Oleh:
Zakariya al-Bantany
Intisari
semua risalah yang dibawa dan diemban oleh para Nabi dan para Rasul adalah
ajaran tauhid. Tauhidullah yakni mengesakan Allah SWT semata. Tidak
mengakui keberadaan tuhan selain Allah SWT. Allah SWT berfirman:
وَمَا
أَرْسَلْنَا مِنْ
قَبْلِكَ مِنْ
رَسُولٍ إِلَّا
نُوحِي إِلَيْهِ
أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ
إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
"Kami
tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami mewahyukan kepada
dia bahwa tidak ada Tuhan (yang haq) melainkan Aku. Karena itu sembahlah Aku
oleh kalian." (QS. Al-Anbiya’ [21]: 25)
Allah
SWT juga berfirman:
وَلَقَدْ
بَعَثْنَا فِي
كُلِّ أُمَّةٍ
رَسُولًا أَنِ
اعْبُدُوا اللَّهَ
وَاجْتَنِبُوا
الطَّاغُوتَ
"Sungguh
Kami telah mengutus rasul kepada tiap-tiap umat (untuk menyerukan),
"Sembahlah oleh kalian Allah saja dan jauhilah thâghût-thâghût itu."
(QS. An-Nahl [16]: 36)
Islam
adalah agama yang dibangun di atas tauhid. Kalimat dakwah pertama yang
disampaikan kepada umat manusia oleh Nabi ﷺ adalah ajakan mengesakan Allah SWT dan
mengakui dirinya sebagai utusan Allah SWT. Ajaran itu pula yang dibawa oleh
baginda Nabi Muhammad Rasulullah ﷺ untuk disampaikan ke seluruh penjuru alam.
أُمِرْتُ
أَنْ أُقَاتِلَ
النَّاسَ حَتَّى
يَشْهَدُوْا أَنْ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللهُ وَأَنَّ
مُحَمَّدًا رَسُوْلُ
اللهِ، وَيُقِيْمُوا
الصَّلاَةَ، وَيُؤْتُوا
الزَّكَاةَ، فَإِذَا
فَعَلُوْا ذَلِكَ
عَصَمُوْا
مِنِّيْ دِمَاءَهُمْ
وَأَمْوَالَهُمْ
إِلاَّ بِحَقِّ
اْلإِسْلاَمِ
وَحِسَابُهُمْ
عَلَى اللهِ تَعَالَى
"Aku
diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada tuhan
yang haq kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat dan
membayar zakat. Jika mereka melakukan semua itu, berarti mereka telah
melindungi darah dan harta mereka dariku, kecuali dengan hak Islam. Adapun
perhitungan atas dosa mereka diserahkan kepada Allah SWT." (HR. Muttafaq
‘alaih)
Mentauhidkan
Allah bukan semata mengakui Dia sebagai Maha Pencipta. Tidak cukup. Tapi harus
pula mengesakan Allah SWT dalam ketuhanan-Nya. Sebab, dulu kaum musyrik pun
mengakui keberadaan Allah. Mengakui Allah sebagai Pencipta, namun mereka juga
menyembah berhala dan makhluk lain.
Allah
SWT berfirman:
وَلَئِنْ
سَأَلْتَهُمْ
مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ
اللَّهُ قُلْ أَفَرَأَيْتُمْ
مَا تَدْعُونَ
مِنْ دُونِ اللَّهِ
إِنْ أَرَادَنِيَ
اللَّهُ بِضُرٍّ
هَلْ هُنَّ
كَاشِفَاتُ
ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي
بِرَحْمَةٍ هَلْ
هُنَّ مُمْسِكَاتُ
رَحْمَتِهِ قُلْ
حَسْبِيَ اللَّهُ
عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ
الْمُتَوَكِّلُونَ
"Sungguh
jika kamu bertanya kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan
bumi?" Niscaya mereka menjawab, "Allah." Katakanlah,
"Karena itu terangkanlah kepadaku tentang apa yang kalian seru selain
Allah jika Allah hendak mendatangkan kemadaratan kepadaku, apakah
berhala-berhala kalian itu dapat menghilangkan kemadaratan itu, atau jika Allah
hendak memberikan rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?”
Katakanlah, "Cukuplah Allah bagiku." Kepada Dialah bertawakal
orang-orang yang berserah diri." (QS. Az-Zumar [39]: 38)
Sungguh
ajaran tauhid membawa dampak yang luar biasa kepada manusia sepanjang masa.
Ajaran tauhid melahirkan kebangkitan
dan keberanian untuk melakukan perubahan melawan kesyirikan dan kezaliman
serta kebangkitan dan keberanian untuk meruntuhkan kedigdayaan peradaban kufur
tirani yang angkara murka.
Dengan
modal kalimat tauhid, Nabiyullah Ibrahim As berani menghancurkan
berhala-berhala sesembahan kaumnya, berhadapan dengan Raja Namrudz yang zhalim,
bahkan merelakan dirinya dibakar hidup-hidup dalam kobaran raksasa api yang
sangat panas.
Dengan
dorongan kalimat tauhid Nabi Musa As dan Nabi Harun As berani menghadapi
kediktatoran Fir’aun bersama kejahatan tukang sihir dan pasukannya.
Demi
kalimat tauhid para sahabat radhiyallahu 'anhum dan orang-orang shalih
pun rela mengorbankan harta dan jiwa mereka di jalan Allah SWT. Mush’ab bin
Umair ra rela meninggalkan kemewahan hidupnya dan kasih sayang kedua
orangtuanya demi memilih berada di barisan pendukung kalimat tauhid.
Karena
kalimat tauhid Bilal bin Rabbah ra pun sanggup menahan siksaan orang kafir.
Demikian pula keluarga Yasir, demi mempertahankan kalimat tauhid, Summayah
istri Yasir rela menerima siksaan yang mengantarkannya kepada syahid pertama
dalam Islam.
Karena
itulah, Islam
datang untuk membongkar kebatilan akidah umat manusia sepanjang masa. Apakah
kaum Ahlul Kitab yang meyakini Isa al-Masih sebagai bagian dari tuhan, atau
kaum Yahudi yang mempercayai Uzair sebagai anak tuhan, atau kaum paganis yang
mempersekutukan Allah SWT dengan berbagai mahluk-Nya. Islam mengajak mereka
untuk beribadah dan taat hanya kepada Allah SWT.
قُلْ
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ
تَعَالَوْا إِلَى
كَلِمَةٍ سَوَاءٍ
بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ
أَلَّا نَعْبُدَ
إِلَّا اللَّهَ
وَلَا نُشْرِكَ
بِهِ شَيْئًا وَلَا
يَتَّخِذَ بَعْضُنَا
بَعْضًا أَرْبَابًا
مِنْ دُونِ
اللَّهِ فَإِنْ
تَوَلَّوْا فَقُولُوا
اشْهَدُوا بِأَنَّا
مُسْلِمُونَ
Katakanlah,
"Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) pada suatu kalimat (ketetapan) yang
tidak ada perselisihan antara kami dan kalian, yakni bahwa kita tidak menyembah
kecuali Allah, tidak mempersekutukan Dia dengan apapun dan sebagian kita tidak
pula menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah." Jika
mereka berpaling, katakanlah kepada mereka, "Saksikanlah bahwa kami adalah
orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." (QS Ali Imran [3]: 64)
Berkat
kalimat tauhid, umat manusia dibebaskan oleh Islam dari penyembahan kepada
sesama mahluk. Mereka hanya tunduk dan taat pada Allah SWT. Tidak ada yang
dimintai bantuan dan pertolongan melainkan Allah ‘Azza wa Jalla. Tak ada
yang diharapkan ridhanya selain ridha Allah SWT. Tak ada yang ditakuti selain
kemurkaan-Nya.
Pemahaman
tauhid yang benar akan membuat orang yang lemah menjadi bangkit dan kuat,
bangsa jahiliyah menjadi penguasa dunia dan bangsa yang lemah menjadi adidaya superpower.
Manusia yang berbeda suku bangsa, warna kulit dan bahasa justru bisa disatukan secara hakiki dengan
ikatan tauhid. Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ
إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا
بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ
وَاتَّقُوا اللَّهَ
لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
"Orang-orang
beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah antara kedua saudara
kalian itu dan takutlah kepada Allah agar kalian mendapat rahmat." (QS.
Al-Hujurat [49]: 10)
Tauhid
sejatinya melahirkan ketaatan mutlak hanya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Ketaatan hanya kepada Allah SWT tentu menafikan pihak lain untuk ditaati.
Tauhid pun meniscayakan bahwa pembuat hukum yang wajib ditaati hanyalah Allah SWT. Dialah
sebaik-baik pembuat aturan bagi manusia. Ketika seorang manusia tidak mau
berhukum pada hukum Allah dan Rasul-Nya, tentu tauhidnya ternoda. Allah SWT
berfirman:
فَلَا
وَرَبِّكَ لَا
يُؤْمِنُونَ حَتَّى
يُحَكِّمُوكَ
فِيمَا شَجَرَ
بَيْنَهُمْ ثُمَّ
لَا يَجِدُوا فِي
أَنْفُسِهِمْ
حَرَجًا مِمَّا
قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا
"Demi
Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu
hakim atas perkara yang mereka perselisihkan, kemudian tidak ada keberatan di
dalam hati mereka atas putusan yang kamu berikan dan mereka menerima keputusan
itu dengan sepenuhnya." (QS. An-Nisa’ [4]: 65)
Selain
itu Allah SWT juga mengecam orang yang mengada-adakan hukum dengan menyatakan
halal-haram untuk membatalkan hukum Allah.
وَلَا
تَقُولُوا لِمَا
تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ
الْكَذِبَ هَذَا
حَلَالٌ وَهَذَا
حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا
عَلَى اللَّهِ
الْكَذِبَ إِنَّ
الَّذِينَ يَفْتَرُونَ
عَلَى اللَّهِ
الْكَذِبَ لَا
يُفْلِحُونَ
"Janganlah
kalian mengatakan apa yang disebut-sebut oleh lidah kalian secara dusta, "Ini
halal dan ini haram," untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah.
Sungguh orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah
beruntung." (QS. An-Nahl [16]: 116)
Imam
Ibnu Abi al-Izz al-Hanafi dalam Syarh ‘Aqidah Thahawiyah (2/267)
mengatakan, “Sungguh jika seseorang meyakini bahwa hukum yang Allah turunkan
tidak wajib, bahwa boleh dipilih (untuk tidak dilaksanakan), atau ia
merendahkannya, padahal ia meyakini itu adalah hukum Allah, maka ini adalah
kekufuran yang besar.”
Ketaatan
pada hukum Allah SWT adalah refleksi tauhid
seorang Muslim. Ia tidak akan menjadikan Syariah Islam sebagai perkara yang
boleh dipilih sesuka hati. Ia memahami bahwa memilih hanya Syariah Islam adalah
kewajiban. Ia pun akan menjauhkan
diri dari sikap sombong dan meremehkan hukum-hukum Allah. Tak mungkin ia
membanggakan sistem demokrasi dan kapitalisme yang notabene lahir dari hawa
nafsu manusia. Jika ia mengklaim bertauhid, maka tak ada hukum atau aturan yang
wajib ia laksanakan selain aturan-aturan Allah SWT atau Syariah Islam. [Buletin
Kaffah No. 057 (11 Muharram 1440 H - 21 September 2018 M)]
Oleh
sebab itu, ajaran tauhid Islam khususnya kalimat tauhid atau kalimat tahlil
tidak boleh dikriminalisasi dan tidak boleh pula distigmatisasi negatif serta
tidak boleh pula dimonsterisasi sebagai simbol radikalisme, simbol terorisme,
simbol anti kemanusiaan dan keadilan, simbol anti persatuan, simbol anti
Kebhinekaan dan simbol intoleransi.
Ajaran
tauhid Islam khususnya kalimat tauhid atau kalimat tahlil tersebut pun tidak
boleh difitnah dan tidak boleh dikriminalisasi, serta tidak boleh
dimonsterisasi dengan tuduhan sebagai simbol organisasi terlarang, simbol
organisasi radikal dan simbol organisasi teroris.
Ajaran
tauhid Islam khususnya kalimat tauhid atau kalimat tahlil tersebut pun tidak
cukup ditulis, dibaca dan diucapkan dengan lisan dan diimani dalam hati saja,
namun juga wajib dibumikan dalam segala aspek kehidupan khususnya dalam
kehidupan bernegara dengan meniadakan atau mencampakkan seluruh hukum jahiliyah buatan manusia
seperti demokrasi-kapitalisme-sekulerisme, sosialisme-komunisme, teokrasi,
monarki, dan lain-lain. Dan kemudian bersegera menerapkan hukum Allah SWT
(yakni Syariah Islam) semata secara kaffah dalam segala aspek kehidupan dalam
bingkai Khilafah.
Sebab
tanpa Khilafah, Syariah Islam tidak bisa diterapkan secara totalitas dalam
segala aspek kehidupan khususnya terutama dalam hal mu'amalah seperti perkara
politik, ekonomi, sosial-budaya, pendidikan, kesehatan, hukum-persanksian,
peradilan, pertahanan dan keamanan.
Karena
itu, sejatinya Khilafah
adalah taajul furudh (mahkota kewajiban) sang penerap Syariah dan
pemersatu umat. Dan Khilafah adalah tuntutan dari akidah tauhid Islam
itu sendiri sekaligus tuntutan dari kalimat tauhid atau kalimat tahlil
tersebut.
Dengan
tegaknya Khilafah, maka seluruh hukum-hukum Allah atau Syariah Islam tersebut
akan bisa diterapkan kembali secara kaffah atau secara totalitas dalam segala
aspek kehidupan sehingga akan terwujud kembali berlanjutnya kehidupan Islam dan
risalah Islam akan bisa disebarluaskan kembali ke segala penjuru alam dengan
dakwah dan jihad sehingga benar-benar Islam rahmatan lil 'alamin dan khairu
ummah (umat yang terbaik) akan terwujud kembali dalam menebar rahmah dan
berkah bagi dunia dan alam semesta.
Oleh
sebab itulah, sesungguhnya puncak tauhid dan puncak kalimat tauhid atau kalimat
tahlil tersebut adalah tegaknya Khilafah Rasyidah Islamiyah Wa'dullah
(janji Allah) wa Fardhun minallah (kewajiban dari Allah) wa Busyrah
Rasulillah (kabar gembira Rasulullah ﷺ) sebagai bukti keimanan dan ketaqwaan
kita kepada Allah SWT.
Wallahu
a'lam bish shawab. []
#JanganPilihPembohong
#HaramPilihPemimpinDzhalimDanIngkarJanji
#HaramPilihPemimpinAntekAsingAseng
#2019GantiRezimGantiSistem
#2019TumbangkanDemokrasi
#2019TegakkanKhilafah
#KhilafahAjaranIslam
#UlamaBelaHTI
#ReturnTheKhilafah
#KhilafahAdalahSolusi