Oleh: Zakariya
al-Bantany
Kita ini manusia,
kehidupan, bumi dan alam semesta adalah milik Allah SWT. Karena, kita manusia,
kehidupan, bumi dan alam semesta adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah
Tuhan semesta alam. Allah SWT berfirman:
اللَّهُ
الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ
ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ ۖ مَا لَكُمْ
مِنْ دُونِهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا شَفِيعٍ ۚ أَفَلَا
تَتَذَكَّرُونَ
"Allah lah yang
menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam
masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Tidak ada bagi kamu selain dari
pada-Nya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka
apakah kamu tidak memperhatikan?" (QS. As-Sajadah: 04)
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ
قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah
menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa."
(QS. Al-Baqarah: 21)
Dan kita ini sebagai
makhluk-Nya pun bakal mati kelak dan tiada kekal di dunia ini, sebaliknya Allah
SWT Maha Kekal. Allah SWT berfirman:
أَيْنَمَا
تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan
kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS.
An-Nisa’: 78)
وَمَا
جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِنْ قَبْلِكَ الْخُلْدَ
“Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang
manusia pun sebelum kamu (Muhammad).” (QS. Al-Anbiya’: 34)
كُلُّ
مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ (26) وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ وَالإكْرَامِ (27)
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap
kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS.
Ar-Rahman: 26-27)
Kemudian setiap jiwa
pasti akan merasakan kematian. Allah SWT pun berfirman:
كُلُّ
نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan kematian.”
(QS. Ali Imran: 185)
Dan tentunya sebuah
keniscayaan pula bahwa seluruh amal perbuatan kita baik ataupun buruknya akan
dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT di Yaumil Hisab kelak dan hasil
akhirnya adalah surga ataukah neraka di akhirat kelak. Allah SWT berfirman:
يَوْمَىِٕذٍ يَّصْدُرُ
النَّاسُ اَشْتَاتًا ەۙ لِّيُرَوْا اَعْمَالَهُمْۗ
"Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam
keadaan berkelompok-kelompok, untuk diperlihatkan kepada mereka (balasan) semua
perbuatannya.
فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ
ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ
“Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah,
niscaya dia akan melihat (balasan)nya.”
وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ
ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ
“Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah,
niscaya dia akan melihat (balasan)nya." (QS. Al-Zalzalah: 6-8).
Di Yaumil Hisab kelak
kita dihisab atau diadili oleh Allah hanya pakai cara hukum-hukum Allah atau
Syariah-Nya semata bukan pakai cara hukum Pancasila, demokrasi ataupun hukum
jahiliyah lainnya.
Setelah dihisab di
Yaumil Hisab kelak balasannya hanya ada dua pilihan di Akhirat nanti yakni
surga ataukah justru di neraka. Jika seorang yang beriman ditimbang lebih
banyak amal shalihnya, maka positif ia bakal ke surga. Allah SWT berfirman:
وَمَنْ
يَأْتِهِ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصَّالِحَاتِ فَأُولَئِكَ لَهُمُ الدَّرَجَاتُ
الْعُلَى جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا
وَذَلِكَ جَزَاءُ مَنْ تَزَكَّى
“Dan barangsiapa
datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah
beramal shalih, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat
yang tinggi (mulia), (yaitu) surga-surga ‘Adn yang mengalir sungai-sungai di
bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang
bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan).” (QS. Thaha: 75-76)
Rasulullah Saw.
bersabda
إنَّ
في الجنةِ مائةَ درجةٍ ، أعدَّها اللهُ للمجاهدين في سبيلِه ، كلُّ درجتيْنِ ما
بينهما كما بين السماءِ والأرضِ ، فإذا سألتم اللهَ فسلُوهُ الفردوسَ ، فإنَّهُ
أوسطُ الجنةِ ، وأعلى الجنةِ ، وفوقَه عرشُ الرحمنِ ، ومنه تَفجَّرُ أنهارُ الجنةِ
“Surga itu ada 100
tingkatan, yang dipersiapkan oleh Allah untuk para Mujahid di jalan Allah.
Jarak antara dua surga yang berdekatan sejauh jarak langit dan bumi. Dan jika
kalian meminta kepada Allah, mintalah surga Firdaus, karena itulah surga yang
paling tengah dan paling tinggi yang di atasnya terdapat Arsy milik Ar-Rahman,
darinya pula (Firdaus) bercabang sungai-sungai surga.” (HR. Al-Bukhari, No.
2790)
Sebaliknya bila ia
ditimbang ternyata lebih banyak amal salah dan amal thalih (buruk) nya, maka positif ia bakal ke neraka minimal
berabad-abad lamanya bagi muslim yang banyak maksiatnya dan maksimal kekal
selama-lamanya di neraka bagi orang-orang kafir dan munafik. Allah SWT
berfirman:
وَعَدَ
اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ
خَالِدِينَ فِيهَا ۚ هِيَ حَسْبُهُمْ ۚ وَلَعَنَهُمُ اللَّهُ ۖ وَلَهُمْ
عَذَابٌ مُقِيمٌ
"Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan
perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di
dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati mereka, dan bagi
mereka azab yang kekal." (QS. At-Taubah: 68)
Nabi Saw pun bersabda:
أَمَّا
أَهْلُ النَّارِ الَّذِينَ هُمْ أَهْلُهَا فَإِنَّهُمْ لَا يَمُوتُونَ فِيهَا
وَلَا يَحْيَوْنَ وَلَكِنْ نَاسٌ أَصَابَتْهُمُ النَّارُ بِذُنُوبِهِمْ أَوْ قَالَ
بِخَطَايَاهُمْ فَأَمَاتَهُمْ إِمَاتَةً حَتَّى إِذَا كَانُوا فَحْمًا أُذِنَ
بِالشَّفَاعَةِ فَجِيءَ بِهِمْ ضَبَائِرَ ضَبَائِرَ فَبُثُّوا عَلَى أَنْهَارِ
الْجَنَّةِ ثُمَّ قِيلَ يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ أَفِيضُوا عَلَيْهِمْ فَيَنْبُتُونَ
نَبَاتَ الْحِبَّةِ تَكُونُ فِي حَمِيلِ السَّيْلِ فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ
كَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ كَانَ
بِالْبَادِيَةِ
“Adapun ahli neraka
yang mereka merupakan penduduknya, maka sesungguhnya mereka tidak akan mati di
dalam neraka dan tidak akan hidup. Tetapi orang-orang yang dibakar oleh neraka
dengan sebab dosa-dosa mereka, maka Dia (Allah) mematikan mereka. Sehingga apabila
mereka telah menjadi arang, diberi izin mendapatkan syafa’at. Maka mereka
didatangkan dalam keadaan kelompok-kelompok yang berserakan. Lalu mereka
ditebarkan di sungai-sungai surga, kemudian dikatakan: “Wahai penduduk surga
tuangkan (air) kepada mereka!” Maka mereka pun tumbuh sebagaimana tumbuhnya
bijian yang ada pada aliran air." (HR. Muslim, No. 185)
Karena itulah, di
sinilah pentingnya ibadah, sebab menyangkut masa depan kita di akhirat kelak
pilihannya hanya dua, yakni Surga ataukah neraka. Oleh karena itulah, tujuan
hidup kita itu hanya untuk beribadah saja kepada Allah SWT demi meraih
ridha-Nya semata. Allah SWT berfirman:
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Allah SWT pun
berfirman:
وَمَا
أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
"Padahal mereka
tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus."
(QS. Al-Bayyinah: 5)
Pengertian
ibadah (عبادة) sendiri menurut kamus Al-Muhith karya Imam Al-Fairuz Abadi, secara bahasa artinya adalah taat (patuh,
tunduk).
Sedangkan menurut
istilah, sebagaimana diuraikan oleh Syaikh Muhammad Husain Abdullah dalam
kitabnya Dirasat fi al-Fikri al-Islam,
ibadah memiliki dua arti: arti umum dan arti khusus:
1. Arti secara umum
—ini pula yang dimaksud dengan ibadah dalam kedua ayat di atas— adalah mentaati
segala perintah dan menjauhi segala larangan-larangan Allah.
2. Adapun arti ibadah
secara khusus adalah ketaatan kepada hukum Syara’ yang mengatur hubungan antara
manusia dengan Rabbnya, seperti: shalat, puasa zakat, haji, do’a, dan
lain-lain.
Mengaktualisasikan
ibadah dalam arti umum inilah yang secara kongkret merupakan misi hidup manusia
di dunia menurut Islam. Inilah hakikat hidup manusia di dunia, dan ini pula
yang wajib menjadi landasan segala perilakunya baik pola pikir dan pola hidupnya
dalam kehidupan ini. Dalam kaidah ushulul fiqh ditegaskan:
الأصل
الأفال التقيد بأحكام الشرعي..
"Hukum asal
perbuatan manusia selalu terikat hukum-hukum Syara'."
Aktualisasi ibadah terwujud
ketika seorang Muslim mengikatkan dirinya dengan hukum-hukum Syara’ dalam
segala aktivitas kehidupannya, baik ketika berhubungan dengan Rabbnya (hablun minallah) baik dalam perkara akidah dan
ibadah, berhubungan dengan dirinya sendiri (hablun
minannafsi) dalam perkara akhlak, makanan, minuman, dan pakaian, maupun
berinteraksi dengan sesamanya (hablun minannaas)
dalam perkara mu’amalah (politik, ekonomi, sosial, budaya, kesehatan,
pendidikan, pertahanan dan keamanan) dan uqubat (hukuman dan peradilan serta
persanksian).
Ketika seorang Muslim
menjalankan shalat lima waktu, mengeluarkan zakat setiap tahun, berpuasa di
bulan Ramadhan, beribadah haji, bertaubat, atau membaca Al-Qur’an disebut
sedang melaksanakan ibadah (dalam arti khusus).
Begitu pula tatkala
dia bekerja halal secara profesional dengan etos kerja tinggi didukung keahlian
dan sikap amanah, mendidik anak dengan cara Islam, menepati janji, mengkaji
ajaran Islam dari akar hingga daunnya, peduli dengan keadaan kaum Muslimin yang
lain, aktif berdakwah atau aktif dalam setiap kegiatan ke-Islaman, bersabar
tatkala mendapat musibah, memerintahkan isteri atau anak perempuannya
berjilbab, menengok teman yang sakit, bermusyawarah, menjaga kesehatan dan
kebersihan dan sebagainya dia pun juga tengah menjalankan misi ibadah.
Sebaliknya, tatkala
seseorang melalaikan tugas, melakukan korupsi dan manipulasi, curang, memberi
suap atau menerima suap, berbohong, berzina, menenggak minuman keras
beralkohol, mengkonsumsi narkoba, mengunjungi pub/diskotik, membantu terjadinya
perzinaan, suka mendzalimi orang lain dan sebagainya, dikatakan ia telah telah
melakukan kemaksiatan kepada Allah. Berarti ia telah lupa diri terhadap hakikat
keberadaannya di dunia ini.
Demikian pula halnya
bila dia menentang dakwah Islam, berjudi, menyatakan bahwa hukum Islam tidak
layak karena dinilai kejam dan Khilafah ajaran Islam warisan Nabi Saw. tidak
usah diikuti karena tidak cocok untuk NKRI dan bertentangan dengan Pancasila dan
NKRI serta hanya memecah-belah NKRI, menghapus Khilafah dan jihad dari
kurikulum pendidikan agama dengan tuduhan hanya memicu radikalisme dan
terorisme, merayakan Natal bersama dan tahun baru masehi, melakukan pelecehan
seksual dan penyimpangan seksual seperti LGBT, berhutang tak mau bayar,
meninggalkan shalat lima waktu atau shalat Jum’at, tidak berhijab; dan
lain-lain; berarti dia telah lalai dari arti hakikat hidupnya di dunia, yaitu
beribadah kepada Allah.
Padahal, ibadah kepada
Allah SWT tersebut baik ibadah khusus maupun ibadah umum serta menjalankan
kedua ibadah tersebut secara totalitas dengan tulus ikhlas sepenuh hati dan
sepenuh ketaatan kepada Allah SWT adalah bukti bahwa seorang hamba tersebut
benar-benar beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Dan keimanan dan
ketaqwaan itu sendiri adalah bukti seorang hamba tersebut sudah berislam secara
kaffah sebagaimana yang termaktub dalam QS. Al-Baqarah: 208. Dan juga ibadah
tersebut itu pun adalah kunci mendapatkan ridha, rahmah, berkah, maghfirah,
mahabbah dan surga Allah. Allah SWT berfirman:
وَسَارِعُوا
إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ
أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan
kepada surga-Nya yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk
orang-orang yang bertakwa." (QS. Ali Imran: 133)
وَلَوْ
أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ
مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا
يَكْسِبُونَ
"Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya." (QS. Al-A'raf: 96)
وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ
ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ ۙ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ
"Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang
beriman dan yang beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang
besar." (QS. Al-Maaidah: 9)
وَعَدَ
ٱللَّهُ ٱلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا
ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا وَمَسَٰكِنَ طَيِّبَةً فِى جَنَّٰتِ عَدْنٍ ۚ وَرِضْوَٰنٌ مِّنَ ٱللَّهِ أَكْبَرُ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ
"Allah
menjanjikan kepada orang-orang Mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat)
surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan
(mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. Dan keridhaan Allah adalah
lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar." (QS: At-Taubah: 72)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ
إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada
Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati
melainkan dalam keadaan beragama Islam." (QS. Ali Imran: 102)
Jadi, itulah sangat
pentingnya ibadah sebagai bukti keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT
dan juga perkara vital yang menyangkut nasib masa depan kita di Akhirat kelak
dan juga merupakan perkara surga dan neraka. Wallahu
a'lam bish shawab. []