Oleh: Zakariya
al-Bantany
Tanggal 3 Maret 2020
bertepatan dengan hari diruntuhkan dan dihapuskannya Khilafah yang berpusat di
Turki Utsmani pada tanggal 3 Maret 1924 Masehi oleh Inggris melalui agennya
yakni seorang keturunan yahudi yang bernama Mustafa Kamal Attarturk. Artinya sudah
hampir 100 tahun kita hidup tanpa Khilafah. Tepatnya sudah 96 tahun umat Islam
hidup tanpa Khilafah. Yang sebelumnya pernah hidup dengan Khilafah selama lebih
dari 1300 tahun lamanya.
Hingga kita umat Islam
pecah berkeping-keping menjadi lebih dari 50 negara kecil-kecil dalam bentuk nation state (negara bangsa) dan paham sempit
nan kufur nasionalisme hingga umat Islam terpenjara dalam penjara besar yang
bernama nation state (negara bangsa)
tersebut.
Dan diperparah pula
musibah besar lainnya yang menimpa umat Islam yaitu bercokolnya penguasa ruwaibidhah boneka kafir penjajah barat dan
timur dan bercokolnya para kafir penjajah barat dan timur beserta sistem kufur
warisan penjajah tersebut di seluruh negeri-negeri Islam termasuk di negeri
Nusantara ini.
Hingga seluruh
negeri-negeri Islam termasuk negeri Nusantara ini kian dijajah secara sistemik
dan kekayaan alam negeri mereka dirampok dan dijarah serta tubuh dan nyawa umat
Islam pun menjadi bulan-bulanan orang-orang kafir dalam membantai mereka secara
massal dan tak kenal ampun.
Hingga kian merintih
kesakitan umat Islam bersimbah darah tiada tara. Belum selesai pilunya tragedi
pembantaian umat Islam Palestina, Suriah, Yaman, Iraq, Afganistan, Rohingya,
Uyghur dan Kashmir oleh orang-orang kafir penjajah terlaknat. Kini bertambah lagi
derita terbaru umat Islam, di mana ratusan juta lebih umat Islam India tengah
dibelenggu UU anti Muslim yang diberlakukan oleh rezim teroris hindu India.
Dan kemudian bangsa
kera barbar teroris hindu
penyembah sapi dan berhala itu kemudian secara ramai-ramai membakar Masjid dan
ratusan rumah umat Islam di India.
Tak puas mereka
membakar Masjid dan ratusan rumah umat Islam India, kini mereka bangsa kera
hindu India itu pun dengan sangat barbar dan brutalnya serta sangat kejinya
mempersekusi, mengeroyok dan mengusir serta membantai Muslim India hingga
puluhan lebih umat Islam meregang nyawa dan ratusan lebih lainnya luka-luka,
namun justru dunia bungkam. Rintihan umat Islam ini sampai kapan..?!
Di sinilah relevansi
dan urgensi perjuangan menegakkan kembali Khilafah sebagai pelaksana Syariah,
pemersatu umat, pengurus dan penjaga umat dan akidah Islam, serta perisai Islam
sekaligus mahkota kewajiban dalam Islam. Dan Khilafah pun adalah benteng kokoh
Islam.
Sebab, tanpa Khilafah,
maka kondisi umat Islam benar-benar kondisinya laksana anak ayam yang
kehilangan induknya dan laksana kebun tanpa pagar.
Dan tanpa Khilafah,
umat Islam laksana buih di atas lautan yang centang perenang dan
terombang-ambing tak tentu arah dan tiada daya hingga dihempas gelombang pasang
air laut hingga akhirnya pecah berkeping-keping.
Serta tanpa Khilafah,
umat Islam seperti menu hidangan istimewa di meja makan yang tengah dikerumuni
dan diperebutkan oleh musuh-musuhnya baik dari barat dan timur hingga dari
Utara dan Selatan juga. Oleh sebab itulah, umat Islam sangat membutuhkan Khilafah
dan Khilafah sangat dibutuhkan oleh umat Islam.
Karena itulah dalam
Islam, Khilafah adalah benteng utama Islam sekaligus perisai Islam (junnatul Islam) dan pedang Allah yang terhunus
serta sekaligus sebagai mahkota kewajiban (taajul
furuudh). Sehingga kewajiban-kewajiban hukum Syariah bisa dilaksanakan
dengan sempurna dan totalitas dalam segala aspek kehidupan, termasuk pula
kewajiban menolong saudara seakidah semuslim kita -seperti dalam hal ini Muslim
India dan juga sekaligus Kashmir, Uyghur, Palestina, Rohingya, Iraq, Suriah,
Afghanistan, Morro, Pattani dan lain-lain- yang tengah ditindas dan dijajah
serta dibunuhi secara massal oleh para kafir penjajah kafir Barat dan Timur.
Rasulullah Saw.
bersabda:
وَإِنَّمَا
الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
"Sungguh Imam (Khalifah) itu laksana perisai. Kaum
Muslim akan berperang dan berlindung di belakang dia." (HR.
al-Bukhari dan Muslim).
Makna frasa “Al-Imâm junnat[un] (Imam/Khalifah itu laksana
perisai)” dijelaskan oleh Imam an-Nawawi, “Maksudnya, ibarat tameng, karena
Imam/ Khalifah mencegah musuh untuk menyerang (menyakiti) kaum Muslim; mencegah
anggota masyarakat satu sama lain dari serangan; melindungi keutuhan Islam…”
Mengapa hanya Imam/
Khalifah yang disebut sebagai junnah (perisai)..?! Karena dialah satu-satunya
yang bertanggung-jawab. Ini sebagaimana dijelaskan dalam sabda Nabi Saw:
الإِمَامُ
رَاعٍ وَ هُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
"Imam/Khalifah itu pengurus rakyat dan hanya dia yang
bertanggung-jawab atas rakyatnya." (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Menjadi junnah
(perisai) bagi umat Islam khususnya dan rakyat umumnya meniscayakan
Imam/Khalifah harus cerdas, kuat, berani dan terdepan. Bukan orang yang bodoh,
pengecut dan lemah. Kekuatan ini bukan hanya pada pribadinya, tetapi pada
institusi negaranya, yakni Khilafah. Kekuatan ini dibangun karena pondasi
pribadi (Khalifah) dan negara (Khilafah)-nya sama, yaitu akidah tauhid Islam.
Karena itulah, solusi
real dan finalnya dari tragedi Muslim India tersebut dan segala problematika
negeri-negeri Islam lainnya yang sedang ditindas dan terjajah seperti Kashmir,
Uyghur, Rohingya, Suriah, Iraq, Afghanistan, Bosnia, Morro, Pattani, Indonesia,
dan lain-lain adalah dengan segera umat Islam sedunia bersatu-padu meruntuhkan
dinding tebal sekat-sekat demokrasi, nasionalisme, hukum internasional dan
perjanjian internasional biang petaka Muslim India-Kashmir dan negeri-negeri
Islam lainnya tersebut, dan bersegera mencampakkan sistem kufur demokrasi
kapitalisme sekulerisme -yang menjadi biang utama masalah dan biang utama
penjajahan di seluruh penjuru negeri Islam- ke dalam tong sampah peradaban
dunia selamanya.
Dan solusi real tuntas
dan finalnya pun, umat Islam harus segera kembali bangkit dan bersegera bersatu
pula dalam bingkai Khilafah Islam dalam ikatan kalimat tauhid dalam naungan
panji tauhid Islam.
Yaitu dengan bergerak
di bawah komando seorang Khalifah dalam jihad
fi sabilillah memerangi bangsa barbar teroris negara kafir hindu India
dan seluruh negeri-negeri Islam lainnya yang sedang ditindas dan dijajah.
Sekaligus pula
membebaskan umat Islam India dan seluruh negeri-negeri Islam lainnya dari
kejahatan bangsa barbar teroris hindu India dan dari seluruh negara kafir
penjajah kapitalis asing dan aseng, sekaligus menundukkan dan menaklukkan
negara kafir hindu India dan seluruh negara-negara kafir penjajah kapitalis
asing dan aseng tersebut ke dalam pangkuan Islam. Dan sekaligus juga
membebaskan secara totalitas seluruh negeri-negeri Islam lainnya dari belenggu
gurita penjajahan negara kafir barat dan timur kapitalisme global asing dan
aseng selamanya.
Sebab, hanya dengan
Khilafah dan jihad saja solusi real tuntas dalam membela dan menyelamatkan dan
membebaskan Muslim India-Kashmir, Palestina, Uyghur, Rohingya, Suriah, Yaman,
dan seluruh negeri-negeri Islam lainnya dari belenggu kejahatan gurita penjajahan
kapitalisme global baik asing (AS, Eropa dan zionis yahudi) maupun aseng
komunis (RRC) serta hindu India. Karena itu real tuntasnya membela dan
menyelamatkan Muslim India-Kashmir dan seluruh dunia Islam hanya dengan
Khilafah.
Namun, justru banyak
dari kalangan kaum Muslim sendiri yang masih sangat awam dan tersesatkan oleh
media mainstream penguasa boneka dan
kafir penjajah serta juga mereka yang telah terkooptasi akut virus demokrasi
kapitalis sekulerisme dan liberalisme sangat menentang dan sangat memusuhi
perjuangan menegakkan kembali Khilafah tersebut.
Bahkan mereka dengan
sangat brutal dan kejinya mem-framing
negatif, mempersekusi dan mengkriminalisasi serta memonsterisasi perjuangan
menegakkan Khilafah dengan melabelinya sebagai bentuk radikalisme, terorisme,
anti kebhinekaan, intoleran, kadrun, manipulator agama, Wahabi dan Khawarij.
Tak jarang pula mereka
dengan kurang ajarnya merendahkan, melecehkan dan menista ajaran Islam perihal
Khilafah dan para pejuangnya. Bahkan terkadang mereka pun dengan sangat kurang
ajarnya mengeluarkan pernyataan nakal mengusir para pejuang Khilafah dan Syariah
dari Indonesia dan menyuruh pindah ke Timur Tengah saja.
Seolah-olah mereka
saja yang telah menciptakan ribuan lebih gugusan pulau-pulau Indonesia yang
tersebar dari Sabang hingga Merauke. Dan seolah-olah Indonesia ini milik
pribadi privasi mereka sendiri saja. Hingga sebegitu sangat bencinya mereka
dengan Khilafah dan upaya memperjuangkan tegaknya kembali Khilafah tersebut.
Padahal, Indonesia ini
bagian dari bumi Allah. Artinya Indonesia ini milik Allah karena bagian
integral dari bumi miliknya Allah bukan milik kita dan bukan milik para
pembenci Khilafah tersebut. Bahkan tubuh dan nyawa kita ini pun adalah milik
Allah bukan milik kita dan bukan milik para pembenci Khilafah tersebut.
Padahal, kita pun
ditakdirkan oleh Allah sebagai Abdullah
(hamba Allah) [baca: QS. Adz-Dzariyat: 56] dan Khalifatullah
fil Ardhi dalam mengelola dan mengurusi bumi Allah ini hanya dengan
hukum-hukum Allah (Syariah Allah (Islam) [baca: QS. Al-Baqarah: 30]. Dan
Khilafah itu sendiri pun bagian dari Syariah Allah tersebut yang dijanjikan
Allah sekaligus diwajibkan Allah dan Khilafah pun takdir dan Qadha Allah yang
pasti bakal terjadi kembali [baca: QS. An-Nuur: 55].
Serta dulu Indonesia
pun merupakan bagian integral dari Khilafah Islam, bahkan banyak sekali
bertebaran sisa-sisa peninggalan jejak-jejak atau artefak Syariah dan Khilafah
di seluruh penjuru bumi Nusantara (Indonesia) ini. [baca dan tonton:
Jejak Syariah dan
Khilafah di Nusantara, Jilid 1 dan Jilid 2: https://youtu.be/RpiMv6AYMuU; https://youtu.be/rr9mvL9UQSc]
Bahkan di Yogyakarta
pun ada sisa peninggalan atau artefak hidup Khilafah yaitu Kesultananan
Ngayogyakarta (penerus Kesultanan Demak, Pajang dan Mataram) yang masih
memegang warisan "Khalifatullah ing tanah jawi" yang notabene dulu
merupakan wakil Khilafah Utsmaniyah di tanah jawa. Bahkan Kesultanan
Ngayogyakarta masih menyimpan bendera tauhid ar-Royah yang berwarna hitam
keunguan serta bendera tauhid berwarna hijau yang merupakan pemberian dari
Khilafah Utsmaniyyah yang mensahkan Kesultanan Ngayogyakarta sebagai bagian dan
wakil Khilafah Utsmaniyyah untuk meneruskan wakil Khilafah Utsmaniyah
sebelumnya yaitu Kesultanan Demak, Pajang dan Mataram.
Sebagaimana pula
terungkap jelas dalam pidato Sri Sultan Hamengkubowo X, saat Kongres Umat Islam
ke-6 di Yogyakarta pada tahun 2015 yang lalu:
"Kongres Umat
Islam ke-6 yang diselenggarakan di Yogyakarta dan kini pembukaannya Insya Allah berlangsung di Pagelaran Kraton
Yogyakarta, mengandung makna simbolik sebuah ziarah spiritual, karena bangunan
Pagelaran ini disangga oleh 64 buah tiang yang menandai usia Rasulullah Saw.
dan perhitungan tahun Jawa.
Sehingga, Kongres yang
dirancang untuk napak laku Kongres sebelumnya yang juga dilaksanakan di
Yogyakarta, (7-8 November 1945, Red) akan memberi makna historis, agar umat
Islam melakukan introspeksi diri dan retrospeksi atas perjalanan sejarahnya.
Pada 1479, Sultan
Turki mengukuhkan R. Patah (sultan Demak pertama) sebagai Khalifatullah ing
Tanah Jawa, perwakilan kekhalifahan Islam (Turki) untuk Tanah Jawa, dengan
penyerahan bendera Laa ilaah illa Allah
berwarna ungu kehitaman terbuat dari kain Kiswah Ka'bah, dan bendera
bertuliskan Muhammadurrasulullah
berwarna hijau. Duplikatnya tersimpan di Kraton Yogyakarta sebagai pusaka,
penanda keabsahan Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat wakil Kekhalifahan
Turki." [https://m.republika.co.id/amp/njmq2o]
Bahkan asal usul jati
diri kita menjadi mayoritas Muslim di Indonesia ini, semuanya dengan izin Allah
dan kuasa Allah SWT yaitu asal usulnya adalah berawal berkat melalui jasa-jasa
Khilafah tepatnya pada masa Khilafah Utsmaniyyah, di mana Khalifah Sultan
Muhammad I yang mengutus Wali Songo dalam setiap generasinya untuk dakwah dan
Islamisasi seluruh penjuru Nusantara.
Sebagaimana dalam
kitab Kanzul Hum yang ditulis oleh Ibnu
Bathuthah yang kini tersimpan di Museum Istana Turki di Istanbul, disebutkan
bahwa Walisongo dikirim oleh Sultan Muhammad I. Awalnya, ia pada tahun 1404 M
(808 H) mengirim surat kepada pembesar Afrika Utara dan Timur Tengah yang isinya
meminta dikirim sejumlah Ulama yang memiliki kemampuan di berbagai bidang untuk
diberangkatkan ke pulau Jawa.
Jadi, Walisongo
sesungguhnya adalah para da'i atau Ulama yang diutus Khalifah di masa
Kekhilafahan Utsmani untuk menyebarkan Islam di Nusantara. Dan jumlahnya
ternyata tidak hanya sembilan (Songo). Ada 7 angkatan yang masing-masing
jumlahnya sekitar sembilan orang.
Memang awalnya dimulai
oleh angkatan I yang dipimpin oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim, asal Turki,
pada tahun 1400-an. Ia yang ahli politik dan irigasi itu menjadi peletak dasar
pendirian kesultanan di Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di Nusantara.
Seangkatan dengannya, ada dua wali dari Palestina yang berdakwah di Banten.
Yaitu Maulana Hasanudin, kakek Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Aliudin.
Jadi, masyarakat Banten sesungguhnya punya hubungan biologis dan ideologis
dengan Palestina.
Lalu ada Syekh Ja'far
Shadiq dan Syarif Hidayatullah yang di sini lebih dikenal dengan sebutan Sunan
Kudus dan Sunan Gunung Jati. Keduanya juga berasal dari Palestina. Sunan Kudus
mendirikan sebuah kota kecil di Jawa Tengah yang kemudian disebut Kudus -berasal
dari kata al-Quds (Jerusalem Palestina). Pada masa Walisongo,
Kesultanan-kesultanan Islam seantero nusantara pun benar-benar telah menerapkan
Syariah Islam secara kaffah dalam segala aspek kehidupan dan Islam pun menjadi
sendi-sendi kehidupan masyarakat Islam di bumi nusantara ini.
Hingga terus
berdirilah kian banyaknya Kesultanan-Kesultanan Islam yang tersebar luas dari
ujung Aceh pulau Sumatera hingga ujung pulau Sulawesi, Kalimantan, Jawa dan
Papua. Hingga akhirnya kita pun sekeluarga menjadi umat Islam dan menjadi
mayoritas Muslim hingga saat ini di bumi Nusantara ini.
Jadi, dari para wali
itulah kemudian Islam menyebar ke mana-mana hingga seperti yang kita lihat
sekarang dan Islam pun kini menjadi mayoritas di Indonesia. Oleh karena itu,
sungguh aneh kalau ada dari umat Islam sekarang yang menolak Syariah dan
Khilafah. Itu sama artinya ia menolak jati diri asal-usul sejarahnya sendiri,
padahal nenek moyangnya mengenal Islam tak lain dari para Ulama yang diutus
oleh para Khalifah.
Bahkan sebelumnya pun
pada abad 7 masehi, Islam sudah masuk ke Nusantara ini yaitu dengan masuk
Islamnya raja Sridavarman seorang penguasa kerajaan Sriwijaya di Nusantara.
Sebelumnya raja Sridavarman mengirimkan suratnya kepada Khalifah Mu'awiyyah bin
Abi Sofyan pada masa Khilafah Bani Umayyah, di mana raja Sridavarman sangat
tertarik dan takjub dengan keagungan Islam dan peradaban Islam dalam negara
Khilafah.
Dan raja Sridavarman
pun mengirimkan kembali suratnya kepada Khalifah selanjutnya yakni Khalifah
Umar bin Abdul Aziz dari Khilafah Bani Umayyah, agar Khalifah Umar bin Abdul
Aziz berkenan mengirimkan seorang Ulama atau da'i untuk mengajarkan Islam
kepadanya di kerajaan Sriwijaya. Setahun kemudian raja Sridavarman pun akhirnya
masuk Islam dan mengubah namanya menjadi Sribuza Islam.
Jadi, yang sangat
membenci dan menolak Khilafah sama artinya dia telah membenci menolak dan
mengingkari hakikat jati dirinya diciptakan oleh Allah SWT sebagai manusia,
hamba Allah dan juga sebagai "Khalifatullahi
fil Ardhi". Dan artinya pula sama saja ia telah mengingkari dan
menolak serta membenci asal usul jati dirinya sebagai Muslim. Sekaligus ia pun
sama saja membenci, mengingkari dan menolak janji Allah dan kewajiban dari
Allah. Serta ia pun mengingkari dan menolak taqdir dan qadha Allah tersebut.
Karena Khilafah adalah
janji Allah yang pasti dan kewajiban dari Allah sekaligus taqdir dan qadha
Allah itu sendiri [baca: QS. An-Nuur: 55]. Bahkan bisyarah
(kabar gembira) Rasulullah Saw. yang pasti akan terjadi kembali, sebagaimana
yang termaktub dalam sabda mulianya, yang diriwayatkan dari Hudzaifah bin
Al-Yaman, Rasulullah Saw. bersabda:
“Sesungguhnya kalian
ada pada era Kenabian, dan atas kehendak Allah akan tetap ada. Kemudian Allah
mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah
yang mengikuti manhaj kenabian, dan akan terus ada sesuai kehendak Allah. Kemudian
Allah akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada
kekuasaan yang menggigit (mulkan ‘âdhan)
dan akan terus ada sesuai kehendak Allah. Kemudian Allah akan mengangkatnya
jika Dia berkehandak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan diktator dan
akan terus ada sesuai kehendak Allah. Kemudian Allah akan mengangkatnya jika
Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj
kenabian.” Hudzaifah berkata: “kemudian beliau diam.” (HR. Ahmad)
Oleh karena itulah,
maka yang tidak suka dan sangat membenci kepada Khilafah dan Syariah Allah
serta perjuangan menegakkan kembali Khilafah dan Syariah tersebut, silahkan
saja segera keluar dari buminya Allah ini. Dan bila perlu silahkan keluar pula
dari kolong langit milik Allah ini. Serta bila perlu juga silahkan pula carilah
Tuhan selain Allah jika ada. Allah SWT berfirman:
اللَّهُ
لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ
لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ
عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِ
“Allah, tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus-menerus
mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang
di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa seizin-Nya.”
(QS. Al-Baqarah: 255)
Wallahu a'lam bish shawab. []
#Remember3rdMarch1924
#KhilafahProtectsMuslims
#WeNeedKhilafah
#KhilafahAjaranIslam