan dalam mendukung dan membela kebatilan para penguasa ruwaibidhah yang sangat dzalim dan para
penjajah kafir asing dan aseng beserta sistem kufur jahiliyah modern demokrasi
kapitalisme sekulerisme warisan penjajah kafir terlaknat.
Tak segan-segan pula
dengan ujaran kebencian, hoax, fitnah dan propaganda negatif serta framing negatif para Abu Jahal zaman now
tersebut berupaya menggembosi dan memecah-belah persatuan umat Islam,
mempersekusi dan mengkriminalisasi ajaran Islam perihal Tauhid, Dakwah,
Syariah, Jihad dan bendera Tauhid serta Khilafah beserta pejuangnya.
Bahkan para Abu Jahal
zaman now tersebut melabeli ajaran Islam perihal Tauhid, Dakwah, Syariah,
Jihad, bendera Tauhid dan Khilafah sebagai ajaran kaum radikal dan teroris
serta melabeli para pejuangnya sebagai kaum radikal dan teroris serta
intoleran.
Bahkan parahnya para
Abu Jahal zaman now itu dengan sombong dan lancangnya menyerukan Khilafah tidak
cocok untuk Indonesia dan tidak laku di Indonesia serta Khilafah ajaran Nabi
Saw. tidak usah diikuti karena hanya akan memecah-belah dan menghancurkan Indonesia.
Dan mereka pun berani
menghapus secara terang-terangan materi ajaran Islam perihal Khilafah dan Jihad
dari kurikulum pendidikan agama di madrasah. Begitulah betapa angkuh dan
sombongnya para Abu Jahal zaman now tersebut seolah-olah negeri Indonesia ini dan
bumi ini adalah milik mereka. Dan seolah-seolah mereka hidup kekal di dunia
ini.
Padahal, negeri
Indonesia ini adalah milik Allah, sebab Indonesia ini adalah bagian integral
dari bumi yang notabene milik Allah pula. Bahkan, harta benda, kendaraan dan
anak, isteri mereka hingga tubuh dan nyawa mereka pun milik Allah dan nyawa
mereka pun dalam genggaman Allah. Allah SWT berfirman:
لَهُ
مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَمَا تَحْتَ
الثَّرَىٰ
"Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua
yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah."
(QS. Thaaha: 06)
اللَّهُ
يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا ۖ فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَىٰ عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ
الْأُخْرَىٰ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ۚ إِنَّ فِي
ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
"Allah memegang
jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di
waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan
kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi
kaum yang berfikir." (QS. Az-Zumar: 42)
Betul-lah,
kata Profesor Mahfud MD sang pakar hukum tatanegara yang kini menjadi
Menkopolhukam rezim Jokowi jilid 2: "Malaikat masuk ke dalam sistem
Indonesia (demokrasi) pun bisa jadi iblis [https://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/13/10/07/muasnx-mahfud-md-malaikat-masuk-ke-sistem-indonesia-pun-bisa-jadi-iblis].
Tidakkah mereka
belajar dari nasib tragis akhir hayat leluhur mereka sang Abu Jahal zaman
dahulu yang matinya sangat nista dan mengenaskan di Perang Badar..?! Sungguh
Abu Jahal -bersama rekan sejawatnya yakni Abu Lahab- pun sudah Allah pastikan
menjadi penghuni neraka kekal abadi di dalamnya. Allah SWT berfirman:
أَرَأَيْتَ
الَّذِي يَنْهَى (9) عَبْدًا إِذَا صَلَّى (10) أَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ عَلَى
الْهُدَى (11) أَوْ أَمَرَ بِالتَّقْوَى (12) أَرَأَيْتَ إِنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى
(13) أَلَمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ اللَّهَ يَرَى (14) كَلا لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ
لَنَسْفَعًا بِالنَّاصِيَةِ (15) نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ (16) فَلْيَدْعُ
نَادِيَهُ (17) سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَ (18) كَلا لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ
وَاقْتَرِبْ
"Bagaimana
pendapatmu tentang orang yang melarang, seorang hamba ketika mengerjakan
shalat, bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas
kebenaran, atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?, Bagaimana pendapatmu
jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling?, Tidakkah dia
mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?, Ketahuilah,
sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik
ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka, Maka
biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya), kelak Kami akan
memanggil malaikat Zabaniyah, sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh
kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan)." (QS.
Al-Alaq: 9-19)
Pikirkanlah wahai
orang-orang yang berakal..! Wallahu a'lam bish
shawab. []
#2020MenyonsongAbadKhilafah
#2020RiseOfTheKhilafah
#KhilafahAjaranIslam
#KhilafahTheRealSolution