Oleh: Zakariya al-Bantany
Para penjajah kafir Barat dan Timur dengan propaganda jahatnya baik
secara langsung maupun melalui proxy (bonekanya) baik para penguasa
boneka dan para komprador serta media mainstream yang menjadi corong
imperialismenya terus-menerus tiada hentinya meniupkan kesesatan demi kesesatan
di tengah kaum Muslim, dengan menciptakan sebuah stigma negatif dan
menyesatkan, yaitu Khilafah itu adalah ISIS, yang telah menebar teror bagi
dunia..?!
Keabsahan Kekhalifahan yang dideklarasikan oleh ISIS dengan
Khalifah palsunya yang bernama Abu Bakar Al-Baghdadi di Raqqa Suriah
sesungguhnya secara syar'i telah tertolak karena tidak memenuhi empat syarat
syar'i sekaligus, yaitu:
Pertama: Khilafah semestinya menguasai satu wilayah otonom, bukan berada
di bawah sebuah negara. Artinya Khilafah bukanlah negara dalam negara. Khilafah
secara de facto dan de jure adalah sebuah negara yang independen
dan sebuah negara yang berdaulat penuh atas wilayah hukum dan politiknya serta
geografis dan keamanannya.
Kedua: Semestinya Khilafah mengontrol penuh keamanan dan rasa aman di
wilayah itu.
Ketiga: Khilafah semestinya mampu menerapkan Syariah Islam secara adil
dan menyeluruh (kaffah) dalam segala aspek kehidupan.
Keempat: Pengangkatan Khalifah semestinya memenuhi seluruh syarat-syarat
syar'i pengangkatan (syurutul in’iqad), yaitu Muslim, laki-laki, baligh,
berakal, merdeka, adil dan mampu, serta ia dibaiat dengan prinsip ridha wal
ikhtiyar (kerelaan dan pilihan) oleh umat Islam di wilayah itu setelah
opini umum (ra'yul 'aam) tentang Khilafah berkembang dan menjadi
kesadaran umum (wa'yul 'aam) di tengah masyarakat. Kenyataannya,
semuanya tidak terpenuhi.
Lagi pula, metode perjuangan yang digunakan ISIS tidaklah sesuai
dengan metode (thariqah/ manhaj) Rasulullah ﷺ dalam mendirikan
Daulah Islam pertama di Madinah. Dalam metode perjuangan dakwah Rasul tersebut,
Rasulullah ﷺ tidak pernah sedikitpun menempuh jalan kekerasan, apalagi
menghancurkan tempat ibadah, melakukan pembunuhan tanpa haq, menebar teror dan
sebagainya.
Jadi, pasca deklarasi, ISIS sesungguhnya tetaplah sebagai milisi
bersenjata, bukan Khilafah. Haruslah diingat, bahwa Khilafah adalah negara yang
punya bobot bukan sekedar namanya saja, proklamasinya akan menjadi peristiwa
yang hebat dan mengguncang dunia, sebagaimana peristiwa hebat dan telah
berguncangnya dunia saat berdirinya Daulah Islam yang pertama oleh Rasulullah ﷺ di Madinah
tersebut. Bukan seperti sekarang, Khilafah palsu ala ISIS tersebut yang justru
hanya menjadi bahan olok-olokan dan cemoohan di mana-mana.
Setelah meledaknya soal ISIS, terlihat ada upaya monsterisasi
istilah “Khilafah” dengan mengaitkannya dengan ISIS. Yakni dimanfaatkannya
pemberitaan soal ISIS ini untuk menciptakan stigmatisasi negatif, terorisasi,
radikalisasi, monsterisasi dan kriminalisasi terhadap simbol-simbol Islam dan
istilah-istilah Islam serta ajaran Islam seperti panji Rasul (bendera tauhid
Islam), dakwah, jihad, Syariah dan Khilafah. Tanda-tanda ke arah sana sudah ada
dan kian benderang bahkan korbannya pun sudah banyak berjatuhan.
Mengapa monsterisasi istilah “Khilafah” bisa terjadi di negeri yang
mayoritas penduduknya Muslim ini..?!
Karena, Indonesia adalah mayoritas Muslim. Bahkan disebut-sebut
sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia dan wilayahnya
yang sangat luas dan sangat strategis dari aspek konstelasi geopolitik
strategisnya, serta begitu sangat kayanya sumberdaya alam yang dimiliki oleh
Indonesia tersebut.
Justru karena itulah, banyak
pihak yang tidak menghendaki umat Islam di negeri ini bangkit. Sebab, bila itu
terjadi tentu akan sangat berpengaruh terhadap konstelasi geopolitik dunia,
khususnya di dunia Islam dan tentunya pula sangat membahayakan bagi kepentingan
negara-negara penjajah Barat dan Timur ataupun gurita hegemoni penjajahan
kapitalisme global, baik blok Barat (asing) yaitu AS dan Eropa serta zionis
yahudi Israel maupun blok Timur (aseng) yaitu RRC.
Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah hal itu terjadi. Di
antaranya dengan memunculkan kesan buruk dan menakutkan terhadap sejumlah
ajaran Islam khususnya ajaran kunci dalam Islam yaitu Syariah dan Khilafah.
Di situlah terjadi monsterisasi atau kriminalisasi istilah
Khilafah. Harapannya, bila orang-orang takut dan punya kesan buruk, maka dengan
mudah didorong untuk menjauhi dan menolak ajaran Islam yang sesungguhnya sangat
mulia itu, dan yang sesungguhnya menjadi solusi atas segala problematika umat
manusia saat ini.
Oleh karena itu, kita harus waspada jangan sampai isu ISIS
dijadikan alat untuk menjauhkan Islam dari umat Islam dan propaganda jahat para
penjajah kafir dan para bonekanya untuk memecah-belah umat Islam dan membendung
kebangkitan Islam sekaligus mengaborsi kelahiran bayi Khilafah Islam yang
hakiki.
Juga jangan sampai penolakan terhadap ISIS, berkembang menjadi
penolakan terhadap ide Syariah dan Khilafah. Karena itu, harus dibedakan antara
tindak kekerasan yang membabi-buta ISIS dengan ide Khilafah sebagai gagasan
yang berasal dari Islam.
Khilafah sebagai gagasan dari Islam yang notabene adalah ajaran dan
warisan Rasulullah ﷺ jelas sangat berbeda dengan ISIS yang nyata-nyata telah menyalahi thariqah
atau manhaj (metode) Rasulullah ﷺ dan para Sahabat Radhiyallahu 'anhum
tersebut.
Apatah lagi ISIS terindikasi sangat kuat adalah ciptaan AS melalui
operasi intelijen CIA dan militer AS yang bertujuan mendistorsi dan
monsterisasi ajaran Islam tentang dakwah, jihad, Syariah dan Khilafah serta
simbol-simbol Islam sekaligus politik adu-domba dan jebakan maut terhadap umat
Islam, yang tujuan utamanya adalah melemahkan Islam dan umat Islam serta
membendung kebangkitan Islam dan mengaborsi kelahiran bayi raksasa Khilafah
yang hakiki serta melanggengkan hegemoni penjajahan kapitalisme global AS di
Timur Tengah dan di dunia Islam.
ISIS pun dijadikan legitimasi oleh AS dan sekutu jahatnya untuk
membajak Revolusi Arab khususnya Revolusi Syam serta legitimasi untuk
mengkriminalisasi dan menghabisi ajaran Islam yang utama, yaitu Syariah dan
Khilafah dan para pejuangnya.
Indikasi sangat kuat ISIS adalah buatan AS diakui sendiri oleh
Presiden Amerika Serikat Barack Obama (sekarang mantan Presiden AS) -sebelum
Presiden terbaru AS Donald Trump yang terpilih saat ini- yang terpeleset lidah
dalam sebuah konferensi pers membicarakan ISIS. Dalam pernyataannya, Obama
mengatakan bahwa AS melatih tentara ISIS.
Diberitakan RT, Rabu (8/7/2015), pernyataan Obama itu disampaikan
setelah mendapatkan penjelasan dari para pejabat keamanan soal upaya AS dalam
mengalahkan ISIS, salah satunya adalah memberikan pelatihan bagi kelompok
pemberontak moderat di Suriah.
Namun dalam konferensi pers Senin (6/7/2015), Obama mengatakan
bahwa “kami meningkatkan pelatihan pasukan ISIL, termasuk relawan dari suku
Sunni di Provinsi Anbar.” ISIL adalah sebutan lain ISIS yang biasa digunakan
pemerintah AS.
Obama seperti tidak sadar telah mengucapkan kalimat yang salah dan
melanjutkan perkataannya. Namun pihak Gedung Putih sepertinya menyadari
kesalahan kalimat itu dan melakukan perbaikan dalam transkrip resmi di situs
pemerintah.
Dalam transkrip tersebut, kalimat Obama ditambahi kata dalam kurung
“Iraqi” atau warga Irak. Namun inisiatif Gedung Putih ini juga terasa aneh dan
tidak memperbaiki keadaan. Kalimat “Pelatihan pasukan ISIL (warga Irak)”
bermakna seolah AS melatih pasukan ISIL yang berada di Irak.
Kesalahan Obama dan perbaikannya dalam transkrip yang janggal
memicu kehebohan di media sosial. Beberapa mengatakan bahwa ini adalah Freudian
slip, yaitu tidak sengaja mengatakan hal-hal yang terpendam di alam bawah
sadar yang biasanya merupakan kejujuran. Artinya, Obama mengakui bahwa mereka
telah melatih ISIS. (cnnindonesia.com, 9/7/2015) [hizbut-tahrir.or.id ›
2015/07/11]
Mantan menteri luar negeri dan ibu negara AS Hillary Clinton pun
secara terang-terangan mengakui bahwa Islamic State of Iraq and Syria
(ISIS) merupakan gerakan buatan AS guna memecah-belah dan membuat Timur Tengah
senantiasa bergolak.
Pengakuan tersebut termuat dalam buku terbaru Hillary Clinton “Hard
Choice” dan menjadi pemberitaan luas media-media massa internasional
akhir-akhir ini.
Mantan Menlu di kabinet pertama Presiden Barack Obama itu mengaku,
pemerintah AS dan negara-negara Barat sengaja membentuk organisasi ISIS demi
memecah-belah Timur Tengah (Timteng). Hillary mengatakan gerakan ISIS sepakat
dibentuk dan diumumkan pada 5 Juni 2013. [http://liputanislam.com/berita/hillary-clinton-terang-terangan-akui-isis-buatan-amerika/]
Bahkan Presiden Amerika Serikat (AS) yang sekarang dari Partai
Republik, Donald Trump pun mengakui ISIS adalah buatan AS:
"Mereka telah membuat ISIS. Hillary Clinton membuat ISIS
bersama dengan Obama," kata Trump saat berbicara di Biloxi, Mississippi,
seperti dikutip dari laman The Guardian, Minggu (3/1/2016). [https://international.sindonews.com/read/1074087/42/trump-isis-buatan-hillary-clinton-dan-barack-obama-1451815062]
Jadi kesimpulannya, Khilafah bukan ISIS dan ISIS bukanlah Khilafah.
Khilafah yang hakiki yang memenuhi syarat-syarat syar'i yang sesungguhnya
adalah Khilafah 'ala Minhajin Nubuwwah atau Khilafah Rasyidah Islamiyah -Khilafah
yang berada di jalan lurus yaitu jalan yang mengikuti manhaj atau metode
Kenabian- yang sebentar lagi tegak di akhir zaman ini melalui metode dakwah
Rasulullah ﷺ yang sedang diperjuangkan oleh para pejuang Khilafah yang mukhlis
dan konsisten mengikuti metode perjuangan dakwah Rasulullah ﷺ tersebut, serta
mereka pun berjuang bersama seluruh elemen umat Islam di seluruh penjuru dunia,
termasuk di negeri ini untuk mewujudkan tegaknya kembali Khilafah Rasyidah 'ala
Minhajin Nubuwwah wa'dullah (janji Allah) wa (dan) busyrah
Rasulillah (kabar gembira Rasulullah ﷺ), bi idznillah.
Wallahu a'lam bish shawab. []
#2019GantiRezimGantiSistem
#2019TumbangkanDemokrasi
#2019TegakkanKhilafah
#ReturnTheKhilafah
#KhilafahTheRealSolution