Friday, July 17, 2020

Khilafah Asal-Usul Kita



Oleh: Zakariya al-Bantany


Tanggal 3 Maret 2020 bertepatan dengan hari diruntuhkan dan dihapuskannya Khilafah yang berpusat di Turki Utsmani pada tanggal 3 Maret 1924 Masehi oleh Inggris melalui agennya yakni seorang keturunan yahudi yang bernama Mustafa Kamal Attarturk. Artinya sudah hampir 100 tahun kita hidup tanpa Khilafah. Tepatnya sudah 96 tahun umat Islam hidup tanpa Khilafah. Yang sebelumnya pernah hidup dengan Khilafah selama lebih dari 1300 tahun lamanya.

Hingga kita umat Islam pecah berkeping-keping menjadi lebih dari 50 negara kecil-kecil dalam bentuk nation state (negara bangsa) dan paham sempit nan kufur nasionalisme hingga umat Islam terpenjara dalam penjara besar yang bernama nation state (negara bangsa) tersebut.

Dan diperparah pula musibah besar lainnya yang menimpa umat Islam yaitu bercokolnya penguasa ruwaibidhah boneka kafir penjajah barat dan timur dan bercokolnya para kafir penjajah barat dan timur beserta sistem kufur warisan penjajah tersebut di seluruh negeri-negeri Islam termasuk di negeri Nusantara ini.

Hingga seluruh negeri-negeri Islam termasuk negeri Nusantara ini kian dijajah secara sistemik dan kekayaan alam negeri mereka dirampok dan dijarah serta tubuh dan nyawa umat Islam pun menjadi bulan-bulanan orang-orang kafir dalam membantai mereka secara massal dan tak kenal ampun.

Hingga kian merintih kesakitan umat Islam bersimbah darah tiada tara. Belum selesai pilunya tragedi pembantaian umat Islam Palestina, Suriah, Yaman, Iraq, Afganistan, Rohingya, Uyghur dan Kashmir oleh orang-orang kafir penjajah terlaknat. Kini bertambah lagi derita terbaru umat Islam, di mana ratusan juta lebih umat Islam India tengah dibelenggu UU anti Muslim yang diberlakukan oleh rezim teroris hindu India.

Dan kemudian bangsa kera barbar teroris hindu penyembah sapi dan berhala itu kemudian secara ramai-ramai membakar Masjid dan ratusan rumah umat Islam di India.

Tak puas mereka membakar Masjid dan ratusan rumah umat Islam India, kini mereka bangsa kera hindu India itu pun dengan sangat barbar dan brutalnya serta sangat kejinya mempersekusi, mengeroyok dan mengusir serta membantai Muslim India hingga puluhan lebih umat Islam meregang nyawa dan ratusan lebih lainnya luka-luka, namun justru dunia bungkam. Rintihan umat Islam ini sampai kapan..?!

Di sinilah relevansi dan urgensi perjuangan menegakkan kembali Khilafah sebagai pelaksana Syariah, pemersatu umat, pengurus dan penjaga umat dan akidah Islam, serta perisai Islam sekaligus mahkota kewajiban dalam Islam. Dan Khilafah pun adalah benteng kokoh Islam.

Sebab, tanpa Khilafah, maka kondisi umat Islam benar-benar kondisinya laksana anak ayam yang kehilangan induknya dan laksana kebun tanpa pagar.

Dan tanpa Khilafah, umat Islam laksana buih di atas lautan yang centang perenang dan terombang-ambing tak tentu arah dan tiada daya hingga dihempas gelombang pasang air laut hingga akhirnya pecah berkeping-keping.

Serta tanpa Khilafah, umat Islam seperti menu hidangan istimewa di meja makan yang tengah dikerumuni dan diperebutkan oleh musuh-musuhnya baik dari barat dan timur hingga dari Utara dan Selatan juga. Oleh sebab itulah, umat Islam sangat membutuhkan Khilafah dan Khilafah sangat dibutuhkan oleh umat Islam.

Karena itulah dalam Islam, Khilafah adalah benteng utama Islam sekaligus perisai Islam (junnatul Islam) dan pedang Allah yang terhunus serta sekaligus sebagai mahkota kewajiban (taajul furuudh). Sehingga kewajiban-kewajiban hukum Syariah bisa dilaksanakan dengan sempurna dan totalitas dalam segala aspek kehidupan, termasuk pula kewajiban menolong saudara seakidah semuslim kita -seperti dalam hal ini Muslim India dan juga sekaligus Kashmir, Uyghur, Palestina, Rohingya, Iraq, Suriah, Afghanistan, Morro, Pattani dan lain-lain- yang tengah ditindas dan dijajah serta dibunuhi secara massal oleh para kafir penjajah kafir Barat dan Timur.

Rasulullah Saw. bersabda:

وَإِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ

"Sungguh Imam (Khalifah) itu laksana perisai. Kaum Muslim akan berperang dan berlindung di belakang dia." (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Makna frasa “Al-Imâm junnat[un] (Imam/Khalifah itu laksana perisai)” dijelaskan oleh Imam an-Nawawi, “Maksudnya, ibarat tameng, karena Imam/ Khalifah mencegah musuh untuk menyerang (menyakiti) kaum Muslim; mencegah anggota masyarakat satu sama lain dari serangan; melindungi keutuhan Islam…”

Mengapa hanya Imam/ Khalifah yang disebut sebagai junnah (perisai)..?! Karena dialah satu-satunya yang bertanggung-jawab. Ini sebagaimana dijelaskan dalam sabda Nabi Saw:

الإِمَامُ رَاعٍ وَ هُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

"Imam/Khalifah itu pengurus rakyat dan hanya dia yang bertanggung-jawab atas rakyatnya." (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Menjadi junnah (perisai) bagi umat Islam khususnya dan rakyat umumnya meniscayakan Imam/Khalifah harus cerdas, kuat, berani dan terdepan. Bukan orang yang bodoh, pengecut dan lemah. Kekuatan ini bukan hanya pada pribadinya, tetapi pada institusi negaranya, yakni Khilafah. Kekuatan ini dibangun karena pondasi pribadi (Khalifah) dan negara (Khilafah)-nya sama, yaitu akidah tauhid Islam.

Karena itulah, solusi real dan finalnya dari tragedi Muslim India tersebut dan segala problematika negeri-negeri Islam lainnya yang sedang ditindas dan terjajah seperti Kashmir, Uyghur, Rohingya, Suriah, Iraq, Afghanistan, Bosnia, Morro, Pattani, Indonesia, dan lain-lain adalah dengan segera umat Islam sedunia bersatu-padu meruntuhkan dinding tebal sekat-sekat demokrasi, nasionalisme, hukum internasional dan perjanjian internasional biang petaka Muslim India-Kashmir dan negeri-negeri Islam lainnya tersebut, dan bersegera mencampakkan sistem kufur demokrasi kapitalisme sekulerisme -yang menjadi biang utama masalah dan biang utama penjajahan di seluruh penjuru negeri Islam- ke dalam tong sampah peradaban dunia selamanya.

Dan solusi real tuntas dan finalnya pun, umat Islam harus segera kembali bangkit dan bersegera bersatu pula dalam bingkai Khilafah Islam dalam ikatan kalimat tauhid dalam naungan panji tauhid Islam.

Yaitu dengan bergerak di bawah komando seorang Khalifah dalam jihad fi sabilillah memerangi bangsa barbar teroris negara kafir hindu India dan seluruh negeri-negeri Islam lainnya yang sedang ditindas dan dijajah.

Sekaligus pula membebaskan umat Islam India dan seluruh negeri-negeri Islam lainnya dari kejahatan bangsa barbar teroris hindu India dan dari seluruh negara kafir penjajah kapitalis asing dan aseng, sekaligus menundukkan dan menaklukkan negara kafir hindu India dan seluruh negara-negara kafir penjajah kapitalis asing dan aseng tersebut ke dalam pangkuan Islam. Dan sekaligus juga membebaskan secara totalitas seluruh negeri-negeri Islam lainnya dari belenggu gurita penjajahan negara kafir barat dan timur kapitalisme global asing dan aseng selamanya.

Sebab, hanya dengan Khilafah dan jihad saja solusi real tuntas dalam membela dan menyelamatkan dan membebaskan Muslim India-Kashmir, Palestina, Uyghur, Rohingya, Suriah, Yaman, dan seluruh negeri-negeri Islam lainnya dari belenggu kejahatan gurita penjajahan kapitalisme global baik asing (AS, Eropa dan zionis yahudi) maupun aseng komunis (RRC) serta hindu India. Karena itu real tuntasnya membela dan menyelamatkan Muslim India-Kashmir dan seluruh dunia Islam hanya dengan Khilafah.

Namun, justru banyak dari kalangan kaum Muslim sendiri yang masih sangat awam dan tersesatkan oleh media mainstream penguasa boneka dan kafir penjajah serta juga mereka yang telah terkooptasi akut virus demokrasi kapitalis sekulerisme dan liberalisme sangat menentang dan sangat memusuhi perjuangan menegakkan kembali Khilafah tersebut.

Bahkan mereka dengan sangat brutal dan kejinya mem-framing negatif, mempersekusi dan mengkriminalisasi serta memonsterisasi perjuangan menegakkan Khilafah dengan melabelinya sebagai bentuk radikalisme, terorisme, anti kebhinekaan, intoleran, kadrun, manipulator agama, Wahabi dan Khawarij.

Tak jarang pula mereka dengan kurang ajarnya merendahkan, melecehkan dan menista ajaran Islam perihal Khilafah dan para pejuangnya. Bahkan terkadang mereka pun dengan sangat kurang ajarnya mengeluarkan pernyataan nakal mengusir para pejuang Khilafah dan Syariah dari Indonesia dan menyuruh pindah ke Timur Tengah saja.

Seolah-olah mereka saja yang telah menciptakan ribuan lebih gugusan pulau-pulau Indonesia yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Dan seolah-olah Indonesia ini milik pribadi privasi mereka sendiri saja. Hingga sebegitu sangat bencinya mereka dengan Khilafah dan upaya memperjuangkan tegaknya kembali Khilafah tersebut.

Padahal, Indonesia ini bagian dari bumi Allah. Artinya Indonesia ini milik Allah karena bagian integral dari bumi miliknya Allah bukan milik kita dan bukan milik para pembenci Khilafah tersebut. Bahkan tubuh dan nyawa kita ini pun adalah milik Allah bukan milik kita dan bukan milik para pembenci Khilafah tersebut.

Padahal, kita pun ditakdirkan oleh Allah sebagai Abdullah (hamba Allah) [baca: QS. Adz-Dzariyat: 56] dan Khalifatullah fil Ardhi dalam mengelola dan mengurusi bumi Allah ini hanya dengan hukum-hukum Allah (Syariah Allah (Islam) [baca: QS. Al-Baqarah: 30]. Dan Khilafah itu sendiri pun bagian dari Syariah Allah tersebut yang dijanjikan Allah sekaligus diwajibkan Allah dan Khilafah pun takdir dan Qadha Allah yang pasti bakal terjadi kembali [baca: QS. An-Nuur: 55].

Serta dulu Indonesia pun merupakan bagian integral dari Khilafah Islam, bahkan banyak sekali bertebaran sisa-sisa peninggalan jejak-jejak atau artefak Syariah dan Khilafah di seluruh penjuru bumi Nusantara (Indonesia) ini. [baca dan tonton: 
Jejak Syariah dan Khilafah di Nusantara, Jilid 1 dan Jilid 2: https://youtu.be/RpiMv6AYMuU; https://youtu.be/rr9mvL9UQSc]

Bahkan di Yogyakarta pun ada sisa peninggalan atau artefak hidup Khilafah yaitu Kesultananan Ngayogyakarta (penerus Kesultanan Demak, Pajang dan Mataram) yang masih memegang warisan "Khalifatullah ing tanah jawi" yang notabene dulu merupakan wakil Khilafah Utsmaniyah di tanah jawa. Bahkan Kesultanan Ngayogyakarta masih menyimpan bendera tauhid ar-Royah yang berwarna hitam keunguan serta bendera tauhid berwarna hijau yang merupakan pemberian dari Khilafah Utsmaniyyah yang mensahkan Kesultanan Ngayogyakarta sebagai bagian dan wakil Khilafah Utsmaniyyah untuk meneruskan wakil Khilafah Utsmaniyah sebelumnya yaitu Kesultanan Demak, Pajang dan Mataram.

Sebagaimana pula terungkap jelas dalam pidato Sri Sultan Hamengkubowo X, saat Kongres Umat Islam ke-6 di Yogyakarta pada tahun 2015 yang lalu:

"Kongres Umat Islam ke-6 yang diselenggarakan di Yogyakarta dan kini pembukaannya Insya Allah berlangsung di Pagelaran Kraton Yogyakarta, mengandung makna simbolik sebuah ziarah spiritual, karena bangunan Pagelaran ini disangga oleh 64 buah tiang yang menandai usia Rasulullah Saw. dan perhitungan tahun Jawa.

Sehingga, Kongres yang dirancang untuk napak laku Kongres sebelumnya yang juga dilaksanakan di Yogyakarta, (7-8 November 1945, Red) akan memberi makna historis, agar umat Islam melakukan introspeksi diri dan retrospeksi atas perjalanan sejarahnya.

Pada 1479, Sultan Turki mengukuhkan R. Patah (sultan Demak pertama) sebagai Khalifatullah ing Tanah Jawa, perwakilan kekhalifahan Islam (Turki) untuk Tanah Jawa, dengan penyerahan bendera Laa ilaah illa Allah berwarna ungu kehitaman terbuat dari kain Kiswah Ka'bah, dan bendera bertuliskan Muhammadurrasulullah berwarna hijau. Duplikatnya tersimpan di Kraton Yogyakarta sebagai pusaka, penanda keabsahan Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat wakil Kekhalifahan Turki." [https://m.republika.co.id/amp/njmq2o]

Bahkan asal usul jati diri kita menjadi mayoritas Muslim di Indonesia ini, semuanya dengan izin Allah dan kuasa Allah SWT yaitu asal usulnya adalah berawal berkat melalui jasa-jasa Khilafah tepatnya pada masa Khilafah Utsmaniyyah, di mana Khalifah Sultan Muhammad I yang mengutus Wali Songo dalam setiap generasinya untuk dakwah dan Islamisasi seluruh penjuru Nusantara.

Sebagaimana dalam kitab Kanzul Hum yang ditulis oleh Ibnu Bathuthah yang kini tersimpan di Museum Istana Turki di Istanbul, disebutkan bahwa Walisongo dikirim oleh Sultan Muhammad I. Awalnya, ia pada tahun 1404 M (808 H) mengirim surat kepada pembesar Afrika Utara dan Timur Tengah yang isinya meminta dikirim sejumlah Ulama yang memiliki kemampuan di berbagai bidang untuk diberangkatkan ke pulau Jawa.

Jadi, Walisongo sesungguhnya adalah para da'i atau Ulama yang diutus Khalifah di masa Kekhilafahan Utsmani untuk menyebarkan Islam di Nusantara. Dan jumlahnya ternyata tidak hanya sembilan (Songo). Ada 7 angkatan yang masing-masing jumlahnya sekitar sembilan orang.

Memang awalnya dimulai oleh angkatan I yang dipimpin oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim, asal Turki, pada tahun 1400-an. Ia yang ahli politik dan irigasi itu menjadi peletak dasar pendirian kesultanan di Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di Nusantara. Seangkatan dengannya, ada dua wali dari Palestina yang berdakwah di Banten. Yaitu Maulana Hasanudin, kakek Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Aliudin. Jadi, masyarakat Banten sesungguhnya punya hubungan biologis dan ideologis dengan Palestina.

Lalu ada Syekh Ja'far Shadiq dan Syarif Hidayatullah yang di sini lebih dikenal dengan sebutan Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati. Keduanya juga berasal dari Palestina. Sunan Kudus mendirikan sebuah kota kecil di Jawa Tengah yang kemudian disebut Kudus -berasal dari kata al-Quds (Jerusalem Palestina). Pada masa Walisongo, Kesultanan-kesultanan Islam seantero nusantara pun benar-benar telah menerapkan Syariah Islam secara kaffah dalam segala aspek kehidupan dan Islam pun menjadi sendi-sendi kehidupan masyarakat Islam di bumi nusantara ini.

Hingga terus berdirilah kian banyaknya Kesultanan-Kesultanan Islam yang tersebar luas dari ujung Aceh pulau Sumatera hingga ujung pulau Sulawesi, Kalimantan, Jawa dan Papua. Hingga akhirnya kita pun sekeluarga menjadi umat Islam dan menjadi mayoritas Muslim hingga saat ini di bumi Nusantara ini.

Jadi, dari para wali itulah kemudian Islam menyebar ke mana-mana hingga seperti yang kita lihat sekarang dan Islam pun kini menjadi mayoritas di Indonesia. Oleh karena itu, sungguh aneh kalau ada dari umat Islam sekarang yang menolak Syariah dan Khilafah. Itu sama artinya ia menolak jati diri asal-usul sejarahnya sendiri, padahal nenek moyangnya mengenal Islam tak lain dari para Ulama yang diutus oleh para Khalifah.

Bahkan sebelumnya pun pada abad 7 masehi, Islam sudah masuk ke Nusantara ini yaitu dengan masuk Islamnya raja Sridavarman seorang penguasa kerajaan Sriwijaya di Nusantara. Sebelumnya raja Sridavarman mengirimkan suratnya kepada Khalifah Mu'awiyyah bin Abi Sofyan pada masa Khilafah Bani Umayyah, di mana raja Sridavarman sangat tertarik dan takjub dengan keagungan Islam dan peradaban Islam dalam negara Khilafah.

Dan raja Sridavarman pun mengirimkan kembali suratnya kepada Khalifah selanjutnya yakni Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Khilafah Bani Umayyah, agar Khalifah Umar bin Abdul Aziz berkenan mengirimkan seorang Ulama atau da'i untuk mengajarkan Islam kepadanya di kerajaan Sriwijaya. Setahun kemudian raja Sridavarman pun akhirnya masuk Islam dan mengubah namanya menjadi Sribuza Islam.

Jadi, yang sangat membenci dan menolak Khilafah sama artinya dia telah membenci menolak dan mengingkari hakikat jati dirinya diciptakan oleh Allah SWT sebagai manusia, hamba Allah dan juga sebagai "Khalifatullahi fil Ardhi". Dan artinya pula sama saja ia telah mengingkari dan menolak serta membenci asal usul jati dirinya sebagai Muslim. Sekaligus ia pun sama saja membenci, mengingkari dan menolak janji Allah dan kewajiban dari Allah. Serta ia pun mengingkari dan menolak taqdir dan qadha Allah tersebut.

Karena Khilafah adalah janji Allah yang pasti dan kewajiban dari Allah sekaligus taqdir dan qadha Allah itu sendiri [baca: QS. An-Nuur: 55]. Bahkan bisyarah (kabar gembira) Rasulullah Saw. yang pasti akan terjadi kembali, sebagaimana yang termaktub dalam sabda mulianya, yang diriwayatkan dari Hudzaifah bin Al-Yaman, Rasulullah Saw. bersabda:

“Sesungguhnya kalian ada pada era Kenabian, dan atas kehendak Allah akan tetap ada. Kemudian Allah mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian, dan akan terus ada sesuai kehendak Allah. Kemudian Allah akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan yang menggigit (mulkan ‘âdhan) dan akan terus ada sesuai kehendak Allah. Kemudian Allah akan mengangkatnya jika Dia berkehandak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan diktator dan akan terus ada sesuai kehendak Allah. Kemudian Allah akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” Hudzaifah berkata: “kemudian beliau diam.” (HR. Ahmad)

Oleh karena itulah, maka yang tidak suka dan sangat membenci kepada Khilafah dan Syariah Allah serta perjuangan menegakkan kembali Khilafah dan Syariah tersebut, silahkan saja segera keluar dari buminya Allah ini. Dan bila perlu silahkan keluar pula dari kolong langit milik Allah ini. Serta bila perlu juga silahkan pula carilah Tuhan selain Allah jika ada. Allah SWT berfirman:

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِ

“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa seizin-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 255)

Wallahu a'lam bish shawab. []

#Remember3rdMarch1924
#KhilafahProtectsMuslims
#WeNeedKhilafah
#KhilafahAjaranIslam

Channel Youtube Kopi Nikmat

Channel Youtube Kopi Nikmat
(klik gambar logo)

Fanpage di Facebook

Popular Posts

Search This Blog