Oleh: Zakariya
al-Bantany
Al-Qur’an adalah kalamullah (firman Allah SWT) yang diturunkan
melalui perantaraan Malaikat Jibril AS kepada Nabi Muhammad Rasulullah ﷺ dengan
menggunakan bahasa Arab disertai kebenaran agar dijadikan hujjah (argumentasi)
dalam hal pengakuannya sebagai Rasul dan agar dijadikan sebagai pedoman hukum
bagi seluruh umat manusia di samping merupakan amal ibadah bagi yang
membacanya.
Al-Qur’an diriwayatkan
dengan cara tawatur (mutawatir), artinya diriwayatkan oleh orang
sangat banyak semenjak dari generasi shahabat ke generasi selanjutnya secara
berjamaah. Al-Qur’an tetap menjadi mukjizat sekaligus menjadi bukti keabadian
dan keabsahan Risalah Islam sepanjang masa dan sebagai sumber segala sumber hukum bagi setiap
bentuk kehidupan manusia di dunia. Allah SWT berfirman:
ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ
ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ
الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ
بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ
"Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang
ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami
anugerahkan kepada mereka." (QS. Al-Baqarah: 02-03)
كِتَابٌ
أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو
الْأَلْبَابِ
"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu
penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya
mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran." (QS. Shad:
29)
Al-Qur’an diturunkan
pertama kali di bulan Ramadhan yang penuh berkah. Al-Qur’an berfungsi utama
sebagai Pedoman atau Petunjuk (Al-Huda), Penjelas petunjuk tersebut (Al-Bayan)
dan Al-Furqan (Pembeda antara hak dan batil) bagi seluruh umat manusia, sekaligus
Al-Qur’an adalah sumber hukum Islam yang pertama. Allah SWT berfirman:
شَهْرُ
رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ
الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu, dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil).” (QS.
Al-Baqarah: 185)
إِنَّا
أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَا
أَرَاكَ اللَّهُ ۚ وَلَا تَكُنْ لِلْخَائِنِينَ
خَصِيمًا
"Sesungguhnya
Kami telah menurunkan kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad Saw) dengan membawa
kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah
wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak
bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat." (QS. An-Nisa': 105)
Al-Qur’an adalah Kitabullah yang sangat terjaga dari segala
sisinya terutama dari sisi lafadz, bacaannya, citarasa gaya bahasanya dan juga
dari sisi makna kandungannya. Karena Al-Qur’an dijaga dan dipelihara langsung
oleh Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:
إِنَّا
نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9)
Al-Qur’an sebagai
sumber utama Islam yang begitu sangat sempurna dan sangat lengkapnya. Karena
Al-Qur’an berisikan atau membahas ataupun mengatur segala macam aspek kehidupan
mulai dari Akidah (keimanan) dan Syariah baik perkara ibadah, akhlak, pakaian, minuman
hingga perkara muamalah seperti politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan,
kesehatan, hukum, peradilan dan persanksian serta pertahanan dan keamanan.
Al-Qur’an pun
hakikatnya adalah surat cinta Allah kepada kekasihnya yaitu para hamba-Nya
yakni orang-orang yang beriman dan bertakwa sebenar-benarnya bertakwa
kepada-Nya. Al-Qur’an berisikan kabar gembira dan peringatan Allah SWT kepada
para hamba-Nya tersebut, agar para hamba-Nya tersebut berjalan di atas jalan
yang lurus yaitu jalan keridhaan Allah SWT sehingga para hamba-Nya tersebut
selamat dan bahagia hidup di dunia maupun di akhirat.
Karena Al-Qur’an ini
surat cinta Allah kepada kita para hamba-Nya ini, maka sudah selayaknyalah kita
membalas surat cintanya Allah ini dengan sungguh-sungguh kita pun mencintai
Al-Qur’an tersebut dengan sepenuh hati sebagai wujud rasa cinta kita kepada Allah
SWT dan Rasul-Nya.
Dalam hal ini, dari
Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'anhu, ia
berkata:
مَنْ
أَحَبَّ أَنْ يَعْلَمَ أَنَّهُ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ فَلْيَنْظُرْ، فَإِنْ
كَانَ يُحِبُّ الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ
“Barangsiapa yang
ingin mengetahui bahwa dia mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka perhatikanlah,
jika ia mencintai Al-Qur’an maka ia mencintai Allah dan Rasul-Nya.” (Riwayat
Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman,
Al-Haitsami dalam Majma Az-Zawaid
berkata: “semua rijalnya shahih”)
عَنْ
أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ « وَمَا أَعْدَدْتَ
لِلسَّاعَةِ ». قَالَ حُبَّ اللَّهِ وَرَسُولِهِ قَالَ « فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ
أَحْبَبْتَ ». قَالَ أَنَسٌ فَمَا فَرِحْنَا بَعْدَ الإِسْلاَمِ فَرَحًا أَشَدَّ
مِنْ قَوْلِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- « فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ ».
قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ
فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِأَعْمَالِهِمْ
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Pernah seorang lelaki
datang menemui Rasulullah ﷺ, lalu dia bertanya: “Wahai Rasulullah, kapan Hari
Kiamat?”, beliau bersabda: “Apa yang kamu telah siapkan untuk Hari Kiamat”,
orang tersebut menjawab: “Kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya”, beliau bersabda:
“Sesungguhnya kamu bersama yang engkau cintai”, Anas berkata: “Kami tidak
pernah gembira setelah masuk Islam lebih gembira disebabkan sabda Nabi Muhammad
ﷺ: “Sesungguhnya kamu bersama yang engkau cintai, maka aku mencintai Allah,
Rasul-Nya, Abu Bakar dan Umar, dan berharap aku bersama mereka meskipun aku
tidak beramal seperti amalan mereka.” (HR. Muslim)
Karena itulah, dengan
kita mencintai Al-Qur’an dengan segenap jiwa artinya pada hakikatnya pun kita
sesungguhnya benar-benar pula mencintai Allah dan Rasul-Nya beserta para
Shahabat Radhiyallahu 'anhum.
Adapun cara mencintai
Al-Qur’an tersebut adalah dengan sungguh-sungguh menjaganya. Dan cara menjaga
Al-Qur’an itu sendiri adalah dengan cara:
1.
Mempelajarinya dan mengajarkannya
Dari Utsman bin ‘Affan
radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa
Rasulullah ﷺ bersabda:
خَيْرُكُمْ
مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur`an
dan mengajarkannya.” (HR. Al-Bukhari, 5027)
Karena itulah, sudah
selayaknyalah sebagai bukti cinta kita kepada Al-Qur’an adalah dengan
sungguh-sungguh kita belajar dan mengajarkannya baik bacaan dan tulisan
Al-Qur’an, menterjemahkannya maupun tafsirnya serta mempelajari pula ushlub,
kaidah dan gaya bahasanya.
2. Membacanya
Dari Ummul Mu`minin
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,
bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
الَّذِي
يَقْرَأُ القُرْآنَ وَهُوَ مَاهِرٌ بِهِ مَعَ السَّفَرَةِ الكِرَامِ البَرَرَةِ،
وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ
أجْرَانِ
“Orang yang membaca Al-Qur`an dan dia mahir
membacanya, dia bersama para malaikat yang mulia. Sedangkan yang membaca
Al-Qur`an namun dia tidak tepat dalam membacanya dan mengalami kesulitan, maka
baginya dua pahala.” (HR. Al-Bukhari 4937, Muslim 244)
Dari Abu Umamah
Al-Bahili radhiyallahu ‘anhu, Saya
mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
اقْرَءُوا
الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِه
“Bacalah oleh kalian Al-Qur’an. Karena ia (Al-Qur’an)
akan datang pada Hari Kiamat kelak sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang
yang rajin membacanya.” (HR. Muslim, 804)
3.
Menghafalkannya
Dari Ummul Mu'minin
'Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi ﷺ
bersabda:
مَثَلُ
الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهْوَ حَافِظٌ لَهُ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ ،
وَمَثَلُ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهْوَ يَتَعَاهَدُهُ وَهْوَ عَلَيْهِ
شَدِيدٌ ، فَلَهُ أَجْرَانِ
"Orang yang membaca dan menghafal Al-Qur’an, dia
bersama para malaikat yang mulia. Sementara orang yang membaca Al-Qur’an, dia
berusaha menghafalnya, dan itu menjadi beban baginya, maka dia mendapat dua
pahala." (HR. Bukhari, 4937)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:
يَجِىءُ
الْقُرْآنُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَقُولُ يَا رَبِّ حَلِّهِ فَيُلْبَسُ تَاجَ
الْكَرَامَةِ ثُمَّ يَقُولُ يَا رَبِّ زِدْهُ فَيُلْبَسُ حُلَّةَ الْكَرَامَةِ
ثُمَّ يَقُولُ يَا رَبِّ ارْضَ عَنْهُ فَيَرْضَى عَنْهُ فَيُقَالُ لَهُ اقْرَأْ
وَارْقَ وَتُزَادُ بِكُلِّ آيَةٍ حَسَنَةً
"Al-Qur’an akan
datang pada hari kiamat, lalu dia berkata, “Ya Allah, berikan dia perhiasan.”
Lalu Allah berikan seorang hafidz (penghafal) Al-Qur’an mahkota kemuliaan.
Al-Qur’an meminta lagi, “Ya Allah, tambahkan untuknya.” Lalu dia diberi pakaian
perhiasan kemuliaan. Kemudian dia minta lagi, “Ya Allah, ridhai dia.” Allah-pun
meridhainya. Lalu dikatakan kepada hafidz Qur’an, “Bacalah dan naiklah, akan
ditambahkan untukmu pahala dari setiap ayat yang kamu baca." (HR. Turmudzi
3164 dan beliau menilai Hasan shahih)
Dalam riwayat lain,
dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
Nabi ﷺ bersabda:
يجيء
القرآن يوم القيامة كالرجل الشاحب يقول لصاحبه : هل تعرفني ؟ أنا الذي كنتُ أُسهر
ليلك وأظمئ هواجرك… ويوضع على رأسه تاج الوقار ، ويُكسى والداه حلَّتين لا تقوم
لهما الدنيا وما فيها ، فيقولان : يا رب أنى لنا هذا ؟ فيقال لهما : بتعليم ولدكما
القرآن
"Al-Qur’an akan
datang pada Hari Kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada
penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di
malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu… ” kemudian diletakkan
mahkota kehormatan di kepalanya, dan kedua orang tuanya diberi pakaian indah
yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan,
“Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab,
“Karena anakmu belajar Al-Qur’an.” (HR. Thabrani dalam al-Ausath 6/651)
4.
Mengamalkannya atau membumikannya dalam segala aspek kehidupan. Dari
An-Nawwas bin Sam’an Al-Kilabi radhiallahu
‘anhu berkata: saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
« يُؤْتَى بِالْقُرْآنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَهْلِهِ الَّذِينَ
كَانُوا يَعْمَلُونَ بِهِ تَقْدُمُهُ سُورَةُ الْبَقَرَةِ وَآلُ عِمْرَانَ
تُحَاجَّانِ عَنْ صَاحِبِهِمَا
“Akan didatangkan
Al-Qur`an pada Hari Kiamat kelak dan orang yang rajin membacanya dan senantiasa
rajin beramal dengannya, yang paling depan adalah surat Al-Baqarah dan surat
Ali ‘Imran, keduanya akan membela orang-orang yang rajin membacanya.” (HR. Muslim
805)
Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:
من
قرأ القرآن وتعلَّم وعمل به أُلبس والداه يوم القيامة تاجاً من نور ضوؤه مثل ضوء
الشمس ، ويكسى والداه حلتين لا تقوم لهما الدنيا فيقولان : بم كسينا هذا ؟ فيقال :
بأخذ ولدكما القرآن
"Siapa yang
menghafal Al-Qur’an, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan
mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari.
Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan
dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, “Mengapa saya sampai diberi
pakaian semacam ini?” Lalu disampaikan kepadanya, “Disebabkan anakmu telah
mengamalkan Al-Qur’an.” (HR. Al-Hakim, 1/756)
Allah SWT berfirman:
وَاتَّبِعُوا
أَحْسَنَ مَا أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ
الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنتُمْ لَا تَشْعُرُونَ
“Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan
kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang
kamu tidak menyadarinya,” (QS. Az-Zumar: 55)
Allah SWT pun
berfirman:
كِتَابٌ
أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو
الْأَلْبَابِ
"Ini adalah sebuah kitab (Al-Qur’an) yang Kami
turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya
dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran."
(QS. Shad: 29)
وَنُنَزِّلُ
مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
"Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian." (QS.
Al-Isra': 82)
وَلَوْ
أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ
مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا
يَكْسِبُونَ
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya." (QS. Al-A'raf: 96)
Karena itulah, sebagai
wujud rasa cinta kita kepada Al-Qur’an maka sudah selayaknyalah kita selaku
Muslim wajib mengimani atau meyakini 100% kebenaran Al-Qur’an tersebut,
sekaligus kita pun berupaya mengamalkan seluruh isi Al-Qur’an dengan
membumikannya dalam segala aspek kehidupan baik ayat yang membahas tentang
akidah, ibadah, akhlak, makanan, minuman, pakaian, ekonomi, pendidikan, sosial
budaya, kesehatan dan hukum dan persanksian (qishash, jinayat, had, rajam, dan
lain-lain) hingga ayat yang membahas politik Islam, dan lain-lain. Allah SWT
berfirman:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ
الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam
Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah:
208)
Dan sebagai wujud rasa
cinta kita kepada Al-Qur’an, maka sudah selayaknyalah pula kita sebagai seorang
Muslim tidak boleh
mengimani atau mengambil sebagian Al-Qur’an; mengingkari atau
meninggalkan (mencampakkan) sebagian Al-Qur’an. Seperti: kita hanya mengimani
atau mengambil ayat-ayat tentang ibadah dan akhlak semata, namun sebaliknya
kita justru mengingkari atau meninggalkan (mencampakkan) ayat-ayat tentang
hukum-persanksian, ekonomi khususnya keharaman riba, politik khususnya
pemerintahan Islam Khilafah, dan lain-lain. Allah SWT berfirman:
أَفَتُؤْمِنُوْنَ
بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَ تَكْفُرُوْنَ بِبَعْضٍ، فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذلِكَ
مِنْكُمْ إِلّا خِزْيٌّ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
يُرَدُّوْنَ إِلَى أَّشَّدِّ الْعَذَابِ وَ مَا اللهُ بِغَافِلٍ عَمَّا
تَعْمَلُوْنَ
“Apakah kamu beriman
kepada sebagian Kitab dan ingkar kepada sebagian kepada sebagian (yang
lainnya)? Maka tidak ada balasan (yang pantas) bagi orang yang berbuat demikian
itu di antara kalian selain kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari
Kiamat mereka dikembalikan kepada azab yang paling berat. Dan Allah tidak
lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 85)
فَلَا
وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ
لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Maka demi Tuhanmu,
mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad)
hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa
dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan
mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa’: 65)
وَمَا كَانَ
لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ
يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan
tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah
menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang
urusan mereka.” (QS. Al-Ahzab: 36)
وَيَقُولُونَ
آَمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالرَّسُولِ وَأَطَعْنَا ثُمَّ يَتَوَلَّى فَرِيقٌ مِنْهُمْ
مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ وَمَا أُولَئِكَ بِالْمُؤْمِنِينَ (47) وَإِذَا دُعُوا إِلَى
اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ مُعْرِضُونَ
(48) وَإِنْ يَكُنْ لَهُمُ الْحَقُّ يَأْتُوا إِلَيْهِ مُذْعِنِينَ (49) أَفِي
قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَمِ ارْتَابُوا أَمْ يَخَافُونَ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ
عَلَيْهِمْ وَرَسُولُهُ بَلْ أُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
(50)
“Dan apabila mereka
diseru kepada Allah dan rasul-Nya, agar rasul menghukum (mengadili) di antara
mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang. Tetapi jika
keputusan itu untuk (menguntungkan) mereka, mereka datang kepada rasul dengan
patuh. Apakah (ketidak datangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada
penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut kalau-kalau
Allah dan rasul-Nya berlaku zhalim kepada mereka? Sebenarnya, mereka itulah
orang-orang yang zhalim.” (QS. An-Nur: 47-50)
Oleh karena itu pula,
sebagai wujud rasa cinta kita kepada Al-Qur’an, maka sikap kita sebagai seorang
Muslim yang sejati atau Mukmin yang sejati adalah tunduk dan patuh kepada Allah
dan Rasul-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT:
إِنَّمَا
كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ
بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Sesungguhnya
jawaban orang-orang Mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya
agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan, ‘Kami
mendengar, dan kami patuh.’ Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
(QS An-Nur: 51)
Dan juga sebagai wujud
rasa cinta kita kepada Al-Qur’an, maka selayaknya pula kita sebagai Muslim yang
sejati atau Mukmin yang sejati selalu merujuk Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam
setiap memutuskan berbagai macam perkara dalam kehidupan kita sehari-hari mulai
dari urusan pribadi sampai dengan urusan negara. Allah SWT berfirman:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي
الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ
وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ
خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
“Hai orang-orang yang
beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan ulil Amri (Pemimpin/Khalifah
dalam sistem Islam) di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul-Nya, jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih baik bagimu dan
lebih baik akibatnya." (QS. An-Nisaa': 59)
وَأَنِ
احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ
وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ فَإِنْ
تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُصِيبَهُمْ بِبَعْضِ
ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ
"Dan hendaklah
kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya
mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian kamu dari sebagian apa yang telah
diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling dari hukum yang telah
diturunkan Allah, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan
menimpakan musibah kepada mereka disebabkan
sebagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah
orang-orang yang fasik." (QS. Al-Maidah: 49)
Jadi, bentuk mencintai
Al-Qur’an tidak hanya sekedar Al-Qur’an dipelajari, dibaca dan dihafalkan
semata ataupun hanya sekedar untuk perlombaan di MTQ semata dan hanya untuk
perhiasan yang dipajang di tiap dinding Masjid dan rumah semata. Atau Al-Qur’an
hanya sekedar dijadikan sebagai alat sumpah jabatan para petinggi negara baik
eksekutif, legislatif dan yudikatif yang notabene para petinggi negara tersebut
satupun mereka tidak ada yang berhukum pada Al-Qur’an dalam mengurus dan
mengelola rakyat dan negara, namun justru kebanyakan berhukum pada hukum buatan manusia dan hukum buatan
para penjajah.
Bahkan terkadang
mereka (eksekutif, legislatif dan yudikatif) pun cenderung terus-menerus
menista Al-Qur’an dengan menggunakan slogan kesombongan mereka: "Ayat-ayat
Konstitusi (UU/UUD buatan manusia) lebih tinggi daripada ayat-ayat Al-Qur’an
(wahyu Allah)".
Karena itulah,
Al-Qur’an pun wajib diamalkan atau dibumikan secara kaffah atau totalitas dalam
segala aspek kehidupan baik dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat
maupun dalam kehidupan bernegara sebagai konsekuensi keimanan dan ketakwaan
kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Dan Al-Qur’an tidak
akan bisa kita bumikan secara kaffah dalam segala aspek kehidupan, kecuali
hanya dengan institusi
politik Islam yaitu Khilafah yang bisa benar-benar membumikan Al-Qur’an secara
kaffah dalam segala aspek kehidupan tersebut. Maka kita pun harusnya
bersemangat dan mengikhlaskan diri kita untuk turut berjuang membumikan
Al-Qur’an secara kaffah dalam segala aspek kehidupan dalam bingkai Khilafah
sebagai wujud real cinta kita kepada
Al-Qur’an. Sebagaimana halnya semangat kita dan keikhlasan kita dalam
mempelajari, membaca dan menghafalkan Al-Qur’an tersebut.
Oleh sebab itu, juga
sebagai wujud rasa cinta kita kepada Al-Qur’an, maka marilah kita berpegang
teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah demi meraih ridha Allah dan surga-Nya
serta agar kita selamat dan bahagia baik di dunia maupun di akhirat. Allah SWT
berfirman:
فَإِمَّا
يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَ
يَشْقَى {123} وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا
وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
"Maka jika datang
kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia
tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari
peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan
menghimpunkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta." (QS. Thaha:
123-124)
Dalam menjelaskan
kedua ayat ini, Abdullah bin Abbas radhiyallahu
'anhu berkata: “Allah menjamin kepada siapa saja yang membaca Al-Qur’an
dan mengikuti apa-apa yang ada di dalamnya, maka dia tidak akan sesat di dunia
dan tidak akan celaka di akhirat.” [Tafsir
Ath-Thabari, 16/225]
Nabi Muhammad
Rasulullah ﷺ bersabda:
تَرَكْتُ
فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ
وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ
"Telah aku
tinggalkan dua perkara kepada kalian. Kalian tidak akan pernah sesat selama
kalian berpegang teguh kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah (Al-Qur’an) dan
Sunnah Rasul-Nya. (Hadits Shahih Lighairihi, HR. Malik; Al-Hakim, Al-Baihaqi,
Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim Al-Hilali di dalam At-Ta’dzhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah,
hlm. 12-13)
Dengan mencintai
Al-Qur’an sepenuh hati dan sepenuh jiwa, semoga Allah SWT menjadikan kita
semuanya benar-benar menjadi Ahlul Qur’an yang berkepribadian Al-Qur’an yaitu
benar-benar menjadi Khairu Ummah (umat
yang terbaik) yang menebar rahmah dan berkah bagi dunia dan alam semesta. Aaamiin.
Wallahu a'lam bish shawab. []