Oleh:
Zakariya al-Bantany
Dua
tersangka pembakar bendera di Garut dijatuhi vonis 10 hari penjara dan denda Rp2.000.
Persaudaraan Alumni (PA) 212 mengaku kecewa dan menilai putusan hakim tersebut telah
melukai umat Islam.
"Untuk
kesekian kalinya rezim ini menyakiti hati umat Islam, kami sangat kecewa, ini
vonis abal-abal, dagelan," kata Ketua Umum PA Slamet Maarif kepada
Republika.co.id, Selasa (6/11).
Ia
juga menganggap putusan tersebut sangat jauh dari tuntutan umat yang telah
disampaikan melalui aksi bela tauhid beberapa waktu lalu di depan istana.
"Masih jauh dari keinginan dan tuntutan umat," ujarnya.
Slamet
mengganggap putusan ringan hakim kepada pembawa dan pembakar bendera tersebut
sangat tidak adil. "Ini sangat tidak adil. Kami akan terus berjuang untuk
kibarkan jutaan bendera tauhid panji Rasulullah di negeri ini," tegas
Slamet.
Sidang
kasus pembakaran bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid digelar di Pengadilan
Negeri Garut pada Senin (5/11). Dalam sidang tersebut, hakim memutuskan
pembakar bendera menjatuhkan hukuman 10 hari dan denda Rp2.000.
"Keduanya
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah dan dijatuhi kurungan 10 hari dan
denda Rp 2 ribu," ujar hakim Hasanudin. [https://m.republika.co.id/berita/nasional/hukum/18/11/06/phr0cl282-pembakar-bendera-tauhid-dihukum-10-hari-penjara]
Inilah bukti kesekian kalinya bahwa
keadilan dalam negara demokrasi hanyalah sebuah ilusi belaka. Dalam negara demokrasi katanya hukum
adalah panglima, tapi faktanya kekuasaan dan kepentinganlah yang menjadi
panglima dan hukum hanya menjadi budaknya semata, serta hukum hanya menjadi
alat kekuasaan dan alat kepentingan belaka.
Dalam
negara demokrasi pun kian terbukti hukum hanya tumpul ke atas dan hanya tajam
ke bawah, bahkan parahnya kini hukum pun makin kian tumpul ke kafir dan hanya
makin kian tajam ke Islam belaka. Negara demokrasi begitu sangat lembutnya
kepada para pembenci dan penista Islam, tapi sebaliknya begitu amat sangat
keras dan buruknya perlakuannya terhadap Islam dan para pecinta Islam serta
pembela Islam.
Lihatlah,
terbukti para penista agama yaitu mereka para pembakar bendera tauhid tersebut
dibela dan dilindungi oleh negara demokrasi dan penguasa demokrasi di mana para
pelaku pembakaran bendera tauhid tersebut hanya dijatuhi hukuman 10 hari dan
denda Rp2000. Di mana letak keadilannya?
Sebegitu
murah dan rendahkah kalimat tauhid dalam bendera tauhid tersebut yang hanya
dihargai oleh rezim demokrasi tersebut dengan penjara 10 hari dan denda Rp2000
bagi para pelaku pembakarnya tersebut? Ini bukti negara demokrasi dan rezim
demokrasi tersebut pun turut serta menistakan, melecehkan dan menghinakan serta
telah merendahkan kalimat tauhid tersebut dan rasa keadilan.
Artinya
demokrasi itu sesungguhnya adalah biang penistaan agama dan biang penistaan
kalimat tauhid dan biang penistaan seluruh ajaran Islam. Demokrasi kapitalisme
sekulerisme tersebut hakikatnya adalah sumber malapetaka dan sumber bencana
zaman now bagi dunia dan umat Islam di akhir zaman ini.
Jadi,
sangat wajar rezim demokrasi dan negara demokrasi tersebut sangat membela dan
melindungi para penista agama dan para pembakar bendera tauhid tersebut. Dalam
pandangan negara demokrasi dan rezim demokrasi, kalimat tauhid dianggap tidak
ada harganya sama sekali, sebab pada hakikatnya rezim demokrasi dan negara
demokrasi tersebut sangat anti dan sangat memusuhi kalimat tauhid dan sangat
memusuhi Islam itu sendiri.
Mengapa
demikian? Karena demokrasi tidak punya agama. Sebab latar belakang lahirnya
demokrasi itu sendiri pada abad kegelapan bangsa Eropa adalah merupakan bentuk
perlawanan bangsa Eropa dalam membebaskan diri dari belenggu kegelapan tirani
dan kediktatoran gereja dan agamawan kristen. Karena itulah demokrasi sangat
anti dengan simbol-simbol agama khususnya simbol Islam yakni kalimat tauhid dan
bendera tauhid tersebut.
Padahal,
dalam Islam sangat jelas bahwasanya kalimat tauhid yang terkandung dalam
bendera tauhid tersebut memiliki nilai yang sangat sakral dan agung serta mulia,
bahkan harganya pun sangat mahal melebihi langit dan bumi beserta isinya bukan
seharga Rp2.000.
Dari
Sa’id al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu
dari Rasulullah Saw, beliau bersabda:
قال
موسى عليه
السلام : يا رب
علمني شيئاً
أذكرك وأدعوك
به ، قال : قل يا
موسى لا إله
إلا الله . قال :
كل عبادك
يقولون هذا ،
قال : يا موسى لو
أن السموات
السبع
وعامرهن غيري
والأرضين السبع
في كفة ، ولا
إله إلا الله
في كفة ، مالت
بهن لا إله
إلا الله
”Berkata
Musa ‘alaihis salam: ‘Wahai Rabb,
ajarkanlah padaku sesuatu yang dengannya aku berdzikir kepada-Mu dan berdoa
kepada-Mu.’ Maka (Allah) berfirman: ‘Wahai Musa, Ucapkanlah: ‘Laa ilaaha illaLLaah.’ Berkata (Muusaa)
: ‘Setiap hambaMu mengucapkan hal ini.’ (Allaah) berfirman: ‘Wahai Muusaa,
seandainya langit yang tujuh serta seluruh penghuninya, selain Aku, dan ketujuh
bumi diletakkan dalam satu sisi timbangan dan kalimat Laa ilaaha illaLLaah diletakkan pada sisi lain timbangan, niscaya
kalimat Laa ilaaha illaLLaah lebih
berat timbangannya’…” (HR. Ibnu Hibban dan al-Hakim dan ia [al-Hakim] menshahihkannya)
Dan
bendera tauhid yang di dalamnya terkandung kalimat tauhid yakni bertuliskan
kalimat agung "Laa ilaaha illallah
muhammadurrasulullah" merupakan panji Rasul atau bendera Rasulullah
Saw dan bendera Islam serta benderanya umat Islam yang notabene simbol
keagungan dan kesucian Islam serta simbol keagungan dan kesucian Allah SWT
Tuhan Semesta Alam yang Maha Esa lagi Maha Serba Maha. Bendera tauhid yang
bertuliskan kalimat tauhid yang agung tersebut pun adalah representasi syiar
dakwah Islam untuk segenap alam semesta dan simbol persatuan umat Islam sedunia
dalam ikatan shahih mabda' (ideologi) Islam atau akidah tauhid Islam.
Dari
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu:
كَانَ
لِوَاءُ -صلى
الله عليه
وسلم-
أَبْيَضَ،
وَرَايَتُهُ
سَوْدَاءَ
“Bendera
(Liwa) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam berwarna putih, dan panjinya (Rayah) berwarna hitam.” (HR. Al-Hakim,
Al-Baghawi, At-Tirmidzi)
Dari
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ’anhu:
كَانَتْ
رَايَةُ
رَسُولِ
اللَّهِ -صلى
الله عليه
وسلم-
سَوْدَاءَ
وَلِوَاؤُهُ
أَبْيَضُ،
مَكْتُوبٌ
عَلَيْه ِ:
لَا إِلَهَ
إِلَّا
اللَّهُ
مُحَمَّدٌ
رَسُولُ اللَّهِ
“Panjinya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berwarna hitam, dan benderanya (Liwa) berwarna putih, tertulis di dalamnya: “Laa Ilaaha Illallaah Muhammad Rasulullah.”
(HR. Ath-Thabrani)
Dari
Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu:
أَنَّ
النبي -صلى
الله عليه
وسلم- كَانَ
لِوَاؤُهُ
يَوْمَ
دَخَلَ
مَكَّةَ
أَبْيَضَ
“Bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
liwa’-nya pada hari penaklukkan Kota Mekkah berwarna putih.” (HR. Ibn Majah,
Al-Hakim, Ibn Hibban)
Dari
Yunus bin Ubaid maula Muhammad bin Al-Qasim, ia berkata: Muhammad bin Al-Qasim
mengutusku kepada Al-Bara’ bin ‘Azib, aku bertanya tentang rayah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam seperti apa? Al-Bara’ bin ‘Azib menjawab:
كَانَتْ
سَوْدَاءَ
مُرَبَّعَةً
مِنْ نَمِرَةٍ
“(Ar-Rayah)
ia berwarna hitam, berbentuk persegi panjang terbuat dari kain wol.” (HR.
At-Tirmidzi, Al-Baghawi, An-Nasa’i)
Dari
Al-Hasan radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata:
كَانَتْ
رَايَةُ
النَّبِيِّ
-صلى الله
عليه وسلم-
سَوْدَاءَ
تُسَمَّى
الْعُقَابَ
“Rayah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
berwarna hitam disebut Al-‘Uqab.”
(HR. Ibnu Abi Syaibah)
Bahkan
tugas utama Rasulullah Saw diutus oleh Allah SWT ke dunia adalah
menyebarluaskan risalah kalimat tauhid tersebut ke seluruh alam semesta. Beliau
Saw pun mati-matian membela tauhid tersebut dan itupun menjadi bukti beliau Saw
adalah sosok pribadi bertauhid sejati sekaligus beliau Saw adalah contoh
teladan terbaik dalam membela risalah tauhid tersebut.
Rasulullah
Saw pun bersabda:
أُمِرْتُ
أَنْ
أُقَاتِلَ
النَّاسَ
حَتَّى يَشْهَدُوْا
أَنْ لاَ
إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ
مُحَمَّدًا رَسُوْلُ
اللهِ،
وَيُقِيْمُوا
الصَّلاَةَ،
وَيُؤْتُوا
الزَّكَاةَ،
فَإِذَا
فَعَلُوْا
ذَلِكَ
عَصَمُوْا
مِنِّيْ
دِمَاءَهُمْ
وَأَمْوَالَهُمْ
إِلاَّ
بِحَقِّ
اْلإِسْلاَمِ
وَحِسَابُهُمْ
عَلَى اللهِ
تَعَالَى
"Aku
diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada tuhan
yang haq kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat dan
membayar zakat. Jika mereka melakukan semua itu, berarti mereka telah
melindungi darah dan harta mereka dariku, kecuali dengan hak Islam. Adapun perhitungan
atas dosa mereka diserahkan kepada Allah SWT." (HR. Muttafaq ‘alaih)
Dan
kelak Rasulullah Saw pun akan mengumpulkan dan menyatukan umatnya yang
bertauhid sejati pada hari Kiamat dalam ikatan akidah tauhid Islam "Laa ilaaha illallah muhammadur rasulullah"
dan dalam naungan panji Rasul (bendera tauhid) tersebut bahkan para Nabi dan
Rasul terdahulu lainnya pun akan turut berhimpun dalam naungan bendera tauhid
Rasulullah Saw tersebut. Rasulullah Saw bersabda:
أَنَا
سَيِّدُ
وَلَدِ آَدَمَ
يَوْمَ
اْلقِيَامَةِ
وَلاَ
فَخْرَ، وَبِيَدِيْ
لِوَاءُ
اْلحَمْدِ
وَلاَ فَخْرَ،
وَ مَا مِنْ
نَبِيٍّ
يَوْمَئِذٍ
آَدَمُ فَمَنْ
سِوَاهُ
إِلاَّ
تَحْتَ
لِوَاءِيْ وَ
أَنَا
أَوَّلُ مَنْ
تَنْشَقُّ
عَنْهُ الأَرْضُ
وَلاَ فَخْرَ
“Aku
adalah pemimpin anak Adam pada hari Kiamat dan bukannya sombong, dan di
tanganku Panji Al-Hamd (bendera tauhid) dan bukannya sombong, dan tidak ada
seorang Nabi pun, tidak pula Adam juga yang lainnya ketika itu kecuali semua di
bawah benderaku, dan aku orang pertama yang keluar dari tanah/ kubur dan
bukannya sombong.” (HR. At Tirmidziy, Ibnu Majah dan Ahmad)
Karena
itulah, sebaik-baik kalimat adalah kalimat tauhid: "Laa ilaaha illallaah Muhammadurrasulullah (tiada tuhan selain Allah
dan Muhammad Rasulullah)." Dan sebaik-baiknya bendera adalah bendera
tauhid baik berwarna putih (al-Liwaa') maupun berwarna hitam (ar-Royah) yang di
dalamnya tertulis kalimat agung nan suci kalimat tauhid tersebut. Kalimat
tauhid ini adalah kalimat sakral yang agung nan suci penuh kemuliaan yang sangat
ditakuti oleh iblis, setan, dajjal, orang-orang kafir dan munafik serta
orang-orang yang hatinya berpenyakit.
Sebab,
kalimat tauhid yang terkandung dalam bendera tauhid ini adalah asas Islam dan
asas kehidupan, serta kunci hidup dan mati kita. Kalimat tauhid inilah kunci
kemuliaan dan kunci kebangkitan dan kunci kekuasaan dalam menggenggam dunia dan
seisinya, serta kunci kejayaan dan kunci keselamatan, serta kunci kebahagiaan
baik di dunia maupun di akhirat.
Kalimat
tauhid ini pula yang telah melahirkan peradaban agung Islam dalam wujud
sempurnanya yaitu Daulah Khilafah Islam yang telah berkuasa lebih dari 13 abad
lamanya dan menguasai 2/3 dunia serta berhasil mewujudkan 'Islam rahmatan lil 'alamin.' Sekaligus pula
kalimat tauhid inilah yang telah melahirkan generasi yang terbaik yang digelari
'khairu ummah' yang menebar rahmah
dan berkah bagi dunia dan alam semesta dalam bingkai Khilafah Islam dalam
naungan panji tauhid.
Kalimat
tauhid inilah yang telah memanusiakan manusia hingga mengenal dan memahami
hakikat jati dirinya sebagai makhluk ciptaan Allah sekaligus hamba Allah (Abdullah) dan Khalifatullah (wakil Allah) dalam mengelola dan mengurusi serta
memakmurkan bumi milik Allah ini hanya dengan hukum-hukum Allah semata hingga
ia menjadi insanul kamil (manusia yang sempurna yakni sempurna iman dan amal
shalih serta kepribadiannya dan ketaqwaannya kepada Allah). Kalimat tauhid
inilah yang telah mampu membebaskan dan memerdekakan umat manusia secara hakiki
dari segala bentuk perbudakan dan dari segala bentuk penjajahan.
Kalimat
tauhid inilah jalan hakiki kebangkitan yang menghantarkan hidup dan mati kita
kepada cahaya yang terang-benderang dan jalan lurus menuju keridhaan Allah SWT
dan surga-Nya yang seluas langit dan bumi. Kalimat Tauhid inilah yang terbukti
telah menjauhkan kita dari segala bentuk kegelapan yang gelap gulita.
Kalimat
tauhid inilah jalan keselamatan menuju negeri akhirat yang kekal nan abadi. Dan
kalimat tauhid inilah yang bisa menyelamatkan diri kita dari murka dan azab
Allah serta dari neraka Allah. Serta kalimat tauhid ini pun sejatinya kunci
surga.
Oleh
karena itulah, suatu saat Nabi Saw mendengar muadzin mengucapkan ’Asyhadu alla ilaha illallah.’ Lalu
beliau mengatakan pada muadzin tadi:
« خَرَجْتَ
مِنَ
النَّارِ »
”Engkau
terbebas dari neraka.” (HR. Muslim)
Nabi
Saw juga bersabda:
مَنْ
كَانَ آخِرُ
كَلَامِهِ
لَا إِلَهَ
إِلَّا اللهُ
دَخَلَ
الجَنَّةَ
”Barangsiapa
yang akhir perkataannya sebelum meninggal dunia adalah ‘laa ilaaha illallaah,’ maka dia akan masuk surga.” (HR. Abu Dawud)
Dari
’Ubadah bin Shomit radhiyallahu ’anhu,
Nabi Saw bersabda:
مَنْ
قَالَ
أَشْهَدُ
أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ
وَحْدَهُ لاَ
شَرِيكَ لَهُ
وَأَنَّ
مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ
وَرَسُولُهُ
وَأَنَّ
عِيسَى
عَبْدُ اللَّهِ
وَابْنُ
أَمَتِهِ
وَكَلِمَتُهُ
أَلْقَاهَا
إِلَى
مَرْيَمَ
وَرُوحٌ
مِنْهُ وَأَنَّ
الْجَنَّةَ
حَقٌّ
وَأَنَّ
النَّارَ
حَقٌّ
أَدْخَلَهُ
اللَّهُ مِنْ
أَىِّ أَبْوَابِ
الْجَنَّةِ
الثَّمَانِيَةِ
شَاءَ
”Barangsiapa
mengucapkan, ’saya bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah
dengan benar kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, Muhammad adalah
hamba-Nya dan utusan-Nya, dan (bersaksi) bahwa ’Isa adalah hamba Allah dan anak
dari hamba-Nya, dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam serta Ruh
dari-Nya, dan (bersaksi pula) bahwa surga adalah benar adanya dan neraka pun
benar adanya, maka Allah pasti akan memasukkannya ke dalam surga dari delapan
pintu surga yang mana saja yang dia kehendaki.” (HR. Muslim no. 149)
Sungguh
kalimat tauhid tersebut telah membawa dampak yang luar biasa kepada umat
manusia dan dunia beserta peradabannya sepanjang masa.
Kalimat
tauhid pun melahirkan kebangkitan dan keberanian untuk melakukan perubahan
secara revolusioner melawan kesyirikan dan kezhaliman, serta kebangkitan dan
keberanian untuk meruntuhkan serta menumbangkan kedigdayaan peradaban kufur
tirani yang angkara murka dalam tiap zamannya.
Dengan
modal kalimat tauhid, Nabiyullah Ibrahim As. berani menghancurkan
berhala-berhala sesembahan kaumnya, berhadapan dengan Raja Namrudz yang zalim,
bahkan merelakan dirinya dibakar hidup-hidup dalam kobaran raksasa api yang
sangat panas bergejolak dahsyat.
Dengan
dorongan kalimat tauhid Nabiyullah Daud AS yang saat itu masih kecil tak gentar
bertarung melawan sang raksasa Jalut dan pasukannya serta mampu mengalahkan
Jalut sang raksasa beserta pasukannya tersebut.
Dengan
dorongan kalimat tauhid pula Nabiyullah Musa As dan Nabiyullah Harun As berani
menghadapi kediktatoran Fir’aun sang penguasa Mesir yang mengklaim dirinya
sebagai Tuhan Semesta Alam bersama kejahatan tukang sihir dan pasukannya.
Demi
kalimat tauhid pun Rasulullah Saw harus rela bertahun-tahun lamanya di-bully, dipersekusi, dikriminalisasi,
diboikot dan diembargo serta terancam dibunuh oleh kaumnya sendiri yaitu di
Mekkah hingga beliau Saw pun dengan kekuatan kalimat tauhid mampu mewujudkan
kekuasaan Islam sekaligus mengubah masyarakat Arab jahiliyah menjadi masyarakat
Islam yang berperadaban agung nan tinggi dan menjadi pemimpin dunia, serta
menguasai 2/3 dunia dan menebar rahmah dan berkah bagi dunia dan alam semesta
selama lebih dari 13 abad lamanya dalam sepanjang sejarah peradaban umat
manusia sejak diutusnya baginda Rasulullah Saw untuk semesta alam.
Demi
kalimat tauhid pula para sahabat radhiyallahu
'anhum dan orang-orang shalih pun rela mengorbankan harta, waktu, pikiran,
perasaan dan jiwa mereka di jalan Allah SWT. Mush’ab bin Umair radhiyallahu 'anhu rela meninggalkan
kemewahan hidupnya dan kasih sayang kedua orangtuanya demi memilih berada di
barisan pendukung, pembela dan pejuang kalimat tauhid dalam menggapai ridha
Allah semata.
Bahkan,
dalam Perang Uhud, Mush'ab bin Umair adalah salah seorang pahlawan dan pembawa
bendera tauhid bertuliskan kalimat tauhid. Ketika situasi mulai gawat karena
kaum Muslimin melupakan perintah Nabi Saw, maka ia mengacungkan bendera
setinggi-tingginya dan bertakbir sekeras-kerasnya, lalu maju menyerang musuh
hingga beliau kehilangan kedua tangannya demi mempertahankan bendera tauhid
tersebut hingga beliau syahid dalam mempertahankan bendera tauhid tersebut di
perang Uhud.
Atas
dorongan tauhid juga tiga sahabat Rasulullah Saw sekaligus panglima Islam saat
perang Mu'tah yaitu Zaid bin Haritsah, Ja'far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin
Rawwahah radhiyallahu 'anhum sangat
heroik gugur syahid dalam mempertahankan bendera tauhid tersebut.
Karena
kalimat tauhid pun Bilal bin Rabbah ra. pun sanggup menahan siksaan orang kafir
dan beliau pun dalam rasa sakit atas siksaan tersebut tetap lantang dan
konsisten mengucapkan kalimat tauhid tersebut. Demikian pula keluarga Yasir,
demi mempertahankan kalimat tauhid, Summayah istri Yasir rela menerima siksaan
yang mengantarkannya kepada syahid pertama dalam Islam.
Dan
atas dorongan kekuatan kalimat tauhid yang menjadi 'beyond inspiration' pula Sultan Muhammad al-Fatih dan pasukan
terbaiknya tidak kenal lelah dan penuh kesungguhan mewujudkan bisyarah Rasulullah Saw yaitu
penaklukkan Konstatinopel pusat kekuasaan Bizantium Romawi Timur, hingga
akhirnya Konstatinopel pun bisa ditaklukkan oleh Sultan Muhammad al-Fatih
beserta pasukan terbaiknya setelah 800 tahun lamanya kaum Muslim berupaya
menaklukkan Konstatinopel dalam mewujudkan bisyarah
Rasulullah Saw atas dorongan kalimat tauhid itu juga.
Karena
itulah, Islam datang untuk membongkar kebatilan akidah umat manusia sepanjang
masa. Apakah kaum Ahlul Kitab yang meyakini Isa al-Masih sebagai bagian dari
tuhan, atau kaum Yahudi yang mempercayai Uzair sebagai anak tuhan, atau kaum
paganis yang mempersekutukan Allah SWT dengan berbagai mahluk-Nya. Islam
mengajak mereka untuk beribadah dan taat hanya kepada Allah SWT.
قُلْ
يَا أَهْلَ
الْكِتَابِ
تَعَالَوْا
إِلَى
كَلِمَةٍ
سَوَاءٍ
بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ
أَلَّا
نَعْبُدَ
إِلَّا اللَّهَ
وَلَا
نُشْرِكَ
بِهِ شَيْئًا
وَلَا يَتَّخِذَ
بَعْضُنَا
بَعْضًا
أَرْبَابًا
مِنْ دُونِ
اللَّهِ
فَإِنْ
تَوَلَّوْا
فَقُولُوا
اشْهَدُوا
بِأَنَّا
مُسْلِمُونَ
“Katakanlah,
"Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) pada suatu kalimat (ketetapan) yang
tidak ada perselisihan antara kami dan kalian, yakni bahwa kita tidak menyembah
kecuali Allah, tidak mempersekutukan Dia dengan apapun, dan sebagian kita tidak
pula menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah." Jika
mereka berpaling, katakanlah kepada mereka, "Saksikanlah bahwa kami adalah
orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." (QS Ali Imran [3]: 64)
Berkat
kalimat tauhid, umat manusia dibebaskan oleh Islam dari penyembahan kepada
sesama mahluk. Mereka hanya tunduk dan taat pada Allah SWT. Tidak ada yang
dimintai bantuan dan pertolongan melainkan Allah ‘Azza wa Jalla. Tak ada yang diharapkan ridhanya selain ridha Allah
SWT. Tak ada yang ditakuti selain kemurkaan-Nya.
Pemahaman
tauhid yang benar akan membuat orang yang lemah menjadi bangkit dan kuat,
bangsa jahiliyah menjadi penguasa dunia dan bangsa yang lemah menjadi adidaya super power. Manusia yang berbeda suku bangsa, warna kulit dan
bahasa justru bisa disatukan secara hakiki dengan ikatan tauhid. Allah
SWT berfirman:
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ
إِخْوَةٌ
فَأَصْلِحُوا
بَيْنَ
أَخَوَيْكُمْ
وَاتَّقُوا اللَّهَ
لَعَلَّكُمْ
تُرْحَمُونَ
"Orang-orang
beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah antara kedua saudara
kalian itu dan takutlah kepada Allah agar kalian mendapat rahmat." (QS.
Al-Hujurat [49]: 10)
Tauhid
sejatinya melahirkan ketaatan mutlak hanya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Ketaatan hanya kepada Allah SWT tentu menafikan pihak lain untuk ditaati.
Tauhid pun meniscayakan bahwa pembuat hukum yang wajib ditaati hanyalah Allah
SWT. Dialah sebaik-baik pembuat aturan bagi manusia. Ketika seorang manusia
tidak mau berhukum pada hukum Allah dan Rasul-Nya, tentu tauhidnya ternoda.
Allah SWT berfirman:
فَلَا
وَرَبِّكَ
لَا
يُؤْمِنُونَ
حَتَّى يُحَكِّمُوكَ
فِيمَا
شَجَرَ
بَيْنَهُمْ
ثُمَّ لَا
يَجِدُوا فِي
أَنْفُسِهِمْ
حَرَجًا
مِمَّا
قَضَيْتَ
وَيُسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا
"Demi
Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu
hakim atas perkara yang mereka perselisihkan, kemudian tidak ada keberatan di
dalam hati mereka atas putusan yang kamu berikan dan mereka menerima keputusan
itu dengan sepenuhnya." (QS. An-Nisa’ [4]: 65)
Karena
itulah, atas tuntutan dan dorongan kalimat tauhid atau keimanan dan ketaatan
kepada Allah SWT maka sudah selayaknyalah seorang Muslim yang beriman dan
bertakwa wajib membela tauhid dan bendera tauhid serta seluruh ajaran Islam
khususnya perihal Syariah dan Khilafah, sebab membela tauhid dan bendera tauhid
serta seluruh ajaran Islam khususnya perihal Syariah dan Khilafah tersebut
adalah bukti jika kita memang pribadi-pribadi Muslim yang bertauhid sejati
seperti halnya yang telah dicontohkan oleh para Nabi dan Rasul yang terdahulu
serta juga dicontohkan oleh Rasulullah Saw dan para Sahabat Radhiyallahu 'anhum serta para Khalifah
setelahnya dan Salafush Shalih.
Dan
puncak keimanan serta puncak ketaqwaan ataupun puncak bertauhid itu adalah
ikhlas semata-semata karena Allah dengan penuh kesungguhan segenap daya upaya
turut mendukung, membela dan berjuang serta berjihad fisabilillah melakukan
pembelaan terhadap kalimat tauhid dan bendera tauhid tersebut beserta seluruh
ajaran Islam lainnya yang terkandung di dalamnya khususnya perihal Syariah dan
Khilafah dari segala bentuk propaganda jahat, persekusi, stigmatisasi,
monsterisasi, radikalisasi dan kriminalisasi serta terorisasi yang dilancarkan
oleh orang-orang yang tidak bertauhid yaitu orang-orang kafir dan munafik baik
dari kalangan negara-negara kafir penjajah kapitalis asing dan aseng maupun
para agen-agen penjajah yaitu penguasa boneka (ruwaibidhah) dan kaum liberal serta media mainstream corong penjajah. Allah SWT berfirman:
وَ
سَارِعُوا
إِلَي
مَغفِرَةٍ
مِن رَبِّكُم
وَ جَنَّةٍ
عَرضُهَا
السَّمَاوَاتِ
وَ الأَرضُ،
أُعِدَّت
لِلمُتَّقِينَ.
"Bersegeralah
kalian menuju keampunan Tuhanmu dan surga-Nya yang seluas langit dan bumi yang
diperuntukkan hanya untuk orang-orang yang bertakwa." (QS. Ali Imran: 133)
Oleh
karena itu, wahai umat Islam di manapun kalian berada! Buktikanlah bahwa kalian
adalah pribadi-pribadi bertauhid sejati dengan turut serta mendukung dan
membela tauhid serta menjadi pejuang tauhid, khususnya ikhlaskan diri kalian
untuk sungguh-sungguh hadir dalam "Aksi Bela Tauhid” di Reuni 212 nanti.
Dan
kibarkanlah sebanyak-banyaknya dan setinggi-tingginya dengan gagah perkasanya
dan semaraknya penuh struggle-nya
jutaan panji Rasul atau bendera tauhid yang bertuliskan kalimat tauhid: "Laa ilaaha illallaah Muhammadurrasulullah"
di Aksi Bela Tauhid dalam Reuni 212 nanti dan di seluruh penjuru Nusantara dan
di seluruh penjuru dunia demi kemuliaan Islam dan kaum Muslimin, serta demi
tegaknya kembali kalimat Allah yang agung tersebut di muka bumi ini di akhir
zaman ini sehingga rahmah dan berkah Allah dari langit dan bumi kian terbuka
luas bagi negeri zamrud khatulistiwa ini dan bagi dunia ini serta bagi seluruh
alam semesta.
Wallahu a'lam bish shawab. []
#BenderaTauhidMilikUmat
#BenderaTauhidSatukanUmat
#BelaBenderaTauhid
#BersatuBelaTauhid
#BersatuBelaSeluruhAjaranIslam
#BelaTauhid212
#212BersatuDibawahTauhid
#AksiBelaTauhid212