Oleh: Zakariya al-Bantany
Betul sekali Islam itu lengkap, bukan
hanya Khilafah saja. Namun Islam itu tidak akan lengkap tanpa Khilafah. Sebab
Khilafah itu pelengkap atau penyempurna Islam itu sendiri. Karena itulah wujud
dari Islam Kaffah itu sendiri yang direpresentasikan dengan institusi politik
Islam yang bernama Khilafah.
Sebab Khilafah adalah ajaran Islam yang
notabene bagian integral yang tidak terpisahkan dari Islam sekaligus Khilafah
itu sendiri adalah sunnah Rasul atau warisan Rasulullah ﷺ dan para
Sahabat Radhiyallahu 'anhum serta para Khalifah setelahnya.
Karena Khilafah itu adalah mahkota
kewajiban (taajul furuudh). Sehingga dengan Khilafah seluruh kewajiban
dalam Islam akan sempurna dilaksanakan dan diterapkan secara kaffah dalam
segala aspek kehidupan tidak hanya sekedar dalam aspek ibadah ritual dan akhlak
belaka.
Tanpa Khilafah banyak kewajiban-kewajiban
Islam atau hukum-hukum Syariah yang tidak bisa secara sempurna diterapkan dalam
segala aspek kehidupan khususnya seperti aspek hukum mua'malah: politik,
ekonomi, pendidikan, sosial budaya, kesehatan, hukum (qishash, rajam,
had, jinayat, dan lain-lain), persanksian, peradilan, pertahanan dan keamanan.
Khilafah juga merupakan tuntutan dari
akidah Islam dan Syariah Islam, sebagaimana yg termaktub dalam al-Qur’an,
as-Sunnah, Ijma' Sahabat dan Qiyash Syar'iyyah. Bahkan Jumhur Ulama Ahlussunnah
wal Jama'ah pun bersepakat wajibnya Khilafah.
Bahkan menurut Jumhur Ulama Ahlussunnah
wal Jama'ah: "Ketiadaan Khilafah adalah induk kejahatan (ummul
jaraaim)."
Dengan mafhum mukhalafah atau
pemahaman terbalik artinya dapat kita pahami bahwasanya: "Adanya Khilafah
adalah induk kebaikan (ummul akhyar)."
Karena itulah, dalam kaidah ushulul
fiqih ditegaskan:
مالايتم
الواجب الا به
فهو واجب
"Tidak sempurna suatu kewajiban
tanpa sesuatu yang lain, maka sesuatu yang lain itu pun menjadi wajib.”
Oleh karena itulah, para Sahabat radhiyallahu
'anhum berijma' atau bersepakat tidak bolehnya umat Islam hidup tanpa
seorang Khalifah lebih dari 3 hari. Sebab itulah para Sahabat menunda pemakaman
Rasulullah ﷺ yang telah wafat. Padahal menyegerakan pemakaman jenazah
seorang Muslim yang meninggal hukumnya fardhu, apatah lagi ini jenazah mulia
Rasulullah Saw.
Dan mereka pun para Sahabat lebih
mendahulukan dan lebih mengutamakan menyibukkan diri memilih pengganti
Rasulullah ﷺ (Khalifatur Rasul) dalam mengurusi Islam dan umat
Islam daripada menyegerakan pemakaman jenazah mulia Rasulullah Saw.
Dan akhirnya pun terpilih dan dibaiatlah
Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu sebagai Khalifah yang pertama
dengan melalui baiat in'iqad (baiat resmi) oleh Ahlul Ahli wal 'Aqdi
dan baiat tha'at oleh seluruh umat Islam. Lalu Khalifah Abu Bakar
beserta Para Sahabat radhiyallahu 'anhum dan seluruh kaum Muslim pun
menshalati dan memakamkan jenazah mulia Rasulullah ﷺ dengan dipimpin
atau diimami oleh Khalifah terpilih Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu
tersebut.
Bahkan Khilafah itu sendiri adalah takdir
dan qadha Allah SWT sekaligus janji Allah (wa'dullah) dan kabar gembira
dari Rasulullah ﷺ (busyrah Rasulillah). Allah SWT berfirman:
وَعَدَ
اللَّهُ الَّذِينَ
آمَنُوا مِنْكُمْ
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ
فِي الْأَرْضِ
كَمَا اسْتَخْلَفَ
الَّذِينَ مِنْ
قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ
لَهُمْ دِينَهُمُ
الَّذِي ارْتَضَىٰ
لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ
مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ
أَمْنًا ۚ
يَعْبُدُونَنِي
لَا يُشْرِكُونَ
بِي شَيْئًا ۚ
وَمَنْ كَفَرَ
بَعْدَ ذَٰلِكَ
فَأُولَٰئِكَ
هُمُ الْفَاسِقُونَ
"Dan Allah telah berjanji kepada
orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh
bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa (Kekhilafahan) di muka
bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan
sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk
mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam
ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir
sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS.
An-Nuur: 55)
Para Ulama tafsir menjelaskan bahwa dalam
ayat yang mulia ini, sebenarnya terdapat sumpah Allah yang tersirat dari
ungkapan “layastakhlifannahum….dst” yang diistilahkan oleh pakar bahasa
Al-Qur’an sebagai jawâbul-qasm (jawaban sumpah). Lalu apa sumpah Allah
tersebut? Dia bersumpah akan menjadikan orang-orang yang beriman dan beramal
shalih sebagai Khalifah (penguasa) di muka bumi yang akan mengatur dunia dengan
syari’at-Nya. [Lihat makna “istakhlafa” dalam Mu’jamul Alfaazhil
Qur’ânil Karîm: 1/369, disusun oleh sekumpulan ulama yang diketuai oleh DR.
Ibrahîm Madkûr, Cet. 1409-H, Jumhûriyyah Mishr al-Arabiyyah]
Rasulullah ﷺ bersabda:
..ثمَّ تَكُونُ
خِلَافَةً عَلَي
مِنهَاجِ النّـبُوَّةِ..
"..Kemudian akan kembali datang
Khilafah 'Alaa Minhaajin Nubuwwah (Khilafah yang mengikuti metode Kenabian).."
(HR. Ahmad)
Bahkan Allah SWT pun berfirman:
وَإِذْ قَالَ
رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ
إِنِّي جَاعِلٌ
فِي الْأَرْضِ
خَلِيفَةً ۖ
قَالُوا أَتَجْعَلُ
فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ
فِيهَا وَيَسْفِكُ
الدِّمَاءَ وَنَحْنُ
نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ
وَنُقَدِّسُ لَكَ
ۖ
قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ
مَا لَا تَعْلَمُونَ
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah
di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah: 30)
Imam al-Qurthubi rahimahullah
dalam kitab tafsirnya beliau menjelaskan QS. Al-Baqarah: 30 tersebut:
هذه الآية أصل
في نصب إمام وخليفة
يسمع له ويطاع
، لتجتمع به الكلمة
، وتنفذ به أحكام
الخليفة . ولا خلاف في
وجوب ذلك بين الأمة
ولا بين الأئمة
إلا ما روي عن الأصم
حيث كان عن الشريعة
أصم ، وكذلك كل
من قال بقوله واتبعه
على رأيه ومذهبه
، قال : إنها غير
واجبة في الدين
بل يسوغ ذلك
“Ayat ini adalah dasar untuk mengangkat
imam atau Khalifah yang didengar dan dipatuhi, untuk menyatukan kalimat dan
melaksanakan hukum-hukum Khalifah. Tidak ada perbedaan pendapat di antara umat
dan imam tentang kewajibannya kecuali apa yang diriwayatkan oleh al-Asham (Abu
Bakar al-Asham, pemuka Mu’tazilah), padahal dia tuli terhadap syariat, dan
orang yang sependapat dengannya dan pengikutnya, yang mengatakan: ‘Mengangkat
imam/khilafah tidak wajib, tetapi sekadar menyempurnakan agama." [Tafsir
al-Qurthubi, hal. 305]
Bahkan, pada bulan Desember tahun 2004,
salah satu lembaga intelligent Amerika Serikat yakni National Intelelligence
Council’s (NIC) merilis sebuah laporan yang berjudul Mapping the Global
Future. Dalam laporannya itu diprediksikan bahwa akan ada empat skenario
besar dunia di tahun 2020, salah satu yang disebutkan adalah "A New
Chaliphate" atau berdirinya kembali Khilafah Islam, sebuah
pemerintahan Islam global yang mampu memberikan tantangan pada norma-norma dan
nilai-nilai global. Tegaknya Khilafah adalah pertanda kebangkitan Islam dan
tahta kepemimpinan dunia segera beralih ke tangan Islam.
Selain itu, menarik juga menilik sebuah
buku terbaru karya Mr. Michael Buriyev (Wakil Ketua Parlemen Rusia) yang
menyatakan: dunia sedang menuju menjadi 5 negara besar yakni: Rusia, Cina,
Khilafah Islam, Konfederasi Dua Amerika, dan India jika India bisa bebas dari
cengkraman Islam yang mengurungnya (Pakistan, Bangladesh, Kasmir, Afganistan).
Terlepas dari tendensi apa mereka
mengeluarkan prediksi tersebut, yang namanya prediksi atau analisa, hal itu
bisa akurat bisa juga tidak. Yang jelas namanya prediksi itu berbeda dengan
sebuah ramalan mantra, sebab prediksi atau analisa yang dilakukan di sini
tentunya berdasarkan penelitian yang begitu mendetail dan argumentatif yang
didasarkan dengan data-data yang dihasilkan dari pengamatan mereka di lapangan,
apalagi yang melakukan adalah sebuah lembaga yang profesional dan memiliki
tingkat kredibilitas yang tinggi di bidangnya.
Jika dikolerasikan dengan Indonesia, negeri
ini adalah salah satu kandidat kuat sebagai titik awal berdirinya Daulah Islam
atau Khilafah, di samping negeri-negeri Islam lainnya. Hal ini didasari atas
beberapa pertimbangan, di antaranya Indonesia memiliki: potensi kekayaan
sumberdaya alam yang melimpah ruah, secara konstelasi geopolitik sangat
strategis, secara geografis memiliki luas wilayah yang sangat luas, jumlah
penduduk yang besar, faktor sosio-historis dahulu banyak berdiri Kesultanan
Islam yang notabene bagian integral dari Khilafah Islam Utsmaniyah yang
berpusat di Turki, Islam menjadi agama mayoritas penduduk dan semakin
diterimanya dakwah Syariah dan Khilafah di tengah-tengah umat.
Bahkan kini opini Khilafah telah menjadi
opini umum (ra'yul 'aam) baik yang pro maupun kontra di tengah-tengah
masyarakat baik di dunia medsos maupun di dunia nyata, baik di media mainstream
maupun media non-maintream, baik rakyat kecil sampai para petinggi negara
khususnya pemerintah dan DPR serta militer dan Kepolisian serta Parpol.
Opini Khilafah begitu membahananya dan
telah mengguncang Indonesia dari Sabang hingga Merauke baik di bilik kamar
setiap anggota masyarakat hingga pelosok kampung, dari warung ke warung dan
dari masjid ke masjid, dari jalan ke jalan, bahkan hingga sudut-sudut istana
negara dan gedung DPR-RI serta gedung Mahkamah dan Balaikota serta
kampus-kampus.
Opini Khilafah yang membahana secara
massif itu semua diakibatkan pasca kesalahan fatal pemerintah rezim Jokowi
mengeluarkan Perppu Ormas No 02 Tahun 2017 dalam upayanya “membubarkan” Hizbut
Tahrir Indonesia (HTI) hanya dikarenakan HTI istiqamah (konsisten)
meneladani metode (thariqah) dakwah Rasulullah ﷺ dalam dakwah
Islam dan istiqamah menyampaikan solusi Islam Syariah dan Khilafah atas segala
carut-marutnya problematika negeri ini dan dunia, serta hanya karena HTI bersikap
kritis terhadap kebijakan-kebijakan dzhalim pemerintah yang sangat pro terhadap
para penjajah kafir kapitalis asing dan aseng, dan hanya karena HTI sangat
menentang segala bentuk penjajahan gaya baru kapitalisme global asing dan aseng
tersebut di negeri ini dan dunia khususnya di dunia Islam.
Dan
kini pun opini Khilafah sudah mulai mengkristalisasi dan mulai mengakar kuat di
dalam sanubari dada umat Islam hingga mulai sedikit demi sedikit secara
revolusioner menjadi kesadaran umum (wa'yul 'aam).
Dan akhirnya pun wacana Khilafah kian
hari akhir-akhir ini benar-benar semakin mencuat membahana di seantero bumi
Nusantara menjadi perbincangan hangat dan tiada hentinya di tengah-tengah
masyarakat. Hal ini sangat berhubungan dengan keluarnya Perppu Ormas Nomor 2
Tahun 2017 tersebut yang kini sudah disahkan menjadi UU Ormas yang baru sebagai
pengganti UU Ormas yang lama No. 17 Tahun 2013 di Sidang Paripurna DPR RI 24
Oktober 2017 yang lalu.
Dengan terbitnya Perppu Ormas inilah, HTI
kemudian dicabut BHP nya oleh Pemerintah pada 19 Juli 2017 karena dituduh
secara sepihak dan difitnah-oleh rezim Jokowi dengan tuduhan tanpa bukti tanpa
melalui pengadilan. Faktor kuat pemicu diterbitkannya Perppu Ormas dan usaha pembubaran
HTI tersebut diakibatkan pasca kekalahan telak jagoan sang rezim petahana
tersebut yaitu kekalahan Ahok dalam pilgub DKI dan berujung Ahok dijatuhi
hukuman selama 2 tahun oleh Pengadilan, karena terbukti secara sah dan
meyakinkan telah menistakan agama Islam.
Dan isu Khilafah ini pun makin sangat
viral apalagi pasca aksi sejuta umat tolak Perppu Ormas hingga Aksi Bela Islam
212 Jilid 2 tahun 2017 yang lalu. Hingga terjadi pula Aksi Bela Tauhid 211 dan
Reuni 212 jilid 3 yang dihadiri sekitar 13 juta lebih umat Islam hingga
berkibarlah jutaan lebih bendera tauhid al-Liwa dan ar-Royah di Monas Jakarta
dan sekitarnya pada tahun 2018 yang lalu atas respon pembakaran bendera tauhid
oleh Banser NU.
Juga digelarnya Ijtima' Ulama Jilid 4
pada 5 Agustus 2019 yang lalu telah menegaskan kewajiban menerapakan Syariah
dan menegakkan kembali Khilafah serta amar ma'ruf wa nahi munkar
merupakan kewajiban agama Islam, dan lain-lain.
Itu semua semakin meneguhkan dan menjadi
sinyal yang sangat kuat bahwa sedang terjadi kebangkitan Islam dan umat Islam
sekaligus menjadi sinyal sangat kuat kebangkitan Ulama Pewaris Nabi dan
Persatuan Umat Islam yang bakal berpotensi bangkit kembali menjelma menjadi
raksasa adidaya super power Negara Khilafah Rasyidah Islamiyah.
Tentunya ini, membuat penjajah kafir
kapitalis baik asing maupun aseng beserta rezim bonekanya sangat ketakutan
setengah mati hingga mereka pun menjadi Islamphobia dan super paranoid yang
sangat akut kepada Islam.
Sehingga demi melanggengkan gurita penjajahan
hegemoni kapitalisme global mereka, penjajah kafir kapitalis asing dan aseng
tersebut pun melalui rezim bonekanya membuat banyak skenario jahat dengan
menghalalkan segala cara untuk mematikan kebangkitan Islam dengan menjadikan
hukum tumpul ke kafir dan hanya tajam ke bawah melalui sejumlah UU, adu domba
umat, adu domba Ulama dan kriminalisasi Islam khususnya ajaran Islam tentang
dakwah, jihad, Syariah dan Khilafah, persekusi dan kriminalisasi umat Islam dan
khususnya persekusi dan kriminalisasi Ulama, Aktivis Dakwah dan Ormas Islam
serta pencabutan Badan Hukum HTI tanpa proses Pengadilan dan upaya membubarkan
FPI.
Isu Khilafah ini menjadi perhatian
tersendiri bagi Direktur Civilization Analysis Forum (CAF), Lutfi Sarif
Hidayat. Lutfi melakukan polling di akun twitternya @lutfisarif berkaitan
dengan Khilafah ini. Polling yang dilakukan pada 27 Oktober 2017 dan berakhir
pada 28 Oktober 2017 pagi ini (yang lalu) berisi tentang pendapat netizen
apakah memilih Khilafah, Kapitalisme atau Sosialisme.
Hasil akhirnya 95 persen lebih memilih
Khilafah, 1 persen memilih Kapitalisme dan 4 persen memilih Sosialisme dengan
sekitar 1.994 suara. Menurut Lutfi, dilakukannya polling hanya untuk mengetahui
saja bagaimana sikap netizen.
"Saya hanya ingin tahu saja
sebenarnya, jadi memang bukan survei yang bener-bener disiapkan secara matang.
Hanya sekedar polling, ya coba-coba aja gitu," ujarnya kepada BANGKIT POS
Sabtu, 28 Oktober 2017.
Menurut Lutfi tidak perlu dianggap serius
polling ini. "Tapi paling tidak buat pengetahuan saja, berarti memang
benar wacana Khilafah semakin dikenal para netizen," pungkasnya. [http://www.bangkitpos.com/2017/10/direktur-caf-95-persen-netizen-memilih.html]
Pada masa 10-15 tahun yang lalu mungkin
masyarakat masih merasa aneh dan asing mendengar apa itu Khilafah, sering kali
bahkan terjadi kekeliruan menyebutnya dengan khilafiyah. Seiring dengan
berjalannya waktu dan atas pertolongan Allah SWT, kini perjuangan penegakkan
kembali Khilafah yang akan menerapkan seluruh ayat-ayat Allah itu semakin
membahana, masyarakat tidak asing lagi dengan apa itu Khilafah, bahkan sebagian
di antara mereka ikut turut andil dalam perjuangan.
Apatah lagi DPR-RI telah berkoalisi jahat
dengan pemerintah mensahkan Perppu Ormas No. 02 Tahun 2017 UU Ormas yang baru
tersebut yang pada hakikatnya hanya melegalisasikan lahirnya rezim diktator
gaya baru yang sangat anti Islam dan membungkam dakwah Islam. Dan ini berarti
kita benar-benar telah berada di masa atau fase atau era mulkan jabriyan
(penguasa diktator) dan pertanda sebentar lagi kita akan memasuki kembali masa
Khilafah Islam di akhir zaman ini. Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ ini:
Dari Hudzaifah bin al-Yaman, Rasulullah ﷺ
bersabda:
«إِنَّكُمْ
فِي النُّبُوَّةِ
مَا شَاءَ اللَّهُ
أَنْ تَكُونَ،
ثُمَّ يَرْفَعُهَا
إِذَا شَاءَ أَنْ
يَرْفَعَهَا،
ثُمَّ تَكُونُ
خِلَافَةٌ عَلَى
مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ،
فَتَكُونُ مَا
شَاءَ اللَّهُ
أَنْ تَكُونَ،
ثُمَّ يَرْفَعُهَا
إِذَا شَاءَ أَنْ
يَرْفَعَهَا،
ثُمَّ تَكُونُ
مُلْكًا عَاضًّا،
فَيَكُونُ مَا
شَاءَ اللَّهُ
أَنْ يَكُونَ،
ثُمَّ يَرْفَعُهَا
إِذَا شَاءَ أَنْ
يَرْفَعَهَا،
ثُمَّ تَكُونُ
جَبْرِيَّةً،
فَتَكُونُ مَا
شَاءَ اللَّهُ
أَنْ تَكُونَ،
ثُمَّ يَرْفَعُهَا
إِذَا شَاءَ أَنْ
يَرْفَعَهَا،
ثُمَّ تَكُونُ
خِلَافَةٌ عَلَى
مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ»
“Sesungguhnya kalian ada pada era
kenabian, dan atas kehendak Allah akan tetap ada. Kemudian Allah mengangkatnya
jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada khilafah yang mengikuti
manhaj kenabian, dan akan terus ada sesuai kehendak Allah. Kemudian Allah akan
mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan
yang menggigit (mulkan ‘âdhan) dan akan terus ada sesuai kehendak Allah.
Kemudian Allah akan mengangkatnya jika Dia berkehandak mengangkatnya. Kemudian
akan ada kekuasaan diktator dan akan terus ada sesuai kehendak Allah. Kemudian
Allah akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada
khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” Hudzaifah berkata: “kemudian beliau
diam.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud ath-Thayalisi)
Karena itulah, jika kita tidak suka atau
membenci bahkan memusuhi Khilafah, sama saja kita hakikatnya tidak suka atau
membenci atau memusuhi Allah dan Rasul-Nya serta Islam itu sendiri. Dan
ketidaksukaan dan kebencian kita atau sikap permusuhan kita kepada Khilafah
itulah yang sebenarnya sangat diinginkan oleh orang-orang kafir Barat Dan Timur
penjajah sehingga para penjajah tersebut dengan leluasa dan lebih mudah
melanggengkan kian dalam mencengkram, menguasai dan menjajah umat Islam baik di
negeri ini maupun di seluruh penjuru dunia Islam secara sistemik dan totalitas.
Jika kita hanya mengambil sebagian ajaran
Islam seperti ibadah ritual belaka tapi menolak dan membenci bahkan memusuhi
ajaran Islam tentang Khilafah tersebut, maka kita pun sesungguhnya adalah
termasuk orang-orang yang mengimani sebagian Islam tapi justru pula mengingkari
sebagian Islam.
Maka kita pun pada hakikatnya adalah
termasuk orang-orang yang munafik ataupun fasiq dan dzhalim yang sesungguhnya.
Atau bahkan bisa jadi kita pun termasuk orang-orang yang kafir sesungguhnya.
Allah SWT berfirman:
أَفَتُؤْمِنُوْنَ
بِبَعْضِ الْكِتَابِ
وَ تَكْفُرُوْنَ
بِبَعْضٍ، فَمَا
جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ
ذلِكَ مِنْكُمْ
إِلّا خِزْيٌّ
فِي الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّوْنَ
إِلَى أَّشَّدِّ
الْعَذَابِ وَ
مَا اللهُ بِغَافِلٍ
عَمَّا تَعْمَلُوْنَ
“Apakah kamu beriman kepada sebagian
Kitab dan ingkar kepada sebagian kepada sebagian (yang lainnya)? Maka tidak ada
balasan (yang pantas) bagi orang yang berbuat demikian itu di antara kalian
selain kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat mereka
dikembalikan kepada azab yang paling berat. Dan Allah tidak lengah terhadap apa
yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 85)
إِنَّ الَّذِينَ
يَكْفُرُونَ بِاللهِ
وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ
أَن يُفَرِّقُواْ
بَيْنَ اللهِ وَرُسُلِهِ
وَيقُولُونَ نُؤْمِنُ
بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ
بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَن
يَتَّخِذُواْ
بَيْنَ ذَلِكَ
سَبِيلاً أُوْلَـئِكَ
هُمُ الْكَافِرُونَ
حَقًّا وَأَعْتَدْنَا
لِلْكَافِرِينَ
عَذَابًا مُّهِينًا
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir
kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membedakan antara (keimanan
kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: ‘Kami beriman kepada yang
sebagian dan kami kafir terhadap sebagian (yang lain)’, serta bermaksud (dengan
perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau
kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah
menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.”
(QS. An-Nisa`: 150-151)
Membicarakan ataupun tidak, mendukung dan
memperjuangkan Khilafah ataupun sebaliknya justru Khilafah dibenci, dimusuhi
dan diperangi, tetaplah sebuah keniscayaan Khilafah pasti akan tegak kembali,
karena Khilafah adalah janji Allah (wa'dullah) dan takdirnya Allah
ataupun sudah menjadi sunnatullah, sebagaimana yang termaktub dalam QS.
An-Nuur: 55 dan QS. Al-Baqarah: 30 tersebut. Sekaligus tegaknya Khilafah adalah
sebuah simbol kembalinya kemenangan dan kejayaan Islam. Allah SWT berfirman:
هُوَ
الَّذِيْٓ
اَرْسَلَ رَسُوْلَهٗ
بِالْهُدٰى
وَدِيْنِ
الْحَقِّ
لِيُظْهِرَهٗ
عَلَى
الدِّيْنِ كُلِّهٖۙ
وَلَوْ
كَرِهَ
الْمُشْرِكُوْنَ
“Dia-lah yang telah mengutus Rasul-Nya
(dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk
dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai."
(QS. At-Taubah: 33)
...إِنَّ اللَّهَ
لَا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ
"...Sesungguhnya Allah tidak
menyalahi janji-Nya." (QS. Ali Imran: 09)
Karena itulah, betapa sangat ruginya kita
baik di dunia maupun di akhirat, jika kita tidak suka atau membenci ataupun
memusuhi bahkan memerangi Khilafah tersebut. Sebab tidak suka atau membenci
ataupun memusuhi bahkan memerangi Khilafah tersebut adalah pada hakikatnya kita
telah benar-benar menantang Allah dan Rasul-Nya serta kita pun sama halnya
telah benar-benar menjadi musuhnya Allah dan Rasul-Nya serta hanya akan
mengundang murka dan azab Allah SWT belaka. Allah SWT berfirman:
فَلْيَحْذَرِ
الَّذِيْنَ
يُخَالِفُوْنَ
عَنْ
اَمْرِهٖٓ
اَنْ
تُصِيْبَهُمْ
فِتْنَةٌ
اَوْ
يُصِيْبَهُمْ
عَذَابٌ
اَلِيْمٌ
“Maka hendaklah orang-orang yang
menyelisihi perintahnya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.”
(QS. an-Nur: 63)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah,
“Maksudnya, (menyelisihi) perintah, jalan, manhaj, thariqah, sunnah, dan
syariat Rasulullah Saw. Maka dari itu, semua ucapan dan perbuatan wajib
ditimbang dengan ucapan dan perbuatan beliau Saw.; apabila sesuai dengan ucapan
dan perbuatan beliau, diterima, dan apabila berbeda atau menyelisihinya,
tertolak dan kembali kepada pengucap dan pelakunya, siapapun dia. Telah pasti
(sah) hadits dalam ash-Shahihain dan lainnya, dari Rasulullah ﷺ bahwa
beliau bersabda, ‘Barangsiapa mengamalkan sebuah amalan yang tidak ada
perintah kami padanya, amalan tersebut tertolak.’
Maksudnya, hendaknya takut orang yang
menyelisihi syariat Rasulullah Saw., baik secara tampak maupun tidak, (akan
ditimpa cobaan) dalam hati mereka, yang berupa kekufuran, kemunafikan, ataupun
kebid’ahan, (atau ditimpa azab yang pedih) yakni azab di dunia berupa hukuman
mati, hukum had, penjara, atau yang serupa dengannya.” [Lihat: Tafsir Ibnu
Katsir pada surat an-Nur: 63]
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah berkata,
“Allah Jalla wa ‘Ala menyebutkan bahwa orang yang menyelisihi perintah
Nabi ﷺ berada dalam bahaya besar, yaitu terancam akan tertimpa fitnah
berupa penyimpangan, kesyirikan, dan kesesatan, atau terancam (juga) dengan
azab yang pedih.” [Majmu’ Fatawa wa Maqalat 9/149]
Rasulullah ﷺ bersabda:
فَمَنْ رَغِبَ
عَنْ سُنَّتِي
فَلَيْسَ مِنِّي
“Barangsiapa membenci Sunnahku, dia
tidak termasuk golonganku.” (HR. al-Bukhari no. 5063 dan Muslim no. 1401,
dari Anas bin Malik)
Penutup:
Sebaiknya kita renungkan baik-baik
pernyataan Aktivis Media Sosial, Mustofa Nahwardaya dalam keterangan
tertulisnya yang turut mengomentari isu Khilafah ini. Dalam keterangannya
Mustofa mengatakan bahwa Khilafah ada dalam Islam maupun sejarah.
“Silahkan dibikin spanduknya
sebanyak-banyaknya. Silahkan membenci Khilafah. Tapi spanduk-spanduk itu tidak
bakal bisa menghapus ajaran Khilafah, karena ajaran itu ada dalam Islam. Suka
gak suka, Khilafah itu sudah dicatat dalam sejarah,” ujarnya dalam keterangan
tertulis dengan judul ‘Khilafah No! Pancasila Yes!’ yang diterima BANGKIT POS
(30/10/2017).
Menurut Anggota Majelis Pustaka dan
Informasi PP Muhammadiyah ini tidak ada kaitan antara Khilafah dengan
Pancasila. “Ada atau tidak ada Pancasila, Khilafah itu pasti ada. Dulu ada
Khilafah, nanti pun, akan ada Khilafah lagi. Yang beragama Islam, insya Allah
paham. Soal ada yg mau mengganti Pancasila dengan Khilafah, HTI misalnya,
rasanya tidak rasional. Tanpa ada HTI, Khilafah suatu saat tetap akan terjadi,”
lanjutnya.
Ia menutup keterangan tertulisnya dengan
pertanyaan. “Percayakah anda dengan Rasulullah? Bagi yang Islam, sulit rasanya
melawan Nabinya sendiri. Apa yang dikatakan Rasulullah, itu yang diajarkan
Allah SWT. Siapa berani melawan ajaran Allah SWT? Silahkan!” pungkasnya.
[Bangkit Pos, 30/10/2017 ]
Wallahu a'lam bish shawab. []
#IjtimaUlama
#IkutUlama
#KhilafahWajib
#KhilafahAjaranIslam
#KhilafahAdalahSolusi
#ReturnTheKhilafah