Oleh al-Faqir Abu Zaid
Supaya kita terbebas dari cekaman kondisi pejuang MINIMALIS maka harus ada upaya sangat serius yang kita lakukan. Dan tentu saja ini bukan upaya sehari dua hari atau sebulan dua bulan tapi sepanjang hayat. Sampai kapan? Sampai mati.
Antara lain yang paling penting adalah:
1. Mencintai dakwah lebih dari yang lain.
Mencintai itu menjadi budak. Mengikuti apa maunya yang dicintai. Coba perhatikan diri kita sendiri, mau-maunya bangun pagi-pagi bakda shubuh sudah ngebut di jalanan pergi kerja. Pulang bisa jadi sudah malam hari. Tiap hari begitu kecuali hari libur. Begitu dapat gaji langsung dikasih istri. Semua untuk kebutuhan istri dan anak-anak. Padahal apakah mereka akan benar-benar bermanfaat untuk dunia-akhirat kita? Belum tentu pastinya. Istri bisa saja suatu saat ga setia lagi minta cerai dll. Anak bisa saja tak berbakti. Tapi tetap saja kita mau berkorban lahir-batin jiwa-raga bahkan dunia-akhirat. Mengapa bisa demikian? Satu jawabannya, karena Cinta.
Mestinya Cinta kita kepada dakwah ini lebih besar daripada Cinta kita kepada istri dan anak. Begitulah tuntutan Allah SWT kepada kita bukan? (QS. 9/24).
Nah jika demikian posisinya maka Cinta kita kepada dakwah yang begitu besar dan melimpah akan mampu membentuk kita menjadi aktivisnya yang pilih tanding. Siap berkorban setiap waktu untuknya. Tanpa perlu ditanya lagi kenapa. Mengapa? Karena Cinta.
2. Berikan waktu
Apa yang paling berharga bagi kehidupan manusia di dunia ini? Waktu.
Karena waktu merupakan basis dari semua ni'mat Allah. Karena ada waktulah semua ni'mat itu masih bisa kita manfaatkan. Andai waktu sudah habis, ajal sudah tiba maka jangankan ilmu, harta dan jabatan bahkan beriman pun sudah tak berguna. Bahkan penghuni neraka pun andai bisa mereka hanya ingin hidup lagi kemudian beriman.
Karena itulah, modal pokok kita menjadi pejuang Islam adalah waktu. Maka berikan waktu kita untuk dakwah Sebelumnya ilmu, harta, jabatan dll akan mengikuti. Itu kuncinya.
Dalam sepekan pastikan ada hari-hari yang kita siapkan untuk dakwah. Tentu saja sesuai dengan irama aktivitas kerja kita. Masing-masing tidak harus sama. Justru tidak sama untuk semua orang itulah indahnya sehingga kita bisa saling bagi tugas dakwah.
Bagi kita yang kerja pagi sampai siang atau sore maka malam hari dan hari libur adalah waktu untuk dakwah kita. Bagi yang kerja malam hari maka siang hari adalah waktu dakwah. Bagi yang sangat sibuk misalnya sering keluar kota karena bekerja sebagai konsultan, atau trainer atau dokter spesialis dll maka jangan jual semua waktunya kita. Pastikan sehari dua hari minimal sepekan untuk dakwah. Jangan engkau jual semua waktu! Itu kuncinya.
Kalau kita kesulitan atur waktu maka buatlah jadwal agenda harian dalam sepekan maka akan nampak kapan waktu-waktu yang bisa kita plot untuk dakwah. Kalo ada Cinta insyaallah bisa.
3. Kondisikan keluarga.
Allah, Rasul dan jihad di jalanNya wajib lebih kita Cinta daripada keluarga dan seluruh urusan dunia. Itu tuntutan Allah supaya kita tidak disiksa bukan? (Lihat QS 9/24). Keluarga di sini mengacu pada kata "ahlukum" yang menjadi tanggungan kita adalah istri, anak dan kedua Ibu bapak.
Bagaimana praktiknya, apakah kita tidak boleh mencintai dan mengurus keluarga?
Pasti boleh lah bahkan wajib. Seperti wajib menafkahi istri, anak dan Ibu-bapak. Wajib mendidik istri dan anak-anak supaya menjadi orang Sholih. Terus bagaimana maksudnya?
Maksudnya adalah kita harus mengurus keluarga sesuai dengan syariat Allah SWT. Jangan karena ingin menyenangkan keluarga kemudian kita melanggar syariat, misal kerja yang haram semisal multilevel marketing, jual-beli emas kredit, Bisnis multiakad dll. Jika ini terjadi maka berarti kita lebih mencintai keluarga dari Allah dan RasulNya.
Atau jangan jadikan anak-istri sebagai alasan untuk tidak berjuang. Sehingga habis waktu kita hanya untuk kerja dan urus keluarga. Jika begini maka tinggal menunggu realisasi ancaman Allah tersebut.
Bagaimana kuncinya agar keluarga tidak menjadi halangan bagi dakwah? Kuncinya simpel, jadikan keluarga sebagai aset dakwah. Jadikan orang tua, istri dan anak kita sebagai aktivis dakwah atau minimal pendukung dakwah. Dan sertakan mereka dalam agenda dakwah kita. Misalnya kita punya acara mengisi pengajian di masjid maka ajak sertalah keluarga kita. Demikian juga bisa efektifkan waktu bersama keluarga.
Kunci penting lain yang sangat penting adalah kepemimpinan suami. Jika suami adalah pemimpin yang baik maka insyaallah semua perkara tersebut bisa dilakukan.
Tentu saja masih banyak perkara teknis lain yang perlu kita perhatikan.
4. Kondisikan kerja
Kita mestinya sadar betul bahwa kita ini pejuang Islam. Bukan manusia biasa. Sehingga pastinya kita menjalani seluruh hidup kita bersama keluarga harus berbeda dengan manusia lain.
Dalam hal apa harus berbeda? Tentunya mulai dari tujuan hidup, standar Amal dalam hidup, standar sukses hidup, dan standar urusan dunia termasuk kerja.
Maka dari sini kita harus setting sedemikan rupanya sehingga kita layak menjadi pejuang Islam. Layak mengemban dakwah.
Tidak cukup kita setting untuk diri sendiri tapi bersama keluarga kita. Sehingga kita bisa berjalan kompak dengan orang-orang tercinta. Maka langkah kaki kita insyaallah menjadi ringan. Seberat apapun beban perjuangan.
Pastinya kita akan pilih kerja yang ramah terhadap aktivitas dakwah. Kita tidak mungkin memilih kerja yang kejam terhadap aktivitas dakwah. Itu kuncinya. Detailnya sudah saya singgung di poin pertama.
5. Urusan dunia? Pilih yang mudah
Intinya pilih yang halal, sesuai kemampuan dan tidak mengganggu dakwah. Maka urusan kerja, domisili, tipe rumah, tipe kendaraan, tipe makanan, tipe pakaian, tipe minuman, tipe sekolah anak, tipe kuliah anak dll disesuaikan dengan kemampuan dan status kita sebagai pejuang Islam.
Semoga Allah SWT menolong kita untuk menjadi pejuang Islam yang tangguh. Pilih tanding dan istiqomah. Menjadi pengemban dakwah yang layak ditolong dengan tegaknya Khilafah ala minhajin nubuwah. Bahagia dunia akhirat bersama orang-orang yang kita Cinta.
Selamat berjuang kawan...Allahu Akbar!
*Catatan:
Uraian di atas hanya teori. Tak akan pernah terjadi kecuali kita beramal. Karena Amal yang benar hanya akan lahir dari teori yang benar. []